Mohon tunggu...
Titi Ariswati
Titi Ariswati Mohon Tunggu... Penulis - Puisititi untuk sahabat sejati

Jemari menari tebar asa suci menuju mulia hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rintik Rindu

22 November 2022   13:06 Diperbarui: 24 November 2022   07:24 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi Kolaborasi

Tema : Sorga Itu Dibawah Telapak Kaki Ibu

*Rintik Rindu*

Bukan kerja ringan ibumu Nak
Mempersiapkan pribadimu meraih sorga
Kuat iman taqwa ilmu jiwa dan raga
Persiap layakku sebagai teladan
Dibawah telapak kaki Ibu itu keteladanan
Bukan telapak kaki yang nyata.

Tiada kata berbakti ketika kau tak menghormati kebaikannya
Sejuta harapan ada padanya
Karena cintanya sepanjang masa
Melebihi apapun cintanya

Cinta dan kasihnya tak mengharapkan balasan
Namun ia ingin anaknya meraih kesuksesan dari pilu keringat yang membulir di tubuhnya
Kini wanita cantik itu telah Renta, namun kasih sayangnya terus mengalir bak Air.

Sembilan bulan sepuluh hari ia rela menanggung beban yang mendera
Mengandung sang buah hati yang didamba-damba berbilang kala lena
Sudi bekerja demi lelaki tercinta di tengah rasa sakit yang menyiksa
Perjuangan sang ibunda tidaklah sia-sia karena putra terlahir dengan selamat di buana
Kita sebagai anak mesti balas jasa walau tegaslah tak seberapa
Rela korbankan segenap hal nirguna untuk gapai asa nan cita demi bangganya

Asa dan cita dalam genggaman putra tersayang
Yang diraih bukan semata karena kehebatan
Tetapi kesaktian doa ibu yang mengetuk pintu langit agar rahmat-Nya selalu tercurah padamu wahai permata hati
Meski engkau berada nan jauh di sana
Ingatlah untuk kembali dalam pelukan ibu yang raganya tak sekuat dulu kala
Sebab menanggung perih hati yang teriris kerinduan menanti waktu tuk bersua denganmu wahai pelipur lara

Rintik rindu kerap kali jatuh tanpa diminta
Di ruang sunyi diam-diam kutanya kabar
Sebab engkau selalu menyembunyikan sakit yang kau derita
Dari rantau nan jauh hanya doa yang mampu kuhantar
Sehat selalu untukmu yang cintanya tak pernah pudar, Ibu.

Ibu...
Maafkan aku
Kau pergi membawa kecewa di hatimu
Aku tak pandai persembahkan  bahagia untukmu
Aku tak bisa menemanimu di kala kau ingin bersamaku
Maafkan aku ibu, bidadariku

Bidadari kesayangan
Mulia sepanjang usiamu
Seluruh hidupmu untaian doa
Sepanjang langkahmu berkah
Air mata penuh cinta dalam suka duka
Mutiara bercahaya surga
Engkau, ibuku!

Dalam peluk bidadariku yang tanpa sayap
buaian kasih sayang dalam temaram
Meraih erat cinta yang abadi
Hingga mata tak lagi Jelas memandang
Langkah yang tak lagi kokoh.
Tapi alangkah indahnya senyummu wahai ibu

Senyum yang dapat menenangkanku disaat ku gundah
Dalam balutan kasihmu
Yang tak pernah lelah
Memelukku erat dalam dekapan doa
Bila ku jauh dari pandanganmu

Puisi sambung Hari Senin, tanggal 21 Nopember 2022, dari anggota komunitas Rumah Pena Alegori, alumni kelas puisi KMO, pendiri Rani Iriani Safari.

Karya Sri Umiyati Soekamto, Kang Thohir, Iecha Az-Zahra, Fauzi Hammadfa, Yusniar, Sudirwan Naigeso, Titi Ariswati, Sarah, Safira, Erland Jaelani, Syafrida Yunita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun