Mohon tunggu...
Titi Warsiti
Titi Warsiti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang yang simple, ceria dan senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rezeki itu seperti Keringat dan Daki

29 Maret 2011   23:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:18 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_97630" align="alignleft" width="300" caption="Ciuman buat Ayah, from google image"][/caption] Seperti biasa pagi ini aku bangun dan melaksanakan sholat shubuh, dan setelah melaksanakan sholat shubuh, aku melihat Ayahku duduk di depan teras rumah sambil di temani secangkir kopi, entah mengapa seperti ada kekuatan yang menarik diriku untuk mendekat ke Ayahku dan duduk di sampingnya sehingga kami terlibat obrolan yang cukup singkat tapi memiliki makna yang sangat mendalam dan berarti buatku. Saat kami mengobrol aku sempat mengucapkan terima kasih kepada ayahku yang sudah menyediakan semua kebutuhanku sejak dari aku kecil hingga sekarang ini, dan aku sangat mengagumi betapa besar jasa dan perjuangan Ayahku dalam mencari rezeki buat menghidupi keluarganya dan yang sangat terlihat sekali adalah begitu besarnya tanggung jawab Ayahku kepada kami, beliau rela melakukan apa saja demi mendapatkan rezeki yang halal untuk menghidupi kami semua. Dan aku sempat menanyakan kepada Ayahku, "Ayah..., apakah Ayah tidak merasa lelah sedikitpun dalam mencari rezeki selama ini, mengingat begitu besar tanggung jawab Ayah selama ini?" Ayahku hanya tersenyum mendengar pertanyaanku ini, dan iapun menjawab, "Ayah tidak pernah dan tidak akan merasa lelah dalam mencari rezeki buat kalian, karena ini sudah merupakan amanah yang harus Ayah lakukan buat keluarga ini". Lalu aku bertanya lagi, "Ayah..., apakah Ayah tidak pernah kuatir suatu saat Ayah tidak mendapatkan rezeki lagi sehingga Ayah harus berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan rezeki itu, sementara semakin hari Ayah semakin tua dan tenagapun kian berkurang?" Dengan senyuman yang sangat indah Ayahku menjawab, "Tidak Ti..., Ayah tidak pernah kuatir dan tidak akan pernah merasa kuatir akan kehabisan rezeki, karena kita punya Allah SWT yang sudah mengatur rezeki buat Ayah dan keluarga Ayah termasuk buatmu". Belum lagi Aku melanjutkan pertanyaanku, Ayahku sudah melanjutkan perkataannya, Iya Ti...memang rezeki itu sudah diatur oleh Allah SWT dengan sangat adil sekali buat semua hamba-hambaNya, selama hambaNya mau berusaha dengan baik dan benar, maka rezeki itu akan datang dengan sendirinya, lagi pula perlu kamu ketahui Ti..., bahwa rezeki itu seperti 'keringat dan daki' yang keluar dari tubuh kita, pagi hari kita mandi maka keringat dan dakipun akan luntur semua habis terbawa air, akan tetapi bila kita keluar rumah 'keringat dan daki' itu akan keluar lagi dan menempel di tubuh kita, begitu saja terus tidak ada habisnya. Jadi selama kita mau keluar rumah dan bekerja dengan cara yang baik dan benar, maka rezekipun akan datang seperti 'keringat dan daki' yang menempel di tubuh kita, dan agar 'keringat dan daki' yang keluar dari tubuh kita menjadi banyak, maka kita harus 'lebih lama' berada di luar rumah, artinya kita harus 'giat bekerja', niscaya semakin banyak 'keringat dan daki' yang keluar maka rezekipun akan kita dapatkan semakin banyak. itulah yang membuat Ayahmu ini yakin dan tidak pernah mengkuatirkan masalah rezeki itu, karena Allah SWT sudah mengaturnya dengan sangat adil buat semua hamba-hambaNya yang mau berkeringat dan mengeluarkan daki dari tubuhnya. Sungguh aku tidak percaya akan semua ucapan yang mengalir dari mulut Ayahku ini, betapa aku semakin mengagumimu Ayah, yang begitu besar tanggung jawabmu..., yang begitu besar kasih sayangmu..., yang rela mengeluarkan keringat dan dakinya demi mendapatkan rezeki buat kami di rumah, sekalipun harus kau korbankan warna kulitmu yang semakin hitam kelam dan mengkilat karena harus bermandikan cahaya dan teriknya matahari, namun semuanya itu Ayah lakukan dengan sebuah 'keikhlasan' yang terpancar dari raut wajahmu yang semakin banyak dihiasi kerutan-kerutan yang menjadi 'lukisan indah' di wajahmu dan itu bukti akan perjuangan dan ketulusan serta kesucian hatimu, aku sangat mencintaimu Ayah..., aku sangat menyayangimu ayah..., Kaulah Pahlawan Surga buat kami, karena Kaulah... aku, ibu dan adik-adikku dapat merasakan semuanya... karena Ayah dengan 'Ikhlas' mengeluarkan 'keringat dan daki' dari kulit tubuhmu yang semakin tua dan keriput, namun kau tak pernah merasa 'lelah' apalagi 'mengeluh' untuk semuanya itu... I Do Love You Ayahku..., bila aku harus duduk tafakur dihadapan Allah disholat shubuhku pagi ini, akupun rela tak bisa beranjak dari sajaddahku untuk selalu mendo'akanmu agar semua pengorbananmu dibalas oleh Allah SWT dan semua 'keringat dan daki' yang sudah Ayah keluarkan bisa menjadi sungai dan butiran pasir kebaikan yang tak terhingga jumlahnya  yang akan mengalir terus di kehidupan Surgamu kelak. Amin yaa robbal alamin... Terima kasih Ayahku, pagi ini adalah pagi teristimewa buatku, sehingga sekarang aku mengetahui sendiri betapa Ayah begitu mencintai dan menyanyangi kami semua, Titi tak tahu bagaimana caranya untuk membalaskan semua kebaikan dan kemulyaan hatimu, hanya do'a yang bisa Titi panjatkan dan Titi juga sangat mencintai dan menyanyangimu Ayah... Salam Kompasiana, Titi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun