Mohon tunggu...
AY_Satriya Tinarbuka
AY_Satriya Tinarbuka Mohon Tunggu... profesional -

Mahasiswa abadi jurusan Filsafat Sastra Mesin di kampus kehidupan ... :D

Selanjutnya

Tutup

Money

Ancaman Wapres Boediono dan Strategy China

4 Juli 2012   16:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membaca pernyataan Wapres Boediono tentang ancaman krisis berkepanjangan di tahun 2012 ini (Kompas), ingatanku melayang pada kasus Bank Century. Dalam kasus Century, 6.7 trilyun melayang karena Boediono kuatir dengan dampak psikologis krisis gobal.

Kini Wapres mengingatkan ancaman krisis global (lagi) tepat saat pemerintah berniat mengucurkan 9.4 trilyun untuk IMF. Apakah skenario dampak sistemik akan dipakai lagi demi megucurkan sekitar 9 trilyun?

Salah satu argumen Wapres Boediono adalah bahwa pertumbuhan China, India dan Brazil yang mulai melambat. Aku engga tahu dengan India dan Brazil, tapi melambatnya pertumbuhan eknomi China lebih disebabkan karena pemerintah China memang bermaksud menurunkan target petumbuhan. Hal ini diungkap oleh Perdana Menteri China, Wen Jiabao, dalam pidoto di hadapan Kongres Nasional China, ketika memaparkan rencana pembangunan 5 tahun mendatang.

Memang, pertumbuhan China melambat, tapi ada kalanya sebuah perlambatan adalah sebuah ancang-ancang untuk bergerak lebih cepat.

Mungkin karena aku berpendidikan teknik mesin yang mempelajari tentang sistem pertumbuhan dalam fisika kuantum, maka ada perbedaan sudut pandang tentang pertumbuhan ala ekonom.

Adanya pertumbuhan dalam sistem ekonomi pertama kali diidentifikasi oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqadimmah. Pertumbuhan yang digambarkan Ibnu Khaldun sejalan dengan sistem pertumbuhan yang dipelajari dalam fisika kuantum. Itulah sebabnya aku nekad berlagak sok pintar ngomong soal pertumbuhan ekonomi hahaha ....

Setiap sistem yang tumbuh memiliki kapasitas. Jika pertumbuhannya sudah melampaui kapasitas maka sistem itu akan melambat kemudian runtuh. Untuk menjaga agar tetap tumbuh maka kapasitas sebuah sistem harus terus diperbesar sehingga sistem bisa terus tumbuh dan tumbuh.

Seperti pertumbuhan manusia. Manusia hanya bisa hidup dan tumbuh dalam rentang waktu tertentu. Untuk memperpanjang pertumbuhan manusia maka manusia beranak pinak. Anak-anak inilah sebagai wujud semakin besarnya kapasitas pertumbuhan manusia. Ketika bayi telah lahir, maka produktifitas orang tuanya akan menurun karena sibuk mengurusi bayi barunya. Persis seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi, bukan? Nah ketika anak-anak dewasa dan mandiri, produktifitas keluarga akan meningkat.

Demikian pula yang dilakukan oleh China akhir-akhir ini. China mulai melaksanakan pembangunan di wilayah China barat yang miskin. Masih ditambah lagi dengan pertimbangan untuk menghapus kebijakan "One Child Policy" yang sudah diterapkan selama 30 tahun terakhir. Ini semua adalah usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitas ekonomi di China.

Engga cuman disitu, China juga belajar mengentaskan kemiskinan dari Indonesia, seperti yang pernah aku tulis di sini, berikut kutipannya:

Pemerintah Indonesia mungkin akan memaparkan PNPM (salah satu program pengentasan kemiskinan)  dengan detail, dari jumlah dana, pelaksana hingga sistem birokrasinya. Pemerintah China akan mencatat produk-produk yang bakal laku dalam program PNPM. Jika memang ada produk yang potensial, maka Pemerintah China akan membangun infrastruktur di wilayah China barat untuk mengembangkan industri rumah tangga produk tersebut. Dengan demikian, produk yang dihasilkannya akan mendapatkan pangsa pasar di Indonesia. … Cerdas, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun