Identitas Film
Judul Film: Dancing In The Rain
Sutradara: Rudi Aryanto
Penulis: Sukhdev Singh & Tisa TS
Rumah Produksi: Screenplays Film & Legacy Pictures
Tahun: 2018
Pemeran Utama: - Dimas Anggara sebagai Banyu Anggoro
Bunga Zainal sebagai Kinara
Deva Mahenra sebagai Radin
Christine Hakim sebagai Eyang Uti
Pemeran Pendukung: - Gilang Olivier sebagai Banyu kecil
Greesella Adhalia sebagai Kinara kecil
Joshua Rundengan sebagai Radin kecil
Niniek L. Karim sebagai Eyang Widya
Djenar Maesa Ayu sebagai Katrin
Dolly Martin sebagai Ayah Kinara
Agus Lemu sebagai Ayah Kinara muda
Keke Soeryo sebagai Ibu Kinara
Qory Sandioriva sebagai Ibu Guru Banyu
Ayu Dyah Pasha sebagai Psikolog
Banyu Anggoro adalah seorang anak laki-laki yang hanya tinggal berdua dengan neneknya, Eyang Uti. Ibunya pergi begitu saja karena enggan merawat Banyu saat tahu Banyu lahir mengalami gangguan mental. Tidaklah mudah untuk merawat anak dengan keterbelakangan mental.
Eyang selalu berusaha tetap tegar dan sabar membesarkan Banyu seorang diri terlebih menanggapi omongan tetangga yang kurang pantas didengar. Begitu pula Banyu, tidak mudah menjadi pribadinya.
Banyu didiagnosa mengalami Spektrum Autism. Spektrum Autism adalah gangguan mental dengan kondisi dimana individu menarik diri dari lingkungan sosial atau bisa disebut anti sosial.
Keadaan ini baru diketahui Eyang Uti saat Banyu memasuki masa sekolah TK. Di sekolah, Banyu terlihat tidak tertarik untuk mengikuti jalannya kegiatan belajar mengajar, entah itu menyanyi atau bermain dengan teman sebayanya. Ia memiliki dunianya sendiri.
Banyu suka sekali menggambar. Menggambar adalah satu-satunya hal yang biasa ia lakukan ketika jam belajar berlangsung. Dia juga menyukai hujan. Hal itu terlihat dari ekspresi Banyu yang mulai tersenyum lebar dan girang ketika hujan datang.
Dalam Bahasa Jawa, arti “Banyu” berarti “air”. Dari namanya, Eyang Uti juga berharap kalo kelak Banyu juga bisa menjadi sumber kehidupan untuk sesamanya karena air sendiri pun mempunyai arti sumber kehidupan manusia yang sangat bermanfaat untuk sekitarnya.
Banyu yang hampir tidak pernah keluar rumah, tiba-tiba ia ingin sekali keluar dari rumah untuk melihat suasana dan lingkungan di luar. Ia jalan kemudian melihat segerombolan anak-anak seusianya bermain sepak bola. Banyu ingin ikut bergabung dengan mereka karena dia melihat anak-anak itu bermain dengan asik.
Sewaktu tiba di lapangan bola, Banyu pegang bola sepak itu dan tidak mau memberikan kembali pada anak-anak yang sedang bermain. Banyu mempunyai karakter dimana ketika ia sedang mempunyai atau memegang barang yang membuat dia merasa bahagia, maka orang lain tidak boleh merebut atau memilikinya karena ia berfikir barang tersebut sudah sepenuhnya menjadi hak milik.
Hal itu membuat anak-anak yang sedang bermain merasa tidak terima dan menjadi marah, kemudian mereka pun ngeroyok dan memukul Banyu. Ketika pertengkaran terjadi, ada salah satu anak datang dan melindungi Banyu dari lemparan batu yang mengenai tubuhnya. Ia adalah Radin. Sejak saat itu Radin dan Banyu bersahabat.
Tanda persahabatan mereka pun dimulai ketika Radin mengajak Banyu untuk membuat sebuah ketapel dan memberikan penjelasan mengenai kegunaan dari ketapel ini yaitu untuk menjaga diri Banyu dari serangan anak-anak nakal.
Di waktu yang sama, ada anak perempuan bernama Kinara sedang diganggu oleh anak-anak lain sampai ia menangis karena isi tasnya berisi buku pelajaran berantakan keluar.
Kemudian Banyu menolong Kinara dengan cara memainkan dengan handal ketapel miliknya itu. Akhirnya Banyu memiliki dua orang sahabat, Radin dan Kinara. Kinara adalah perempuan cantik yang memiliki penyakit Meningitis dari kecil.
Hingga waktu pun berlalu dan mereka beranjak dewasa. Banyu tumbuh sebagai remaja yang pandai dan memiliki hobi bermain rubik. Banyu juga sering mengikuti kompetisi sains dan selalu mendapat peringkat. Sedangkan Radin tumbuh sebagai pemain basket. Kinara tumbuh menjadi sosok gadis cantik yang periang.
Konflik mulai muncul sewaktu mama Radin memfitnah Banyu. Sendari kecil, mama Radin memang selalu melarang Radin untuk berteman dengan Banyu. Katanya, Radin tidak pantas untuk berteman dengan anak gangguan mental seperti Banyu.
Radin datang di saat Banyu tidak sengaja mendorong mamanya sampai jatuh. Dari situ Radin marah dan merasa tidak terima dengan perilaku Banyu. Disaat yang sama Mama Radin juga memberi tahu Kinara untuk tidak menemui Radin lagi.
Saat pertandingan final basket, tiba-tiba Radin jatuh dan harus dibawa ke rumah sakit. Tanpa disangka-sangka, Radin mengalami gagal jantung dan harus segera melakukan tranplantasi jantung. Mamanya sangat panik.
Disaat itulah Banyu yang sudah menganggap Radin adalah saudaranya rela memberikan jantungnya. Disaat yang sama kondisi Kinara semakin memburuk dan harus dirawat dirumah sakit.
Saat Banyu memutuskan untuk memberikan jantungnya pada Radin, ia tak memberi tahu siapapun. Banyu menulis surat “I want to give my heart to my brother, Radin”. Surat itu dimasukkan ke amplop disertai foto mereka bertiga.
Banyu berpamitan dengan Eyang Uti waktu beliau tidur. Banyu sedih meninggalkan Eyang Uti, tapi ini sudah menjadi pilihannya. Banyu pun pergi ke tengah jalan. Saat itu hujan turun, ia tersenyum dan menyebrang dengan sembarangan. Ia pun tertabrak truck.
Saat itu pihak rumah sakit memberi tahu Mama Radin bahwa ada seseorang yang ingin mendonorkan jantungnya untuk Radin. Mamanya pun menemui pendonor tersebut. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui Banyulah pendonor itu. Mama Radin pun merasa bersalah dan memohon ampun pada Eyang Uti karena sering menghina-hina Banyu.
Setelah operasi dilakukan Radin baru tersadarkan dari tidur panjangnya. Ia ingin menemui Banyu. Sayangnya Banyu tak dapat ia temui dan ia pun sedih. Dan bertambah sedih sewaktu ia mengetahui bahwa jantung yang ia miliki adalah jantung Banyu. Kemudian Kinara dan Radin pun mengunjungi pemakaman Banyu. Pada akhirnya Banyu memang sesuai namanya, bermanfaat buat orang lain.
Kelebihan dari film ini adalah terdapat alur cerita yang jelas sehingga penonton dapat menikmati dan mengambil nilai-nilai dari film tersebut. Dari setiap pemain dan karakter pintar memainkan peran sehingga dapat membuat penonton terbawa suasana dan terbayang-bayang dari alur ceritanya.
Kekurangan dari film ini yaitu dalam penjelasan mengenai gangguan mental masih terasa kurang untuk di jelaskan secara detail pada film ini karena hanya menunjukkan karakter autism saja tidak di jabarkan termasuk autism jenis apa. Karena autism terdapat berbagai jenis, bentuk, dan cara penanganannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H