Kent adalah penyelundup rokok yang dicurigai sebagai pemasok senjata bagi teroris Irlandia Utara atau IRA. Salah satu lembaga intelejen Inggris, MI5, bermaksud menyusup ke dalam jaringan Kent. Kemudian direkrutlah seorang pemuda dengan ciri fisik yang memenuhi untuk misi penyusupan atau dikenal pula dengan istilah clandestine. Hanya ciri fisik yang diperhatikan dalam rekrutmen, kemampuan intelejensia maupun pandangan moral tidak dipedulikan.
Awalnya agen MI5 yang masih culun ini membeli rokok illegal. Pembelian berjalan lancar. Usai pembelian, sang agen melakukan kesalahan fatal, yaitu bertanya kepada Kent apakah ia bisa membeli senjata. Agen baru ini sudah dibriefing engga boleh mancing-mancing gituan. Tapi maklum aja, agen ini dibayar untuk menangkap terduga  teroris makanya keburu nafsu ingin segera menangkap Kent.
Kent segea merespon pemintaan sang Agen MI5 dengan mengontak seseorang yang menurutnya bisa menyediaka senjata. Yang dikontak oleh Kent tak lain adalah seorang agen MI5 yang sengaja menyamar sebagai penyelundup senjata! MI5 pun kaget, ternyata Kent belum pernah berbisnis senjata sebelumnya. Dan kian kaget ketika mengetahui bahwa Kent sama sekali tidak ada hubungannya dengan IRA.
MI5 pun menyanyikan lagu dangdut, terlanjur basah ya sudah mandi sekali. Kalo dibiarkan begitu saja, Kent bisa-bisa menjadi pemasok senjata beneran. Makanya, misi dilanjutkan hingga Kent tertangkap basah membeli senjata.
Kent naik pangkat dari penyelundup rokok menjadi penyelundup senjata gara-gara kelakuan jahil agen MI5 yang culun. Agak wajarlah klo Kent ditangkap karena punya catatan kriminal. Tapi bagaimana jika "korban" agen intelejen culun adalah orang yang tidak memiliki catatan kriminal? Dan hal itu terjadi di Amerika Serikat dalam kasus yang dikenal dengan nama Fort Dix 5 Plot (sumber: theguardian.com).
Kasus Fort Dix 5 Plot menimpa keluarga keturunan Albania. Mereka yang tengah liburan di Pennsylvania  mencoba menembak di lapangan tembak terbuka secara legal. Usai menembak mereka berteriak Allahu Akbar dan Jihad. Semuanya terekam dalam handycam.
Ketika film hendak ditransfer ke DVD melalui toko layanan digital, pelayan toko ketakutan melihat video tersebut dan langsung menghubungi FBI. FBI pun segera merespon dengan melancarkan misi mirip seperti misi MI5 di atas, dimulai dengan merekrut orang-orang keturunan albania tanpa melihat kemampuan intelejen maupun kualitas moralnya.
Bukan hanya kasus Fort DIx 5 Plot maupun Kent dimana orang biasa terjebak dalam misi intelejen. Sudah banyak yang jadi korban, umumnya orang muslim pasca peristiwa 9/11. Â Kasus jebakan ini dikenal denga nama "Entrapment".
Kini, kasus entrapment banyak dibahas dalam kajian moral misi intelejen. Ada sebagian yang mendukung karena mencegah kejahatan di masa depan, ada pula yang menolak karna semua manusia sama berpeluang melakukan kejahatan sehingga takkan ada yang lolos dari jebakan tersebut. Namun, baik yang menolak ataupun menerima entrapment, keduanya sepakat bahwa perekrutan agen intelejen haruslah mempertimbangkan kualitas kecerdasan maupun kualitas moral.
Demikian tulisan ini dibuat karena dalam sebuah komen saya pernah janji mau menulis tentang perekrutan agen intelejen yang payah .... semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H