Mohon tunggu...
Titha Lyziana Nirmala
Titha Lyziana Nirmala Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Fresh Graduate of International Relations

Penulis amatir yang suka menulis berbagai macam hal random dan bercerita apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Skripsi: Pembentuk Mental Baja Mahasiswa Akhir

3 November 2023   15:30 Diperbarui: 3 November 2023   15:33 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mahasiswa akhir pasti punya banyak kegiatan dan urusan segudang yang harus dijalani. Mulai dari menyusun draft, bimbingan, revisi, seminar proposal, seminar hasil pendadaran sampai yudisium. Pada proses penyusunan skripsi ini, mental mahasiswa dibentuk dan ditempa secara tidak langsung. Misalnya ketika ingin menemui dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan, tentu banyak persiapan yang harus dilakukan dimulai dari draft yang sudah harus selesai, "bekal" pengetahuan mengenai apa yang sudah dituliskan dan mampukah menjawab pertanyaan yang nanti diajukan dosen pembimbing, belum lagi ketika dosen memiliki banyak jadwal sehingga kesulitan untuk melakukan bimbingan. Ketika menemui dosen, kita diajarkan untuk berkomunikasi dengan baik dan sopan santun.

1. Ujian Mental Lewat Dosen Pembimbing

Rata-rata mahasiswa akhir di Indonesia mengeluhkan tentang sulitnya menemui dosen pembimbing yang mana mungkin ini dapat menjadi permasalahan besar mahasiswa. Bagian ini memang menjadi bagian yang paling menguji mental mahasiswa. Semangat mahasiswa yang sudah sangat berapi-api biasanya perlahan meredup jika menemui kesulitan ini. Mahasiswa biasanya akan "kena mental" banget namun dari sini akan terlihat bagaimana cara dan sikap mahasiswa agar dapat menyelesaikan masalah ini. Apakah mahasiswa tersebut memiliki sikap yang gigih dan mental yang kuat? Jika ya, mahasiswa tersebut akan terus mengejar dosen sampai skripsinya terselesaikan. Bagaimanapun caranya dan seberat apapun rintangannya pasti akan ditempuh. Hal ini kembali kepada pribadi masing-masing mahasiswa, ketika mahasiswa tersebut memiliki niat dan semangat yang kuat masalah pasti akan terselesaikan walaupun jiwa terbantai.

2. Writer's Block : Ujian Menguras Otak

Kondisi tadi bukan berarti menjadi kondisi mutlak yang dirasakan oleh seluruh mahasiswa akhir. Ada juga mahasiswa akhir yang memang beruntung dalam memilih dosen pembimbing, namun bukan berarti dunia akan damai ya bestie ! Masalah lain yang biasanya dihadapi mahasiswa akhir adalah stuck atau writer's block dalam mencari ide atau bahkan bingung mau nulis apa lagi. Ada dua cara terkait penyelesaian masalah ini, pertama, minta tutor dari teman. Kamu bisa berdiskusi dengan teman terkait kebingunganmu atau bahkan jika kamu ragu tentang apa yang sudah kamu tuliskan, apakah penggunaan teori dan konsepnya sudah benar? Dengan berdiskusi dengan teman sebaya biasanya kamu akan mendapat insight karena kamu secara tidak langsung mereview dan mengulas apa yang sudah kamu tuliskan, maybe there's a missing part. Cara kedua, tentu berdiskusi dengan dosen pembimbing. Sesuai dengan namanya yakni dosen pembimbing, dosen pembimbing ada untuk membimbing atau mengarahkan mahasiswa binbingannya. Berdiskusilah dengan baik secara dua arah sehingga dosen bisa mengetahui apa yang kamu maksud dan sebaliknya.

3. Melatih Untuk Terbiasa Sendiri

Permasalahan yang dirasakan oleh mahasiswa akhir biasanya dijalani secara mandiri a.k.a sendirian. Bukannya tidak punya teman untuk jalan keluar mencari udara segar ataupun tidak punya teman untuk sekedar mencari makan bersama. Tetapi sendiri disini lebih kepada sendiri dalam menghadapi semua rangkaian dimulai dari bikin draft sampai pada yudisium (tidak untuk wisuda karena jika perjuangan perkuliahan artinya sudah selesai jika sudah sampai pada tahap wisuda hehehe). Mulai dari ke kampus hanya untuk bertemu dosen pembimbing, membuat draft dimanapun, sampai pada bolak balik kampus untuk mengurus syarat pendaftaran seminar-seminar, yudisium dan wisuda. Based on my experience sih teman memang masih banyak namun tidak semuanya akan selalu ada untuk saya. Apalagi jika itu teman satu angkatan yang mana mereka pun juga pasti sedang merasakan hal yang sama karena sedang sama-sama berjuang untuk lulus. Mau ngeluh, mereka juga sama aja punya keluhan sendiri. Mau ajak mereka bikin draft bareng juga nanti ujung-ujungnya pasti bukan ngedraft, melainkan ghibah xixixi. Belum lagi beberapa teman yang memang sedang desperate biasanya sensitif sekali jika ditanya mengenai skripsi yang akhirnya kita kalau ketemu ya cuma bahas tentang hal-hal diluar skripsi. Awalnya memang terasa menyedihkan tapi lama-kelamaan itu juga bukan hal yang buruk. Untuk saya, saya jadi menyadari bahwa dunia memang tidak selalu berputar pada saya. Kita cuma punya kita sendiri yang siap menemani sampai kapan pun dan dalam kondisi apapun.

4. Ujian Material Sampai Demam Panggung Sempro, Semhas, Pendadaran

Selain secara psikis, ujian skripsi juga biasanya datang dari hal materi. Tiba-tiba laptop rusak dan harus ganti yang lumayan bisa bikin kepala nyut-nyutan karena kepikiran harga laptop baru atau harga servicenya. Kalau tidak laptop, ya handphone. Walaupun handphone tidak berurusan secara langsung dengan proses bikin draft tapi kan itu juga krusial salah satunya menghubungi dospem. Tapi tenang saja, kesulitan ini akan terlalui juga bagaimanapun caranya. Rezeki pasti akan datang dari manapun pada hamba-Nya yang memang sedang berjuang *jiakh.

5. Demam Panggung Sempro, Semhas, Pendadaran

Sidang skripsi merupakan puncak perjuangan mahasiswa akhir. H-1 minggu sidang skripsi masih terlihat santai saja masih bisa haha hihi. Menuju H-1 apalagi malamnya biasanya baru terasa deg-degan, feels like i'm dying tomorrow huaaa. Padahal sesudah keluar dari ruangan sidang semuanya terasa biasa saja i mean like "Oh ternyata tadi kayak sesi tanya jawab biasa aja ya." "Oh ternyata aku bisa yaa jawab pertanyaannya". Kesimpulannya ketakutan itu harus dilawan. Untuk melawan semua ketakutan yang ada tentunya perlu bekal. Selain dengan belajar, bekal spiritual juga sangat diperlukan. Bagi yang beragama muslim, kencangkan ibadah fardhu dan sunnahnya meminta pertolongan Allah SWT agar segalanya dilancarkan. Terdengar klasik memang namun cara ini sangat ampuh. Semua kemampuan seluruhnya sudah dikerahkan, saatnya untuk berserah diri pasrah kepada Allah SWT. Insya Allah, Allah akan memudahkan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun