Mohon tunggu...
Titi Ila Ashari
Titi Ila Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Istj

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gimik Politik dalam Pilpres 2024 di Media Sosial

16 Desember 2023   11:25 Diperbarui: 16 Desember 2023   11:27 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: perludem.org

Saat ini media massa menjadi media sosial online baru dalam komunikasi massa yang memberikan dampak besar bagi masyarakat, hampir semua orang memiliki media sosial untuk berkomunikasi. Tetapi, bukan hanya berkomunikasi saja tapi juga memiliki fungsi yang banyak seperti tempat berbisnis, alat promosi, sumber belajar, hiburan, isu global, alat kampanye dan sebagainya.

Media massa mempengaruhi berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, maupun politik. Dalam bidang politik, media massa dapat digunakan sebagai alat pendukung aktivitas politik seperti propaganda dan kampanye politik. Media massa dinilai berhasil untuk keperluan kampanye karena memudahkan masyarakat mengetahui para capres-cawapres dan memungkinkan paslon bisa berinteraksi dengan masyarakat. Interaksi bisa seperti menanggapi komentar, pembuatan konten, lalu memberi ruang untuk kebebasan berekpresi, dan banyak lagi. Namun, media sosial juga mempunyai dampak negative terhadap aktivitas kampanye yaitu penyebaran hoaks, muncul banyak akun fake atau buzzer untuk menjatuhkan paslon lain, dan sebagainya. Saat ini para paslon sudah memiliki media sosialnya masing-masing, mulai dari Instagram, TikTok, hingga YouTube, namun hanya Prabowo yang tidak memiliki YouTube dan TikTok. Mereka sudah menggunakan media social ini dari lama namun, saat ini digunakan untuk berkampanye.

Biasanya, saat masa kampanye pemilu muncul yang namanya gimik politik. Apa itu gimik politik? Gimik politik adalah strategi yang digunakan oleh politisi untuk membuat sebuah citra tertentu dan dapat menarik perhatian publik. Gimik dapat berupa tata rias atau cara berpakaian yang khas, lagu atau jargon yang mudah diingat, tindakan di depan publik, dan sebagainya.

 Saat ini banyak sekali gimik politik yang bermunculan di media sosial, dan banyak pula gimik para paslon yang viral untuk menarik suara genersi muda, seperti yang sempat viral yaitu "gemoy" julukan dari netizen untuk Prabowo Subianto. Ia dijuluki "gemoy" karena sering terlihat berjoget atau bertingkah lucu yang menurut orang-orang itu hal yang menggemaskan hingga muncul lah kata "gemoy". Ada dari Ganjar Pranowo dengan gimik salam tiga jari yang mirip seperti film The Hunger Games yang artinya taat pada Tuhan, patuh pada hukum, dan setia kepada rakyat. Terakhir, gimik dari Anies Baswedan adalah membolehkan komika atau membuat konten tentang dirinya yang diroasting atau dikritik. Gimik ini dijadikan isyarat bahwa Anies Baswedan tidak anti kritik.

Gimik politik merupakan upaya untuk dapat mengendalikan atau mempengaruhi publik melalui berbagai konten kampanye yang semata-mata hanya untuk bisa "naik daun" dengan menampilkan sebuah konten kontroversial atau hal yang tidak penting untuk mendapatkan perhatian tanpa memberikan informasi penting dan mendidik. Hal ini hanya akan dinilai tidak serius dalam menanggapi berbagai permasalahan yang ada di masyarakat.

Menurut saya, gimik politik itu boleh dilakukan karena dapat menarik perhatian masyarakat. Namun, jangan di lakukan terlalu sering atau berlebihan karena gagasan, ide dan solusi permasalahan di Indonesia lebih penting untuk bangsa. Yang di lakukan capres-cawapres setelah terpilih adalah menjalankan janji dan gagasan saat mereka berkampanye bukan gimiknya. Oleh karena itu, harus diingat bahwa perlu adanya kewaspadaan terhadap berbagai gimik yang sering muncul di media sosial. Mari pilih pemimpin dengan cerdas, pilih yang mementingkan rakyatnya, berani, jujur, dan adil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun