Mohon tunggu...
AY_Satriya Tinarbuka
AY_Satriya Tinarbuka Mohon Tunggu... profesional -

Mahasiswa abadi jurusan Filsafat Sastra Mesin di kampus kehidupan ... :D

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebijakan Ekonomi yang Misterius di Tiongkok, Bagaimana dengan Kita?

4 April 2016   11:25 Diperbarui: 4 April 2016   12:04 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Cartoon (sumber: bikinan sendiri lah yaw...)"][/caption]Pada Bulan Januari 2016, George Soros menyatakan bahwa ekonomi Tiongkok akan kolaps. Ini ancaman serius mengingat Soros memiliki porto polio dalam menghancurkan poundsterling di tahun 1992 dan memporak-poranda ekonomi ASEAN di tahun 1997. Terlebih kondisi ekonomi Tiongkok tidak baik, petumbuhan yang terus melambat plus nilai tukar mata uang Tiongkok yang juga terus melorot. Ancaman dan indikator ini sepertinya sudah cukup untuk membuat investor asing panik dan menarik dananya dari Tiongkok sehingga ekonominya kolpas. Tapi kenyataanya, hingga bulan April, ekonomi Tiongkok masih bertahan. Sampai-sampai IMF pun penasaran dan meminta agar Beijing memberikan lebih banyak info tentang pengelolaan mata uangnya.

Sebelumnya, pada November 2015, IMF pernah meminta Beijing untuk membeberkan pengelolaan keuangannya terkait penggunaan mata uang Tiongkok (Yuan/Reminbi) sebagai Reserve Currency. Ada yang bilang bahwa transparansi keuangan dari Beijing pada bulan November ini dijadikan bahan untuk George Soros menghantam mata uang Tiongkok.

Saya sebenernya pengagum Soros karena dia juga punya metode khusus untuk memahami kondisi finansial, tapi kelihatannya kali ini metodenya sedang sial.

Akhir-akhir ini, sebagian analis ekonomi menyatakan bahwa banyak negara tidak menghendaki perekonomian Tiongkok ambruk, maka dari itu ramalan Soros jadi meleset. Tapi coba kita bayangkan, jika Anda punya tabungan di sebuah bank kemudian seorang pakar finansial terpercaya menyatakan kalau bank tersebut akan segera bangkrut, apakah anda tidak akan menarik rekening Anda hanya karena Anda tidak ingin bank tersebut bangkrut? Apakah tidak kuatir jika nasabah lain akan menarik simpanannya sehingga bank tersebut benar-benar kolaps?

Jika kita mencoba melansir berita-berita seputar ramalan Soros di atas, kita akan menemukan banyak pernyataan bahwa Soros akan gagal menjatuhkan remimbi yang terbit pada akhir Januari 2016. Berita-berita inilah yang membuat investor asing tidak gegabah menarik investasinya dari Tiongkok. Apakah berita-berita anti Soros tersebut muncul secara spontan? Sepertinya tidak. Saya menduga, ada intelijen ekonomi Tiongkok di belakangnya!

Saya tidak sempat membaca seluruh berita yang terbit di Bulan Januari 2016 yang menunjukkan bahwa Soros keliru. Tapi dari beberapa artikel yang saya baca, sebagian memberikan 'nada' yang sama, yaitu bahwa perlambatan ekonomi di Tiongkok tidak menuju ke kolaps melainkan adalah usaha untuk peningkatan kapasitas ekonomi Tiongkok.

Asal tahu saja, istilah 'peningkatan kapasitas ekonomi' adalah istilah yang saya pakai di tahun 2012 saat menulis di kompasiana ini tentang ekonomi Tiongkok. Istilah itu dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa Tiongkok melakukan pembangunan di wilayah Tiongkok bagian barat yang miskin. Tujuannya adalah agar daerah tersebut meningkat kemakmurannya sehingga mampu mengkonsumsi produk-produk Tiongkok yang mulai kesulitan mencari pangsa pasar di luar negeri. Dengan demikian akan terjadi peningkatan konsumsi dalam negeri Tiongkok, bahkan bisa mendorong peningkatan produksi. Peningkatan inilah yang saya maksud dengan 'peningkatan kapasitas ekonomi'.

Setelah membaca tulisan-tulisan anti prediksi Soros yang terbit di Januari 2016, saya baru tahu kalau para ekonom tidak menggunakan istilah 'peningkatan kapasitas ekonomi' melainkan menggunakan istilah 'perubahan struktur ekonomi Tiongkok dari semula ekonomi investasi menjadi ekonomi konsumsi'. Maklumlah, saya bukan dari disiplin ilmu ekonomi, tapi dari teknik! Hehehe ....

Satu lagi hal yang menarik bahwa semua tulisan menentang Soros yang saya baca, tidak satu pun yang ditulis oleh penulis dari Tiongkok. Ini betul-betul khas hasil kerja intelijen dimana agen intelijen tidak melakukan aksi dengan tangannya sendiri melainkan meminjam tangan orang lain. Contohnya serbuan batik dari Tiongkok ke Indonesia. Apakah para agen intelijen ekonomi Tiongkok datang ke Indonesia sambil menawarkan batik ke Pasar Klewer di Solo? Tidak. Para agen intelijen Tiongkok hanya membuat banyak orang Indonesia membawa batik dari Tiongkok ke Pasar Klewer.

Nah, kalau IMF ngebet pengen tahu kebijakan Beijing dalam mengelola keuangannya tanpa memahami kinerja intelijen ekonomi Tiongkok, dijamin IMF tidak bisa belajar apa-apa. Mungkin orang-orang IMF sudah terlalu antipati terhadap komunis sehingga sama sekali tidak mau mempelajari sistem komunis. Jadinya, mereka tidak tahu betapa vital peran intelijen dalam mendukung kebijakan pemerintahan Beijing.

Dengar-dengar, katanya pemerintah Indonesia berencana mengeluarkan paket kebijakan ekonomi keduabelas. Banyak juga yah, kebijakannya. Apakah kebijakan tersebut dikawal oleh intelijen ekonomi? Katanya lagi, kebijakan keduabelas fokus pada pengembangan UMKM. Mungkin akan terlihat aneh, mendorong pertumbuhan UMKM di saat ekonomi global sedang lesu, gimana UMKM bisa mendapatkan pembeli? Tapi kalau kita belajar dari Tiongkong tentang peningkatan kapasitas ekonomi, maka pertumbuhan UMKM bisa dicapai. Lagian, Presiden Jokowi gencar membangun infrastruktur. Dan infrastruktur adalah kunci peningkatan kapasitas ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun