Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Bangsa dan Kesehatan Jiwa (Mental)

11 Oktober 2011   00:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:06 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136170" align="aligncenter" width="200" caption="Jati Diri Bangsa, from google image"][/caption] Banyak kita jumpai di masyarakat kita kejadian-kejadian yang sangat memperihatinkan sehubungan dengan kestabilan mental hingga kesehatan jiwa dari anak bangsa ini. Mengapa penulis perlu mengangkat thema ini? Coba kita amati dengan sedikit cermat sekelumit kejadian ini:

  1. Aksi tawuran mulai dari pelajar/mahasiswa, sekelompok masyarakat (antar kampung) dan lain-lain.
  2. Ulah supporter seperti saat mendukung tim yang diidolakannya.
  3. Seorang ibu yang menelantarkan anaknya hingga membunuh anaknya dengan alasan yang sangat memperihatinkan.
  4. Seorang kakek memperkosa cucunya.
  5. Ulah supir angkutan yang memperkosa penumpangnya.
  6. Perilaku pengemis dan gepeng serta pengamen jalanan yang meminta uang di lampu merah.
  7. Pelaku peminta sumbangan dengan dalih mendanai anak yatim, mesjid atau lainnya yang berkedok agama tertentu.
  8. Perilaku pengendara motor/mobil yang ugal-ugalan dijalan raya.
  9. Aksi pencurian sepeda motor yang terkoordinir dengan rapi.
  10. Aksi mencurian Pulsa Seluler yang marak sekali.
  11. Aksi demo dengan berbagai alasan di berbagai daerah, mulai pilkada, kaum buruh dan lain-lain yang berujung anarki/kekerasan hingga nyawa menjadi taruhannya.
  12. Perilaku para pemimpin/pejabat saat bersidang di parlemen, hingga ada tindak pemukulan, pelemparan hingga caci-maki dan lain-lainnya.

Dan masih banyak lain-lainnya. Mungkin sebagian kita pasti melihat, mendengar semua kejadian diatas itu, namun ada yang menyimak, ada yang hanya mengelus dada/perihatin, hingga ada yang menjadikannya sesuatu yang biasa saja karena sudah membudaya akibat seringnya terjadi. Pertanyaannya: Apakah hal ini akan dibiarkan saja?, sampai kapan?, apa penyebab yang paling krusial?, adakah upaya untuk mengurangi/mengatasinya? dan masih banyak sederet pertanyaan lainnya... Banyak pendapat yang mencoba memberikan analisa dari semua fenomena yang sudah menasional ini, antara lain: - Adanya dekadensi moral - Keadaan ekonomi yang tidak/cenderung kurang berkembang sehingga belum mensejahterakan rakyatnya, sehingga terjadi kesenjangan yang sangat mencolok di masyarakat, yang kaya makin kaya, yang melarat makin terpuruk. - Belum adanya keterpihakan para pengayom bangsa kepada rakyatnya, baru sebatas kelompok/partainya saja, atau baru sebatas wacana tentang perekonomian kerakyatan. - Tidak adanya tempat/wadah yang menampung semua keluhan/pengaduan yang benar-benar peduli dengan aksi yang nyata terhadap semua keluhan yang terjadi di masyarakat kita. - Ketidak-pedulian semua aparat/pendidik/pemuka masyarakat/tenaga professional yang kurang mau atau tidaknya focus kepada semua kejadian diatas. (contoh dokter yang hanya menangani penyakit di RS/hanya mengatasi penyakit fisik, Pemuka agama yang hanya mengisi/ceramah di mesjid/saat-saat tertentu saja, dll) - Dan masih banyak pendapat lainnya. Memang ini merupakan pekerjaan rumah yang sangat banyak dan membutuhkan penyelesaian secara baik, berkelanjutan/simultan. Semua ini bukan saja tugas dari pemerintah dan aparatnya, namun melibatkan semuanya...semua lapisan masyarakat tanpa pengecualian, mulai dari tenaga professional (dokter, guru, pengacara dll), pemuka agama, budayawan, politikus, pemuda/mahasiswa/pelajar dan lain-lain. Bila semuanya terintegrasi dalam bentuk yang sinergi satu sama lain tanpa mengkotak-kotakkan, semuanya terlibat dan peduli, pasti semua masalah diatas dapat dicarikan jalan keluarnya dengan baik, semoga saja... Salam peduli. Titi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun