Mohon tunggu...
Titi Anisatul Laely
Titi Anisatul Laely Mohon Tunggu... -

Titi Anisatul Laely, seorang mahasiswi STAIN Purwokerto dan Relawan di Rumah Kreatif Wadas Kelir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ramadhan, Memanusiakan Hidup Manusia

26 Juli 2014   13:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:11 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RAMADHAN, MEMANUSIAKAN HIDUP MANUSIA

Semakin hari dunia semakin panas dengan masalah politik, ekonomi, budaya dan masalah kenegaraan yang tidak pernah berhenti. Seperti sebuah lingkaran yang tak pernah berujung dan selalu berputar. Seperti sekarang yang sedang ramai berbicara masalah politik. Kursi Presiden yang sedang digoyahkan oleh rakyat. Sebagai seorang manusia kita tidak pernah lepas dari suatu masalah karena dari masalah itu kita hidup. Pandangan manusia tak pernah terhenti dengan urusan dunia. Mengedepankan nafsu yang sering kali membuat kita selalu merasa kekurangan.

Tak terasa tinggal beberapa hari lagi Hari Raya Idul Fitri. Bulan yang dinantikan selama sebelas bulan lalu oleh para muslim dan muslimah yang siap untuk mendapatkan keberkahan bulan Ramadhan. Mengapa gembira? Karena puasa membentuk manusia menjadi insan yang bertakwa dan memperoleh kesempatan kembali suci, putih, bersih, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Serangkaian acara menyambut bulan Ramadhan sudah disiapkan oleh umat muslim. Dari acara televisi, di masjid, sekolah, dan pemerintah. Banyak orang menyebut bulan Ramadhan penuh dengan keberkahan karena setiap umat muslim sedang berlomba-lomba untuk berbuat baik untuk mendapatkan kemenangan di hari idul fitri. Banyak harapan selama menjalani ibadah puasa. Ada delapan poin penting yang diharapkan bisa membawa perubahan dalam diri kita.

Pertama, puasa menjadikan kita berubah ke arah yang lebih baik. Kalau selama ini jiwa kita bengkok, sering kasak kusuk, tidak pasti, bingung, subyektif, penuh prasangka, tetapi setelah ditempa Ramadhan menjadi lurus kembali, obyektif dan mempunyai hati nurani.

Kedua, bulan Ramadhan dapat mendidik kita menjadi masyarakat yang saleh. kesalehan individual tidaklah cukup, karena Nabi Muhammad SAW pernah menegur sahabat yang berdoa untuk dirinya sendiri. kata Rasul, ”Jangan doakan diri sendiri saja, tapi doakan juga orang lain yang masih hidup maupun sudah mati”. Jadi kita tidak boleh egois. Nah, Ramadhan akan mengajak kita untuk berpikir sosial. Saleh secara individual maupun sosial.

Ketiga, pada bulan Ramadhan hati kita ringan dan tenang, lebih mudah beribadah dan berbuat baik kepada sesama sehingga diri menjad bersih pada Idul Fitri.

Keempat, puasa membuat manusia mempunyai rasa tenggang rasa. Ketika berpuasa kita akan memahami penderitaan orang yang kurang beruntung harus menahan lapar dan haus. Batin kita pun menjadi tajam dan sensitif melihat penderitaan orang lain. Memunculkan sikap empati kepada orang yang berstatus sosial lebih rendah.

Kelima, diharapkan Ramadhan dapat mempertemukan kita dengan makhluk-makhluk spiritual seperti para malaikat yang berbondong-bondong ke bumi pada bulan suci Ramadhan. Berkenalanlah dengan mereka sambil megharapkan Malam Lailatul Qadar (malam seribu bulan). Dimana ada suasana yang seperti menyihir kita. Ada rasa ajaib dalam diri kita sendiri. Itulah cara kerja malaikat. Luar biasa bila kita menemui malam seribu bulan itu.

Keenam, etos kerja kita semakin kuat setelah menjalani puasa Ramadhan karena fisik dan psikis kita telah ditempa. Pegawai atau profesional bisa bekerja dengan lebih baik, jujur giat dan kian berpandangan jauh ke depan. Ini merupakan harapan pasca Ramadhan.

Ketujuh, hablum minallah, ada komunikasi dengan Allah. Dulu kita tidak pernah menangis dan merindukan Tuhan, shalat pun hanya sebagai kewajiban dan beban. Pada saat Ramadhan kita akan merasa senang menjalani ibadah baik yan fardhu (wajib) atau yang sunnah. Menjadikan sholat sebagai kebutuhan, bukan beban. Selalu merindukan Tuhan dan menangis mengingat dosa-dosa yang telah kita lakukan. Artinya, ada dimensi yang kita cari dalam batin kita dan mengetahui betapa Tuhan mudah diajak berdialog. Tuhan memahami perasaan kita dan mengabulkan permintaan kita.

Kedelapan, ada tradisi positif di masyarakat yang semakin membawa kepada tingkat religius yang lebih tinggi. seperti budaya tadarus malam dan kegiatan yang berbasis keagamaan yang membuat kita terbiasa dengan kegiatan itu sehingga dapat dilanjutkan setelah Ramadhan usai. Serta kegiatan halal bihalal yang tidak ada di negara lain. Sebuah sarana menyambung silaturahmi yang hampir terputus, mempererat hubungan kembali dan istimewanya merangkul sesama manusia lintas agama.

Serangkaian harapan dan kegiatan ini dapat kita terapkan agar kita semakin menjadi manusia yang berkualitas. Yang menjunjung tinggi kebaikan dan memanusiakan manusia. Kita akan menghargai dan memahami setiap orang yang ada didekat kita. Kedamaian dan ketentraman hati membuat setiap insan merasakan ketenangan dalam hidupnya.

Untuk mengetahui berkualitas atau tidak Ramadhan kita nanti, ukurlah diri kita, sudahkah menjadi manusia yang lebih baik? Ramadhan akan menjadi solusi untuk umat manusia untuk masa pasca ramadhan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun