Mohon tunggu...
Tita Rahayu Sulaeman
Tita Rahayu Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - pengemban dakwah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ibu Rumah Tangga,

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Bandung, Kota Terpadat Kedua Se-Jawa Barat, Berkah atau Bencana ?

28 Juli 2024   22:03 Diperbarui: 28 Juli 2024   22:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : teras bandung

Kota Bandung menjadi kota dengan penduduk terbanyak Kedua di Jawa Barat dengan jumlah penduduk 2,5 Juta jiwa. Sementara urutan pertama adalah Kota Bekasi. Dengan luas wilayah 166,59 km persegi, artinya rata-rata 1 km persegi dihuni oleh 15.190 jiwa (prfm news). 

Padatnya penduduk di kota Bandung bisa terlihat dalam keseharian, betapa macetnya Bandung setiap hari. Jalanan semakin padat oleh kendaraan setiap pagi dan sore menjelang malam. Pemukiman semakin banyak dibangun di wilayah sekitar kota Bandung. Sementara di wilayah Kota Bandung Sendiri, Pembangunan apartemen semakin menjamur. 

Dalam konten-konten sosial media, Kota Bandung sering kali diromantisasi. Cuacanya yang sejuk, estetik ketika hujan turun, jalanannya yang rindang oleh pepohonan. Padahal pemandangan tersebut hanyalah sebagian kecil dari kenyataannya. 

Nyatanya, Bandung dengan segala keunggulan yang sering digadang-gadang, memiliki segudang permasalahan. Pemukiman padat penduduk yang tidak layak di gang-gang sempit, kesulitan mendapatkan air bersih ketika kemarau panjang, banjir menggenang di jalanan ketika hujan deras, transportasi umum yang sangat minim, generasi mudanya terlibat pergaulan bebas yang kian memprihatinkan hingga ancaman kejahatan berupa begal maupun geng motor. 

Bencana Demografi ? 

Dari sekian banyak permasalahan yang ada, maka bisa dikatakan semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak permasalahan yang timbul. Semakin padat jumlah penduduk, semakin banyak beban negara. Bukankah demikian ? 

Bukankah untuk alasan ini pula jumlah pertambahan penduduk secara nasional dikendalikan dalam berbagai program, program keluarga berencana misalnya ?

Populasi yang tinggi hanya mendatangkan berbagai permasalahan ketika negara tidak menjalankan perannya dengan optimal. Padahal populasi penduduk yang tinggi memiliki banyak potensi bila diurus dengan benar sesuai hukum Islam. Cita-cita memanfaatkan bonus demografi pun hanya akan berakhir sebatas wacana, bila negara masih dijalankan dengan sistem sekularisme seperti saat ini. 

Dalam sistem kehidupan sekular, kehidupan negara terpisah dari agama. Tidak ada kesadaran tanggung jawab terhadap sang Pencipta dan Pengatur kehidupan sehingga memungkinkan untuk terjadinya kelalaian, kesewenang-wenangan bahkan kedzaliman terhadap rakyat. Kehidupan sekularisme telah memisahkan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta. Sementara manusia dengan segala keterbatasannya membuat hukum-hukum sendiri untuk diterapkan dalam kehidupan.

Tingginya populasi bukanlah masalah bila segala hak sebagai rakyat terpenuhi oleh negara. Hak memperoleh lapangan pekerjaan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, hak untuk pendidikan dan kesehatan terbaik, ketersediaan pangan yang murah dan bergizi, kemudahan dalam memiliki rumah hingga hak memperoleh keamanan sebagai warga negara dari ancaman kejahatan. Semuanya hanya bisa terwujud dengan peran negara. Maka masalah sesungguhnya bukanlah jumlah penduduk, melainkan adanya kelalaian dari negara dalam mengurus rakyatnya. 

Dalam pandangan sistem sekularisme-kapitalisme, jumlah penduduk hanyalah beban. Maka laju pertumbuhannya harus ditekan. Negara tidak memiliki cukup kekayaan untuk memenuhi hak-hak rakyatnya. Sungguh ironis. Mengingat negeri ini kaya akan sumber daya alam yang semestinya bisa dinikmati rakyat. Inilah konsekuensi kebijakan ekonomi kapitalisme saat ini. Dalam sistem Kapitalisme, pihak swasta bahkan asing diberikan hak untuk penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam. 

Angka Kelahiran Membawa Berkah dalam Naungan Sistem Islam

Islam memiliki cara pandang yang sungguh berbeda terhadap kelahiran. Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan. Rasulullah saw bersabda, 

"Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi nanti pada hari kiamat" (Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa'id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik)

Anjuran ini tentu saja bukanlah sekedar doktrin bagi umat Islam untuk memiliki banyak keturunan. Dalam realisasinya, negara yang menggunakan Islam sebagai landasannya benar-benar akan menjalankan kewajibannya mengurus seluruh rakyatnya. 

Rasulullah saw bersabda, 

"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya" (HR. Al-Bukhari)

Atas dasar inilah pemimpin dalam sistem Islam akan berupaya maksimal dalam memenuhi hak rakyat sesuai dengan hukum-hukum yang telah Allah swt telah tetapkan. Ia memiliki kesadaran kepada sang Pencipta dan Pengatur, bahwa kepemimpinannya akan dihisab oleh Allah swt. 

Dalam pengurusan sistem Islam, penduduk akan diberikan hak-haknya. Hak pendidikan dan kesehatan gratis. Juga lapangan pekerjaan agar setiap kepala keluarga mampu melaksanakan kewajibannya mencari nafkah. Negara juga akan menyediakan kebutuhan pangan bergizi dengan harga yang murah, agar mampu diakses oleh seluruh rakyat. 

Selain itu, melalui sistem pendidikan dan dakwah yang dilakukan oleh negara, setiap individu memiliki dorongan ketakwaan terhadap Allah swt. Setiap individu yang bertakwa menyambut setiap perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Setiap individu akan memahami betul hakikat penciptaannya dan tujuan hidupnya. Maka segala potensi akal, tenaga, harta bahkan jiwa tidak akan ragu untuk diberikan di jalan yang Allah ridhoi. 

Dengan sistem Islam, jumlah populasi yang tinggi adalah sebuah berkah. Bonus demografi menjadi generasi emas hanya akan diraih dengan sistem Islam. Semakin banyak jumlah penduduk, berarti semakin banyak pejuang Islam. Ini bukanlah sebuah angan semata. Nyatanya Daulah Islam (negara Islam) yang menggunakan sistem Islam pernah berdiri selama lebih dari 1400 tahun menguasai dua pertiga dunia. 

Saatnya umat Islam kembali hanya menggunakan Islam sebagai sebuah sistem dalam kehidupan dan meninggalkan sistem sekularisme - kapitalisme. 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-Araf ; 96)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun