Mohon tunggu...
AY_Satriya Tinarbuka
AY_Satriya Tinarbuka Mohon Tunggu... profesional -

Mahasiswa abadi jurusan Filsafat Sastra Mesin di kampus kehidupan ... :D

Selanjutnya

Tutup

Politik

Poros Jakarta-Solo 3: #3macan2ribu Mati Ketawa karena Konstipasi Yahudi

6 September 2012   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membantu kelompok radikal Afghanistan untuk mengusir Uni Soviet, apa yang ada dalam benak CIA? Hanya satu, "memberi Soviet sebuah Vietnam". Setelah Soviet terusir, kelompok radikal mulai turun gunung dan menyebut diri mereka Al Qaeda (sumber: bukunya Tim Weiner tentang CIA, lupa judulnya).

Begitulah hasilnya jika coba-coba memanfaatkan kaum radikal, radikalisme Al Qaeda tak berhenti meskipun AS sudah meninggalkannya. Sumber radikalisme mereka bukan karena bantuan dari AS, tapi dari dalam diri mereka sendiri. Senjata-senjata bantuan dari AS hanya membuat mereka semakin radikal.

Pertanyaannya sekarang, apakah teror di Solo adalah murni gerakan radikal atau karena dimanfaatkan oleh pihak lain? Kalo memperhatikan detail penyerangan, sepertinya teror Solo adalah pesanan. Tujuannya jelas, yaitu mengancam Polisi dimana masyarakat Indonesia mengetahui ancaman itu.

Cara kerja teroris tak jauh beda dengan cara kerja konspirasi. Hal itu digambarkan dengan baik sekali oleh salah satu terduga teroris yang ditangkap di Karanganyar, Bayu. Dia tidak mengenal seluruh anggota kelompoknya dan aksi berjalan dengan koordinasi yang sangat singkat. Ketika melancarkan aksi puncak yang menewaskan Bripka Dwi, Bayu tidak dilibatkan. Hampir mustahil kita bisa mendapatkan dalang teror Solo melalui Bayu, tapi Bayu akan menjadi kambing hitam yang sempurna.

Pelaku teror boleh beralasan melakukan aksinya karna hafal kondisi kota Solo. Tapi kita tak bisa menafikan bahwa Solo tengah menjadi pusat perhatian nasional karena Walikota-nya nyalon gubernur DKI. Segala aksi di Solo akan mendapatkan perhatian secara nasional. Bukan tidak mungkin pemesan teror sengaja memilih orang-orang yang akan setuju melakukan aksinya di Solo.

Setelah menangkap adanya kemungkinan teror Solo dimanfaatkan untuk mencari perhatian nasional, maka aku mulai membuat ungkapan "Poros Jakarta-Solo". Karena Jakarta adalah kota kedua untuk meraih perhatian nasional. Dan akan sempurna jika poros tersebut ditambah Poso, seperti yang dimuat oleh Kompas.

Untunglah Polisi sudah percaya diri mengungkap pelaku teror Solo dan meringkus pelaku yang berada di Depok (Jakarta) sekaligus menggeledah rencana Poso di Tambora. Ini menunjukkan bahwa Polisi telah berhasil "menetralisir" ancaman teror bagi dirinya. Dan kita engga perlu tahu bagaimana Polisi menetralisirnya. Yang penting persatuan dan kesatuan bangsa tidak terkoyak.

Adanya Pilgub DKI, teror Solo bisa menjadi pemicu untuk meningkatkan militansi pendukung Jokowi. Teror mayat berbaju kotak-kotak tidak menyurutkan puluhan ribu baju kota-kotak untu hadir di Senayan. Itulah militansi pendukung Jokowi. Militansi adalah awal dari sebuah radikalisme jika terus menerus dikompori seperti yang dilakukan oleh #3macan2ribu.

Mungkin takkan ada yang bisa menghubungkan #3macan2ribu dengan teror Solo, mungkin pula memang tak ada kaitannya sama sekali. Tapi kombinasi keduanya bisa membangunkan radikalisme dan harus dilawan melalui counter-intelligence. Untunglah #3macan2ribu sudah mati ketawa karena konstipasi Yahudi!

Hanya saja, masih ada saja komentar pejabat yang menyuburkan radikalisme ... huft ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun