Di kalangan remaja, mengidolakan seseorang atau sesuatu menjadi hal yang lumrah. Mulai dari tim sepak bola sampai k-pop idol, mewarnai hari-hari muda-mudi saat ini. Banyak juga dari fans hingga rela melakukan banyak hal untuk idolanya. All Out demi menjadi fans sejati. Lalu bagaimana pandangan Islam dalam hal ini ?Â
Remaja Bandung Timur menyelenggarakan kajian dan diskusi Islam dengan judul "Fomo ? Mencari Jalan Terbaik Menjadi Fans Sejati". Kajian dihadiri oleh sekitar 60 orang remaja bandung timur.Â
Kajian dibuka dengan tayangan sebuah video yang menampilkan Gambaran seseorang yang pandangannya tidak lepas dari handphone di tangannya. Ia begitu hanyut dalam kehidupan dunia maya, hingga dalam aktivitas dunia nyata ia tertinggal dari bis yang ditunggunya. Gambaran video ini sebetulnya sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari kita. Dimana orang saat ini menjadi candu terhadap gadget di tangannya. Bahkan hingga muncul perasaan takut atau cemas jika tertinggal atau tidak mengetahui berita atau tren yang sedang terjadi. Inilah yang dinamakan Fomo (Fear of Missing Out).Â
Istilah Fomo kemudian sering digunakan oleh orang-orang yang merasa sebagai fans sejati kepada fans yang baru atau ikut-ikutan. Orang yang rela melakukan banyak hal demi idolanya, bahkan kadang sampai melakukan hal-hal yang sifatnya pengorbanan. Baik dia yang merasa sebagai fans sejati maupun orang yang dilabeli fomo. Ada effort (perjuangan) dari fans kepada Idola. Misalnya, rela membeli tiket yang harganya sangat mahal, rela berjam-jam berdiri dan berdesak-desakan demi menyaksikan sang idola. Inilah yang menjadi titik perhatian. Bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena ini ?
Gen Z dan Gen Millenials merupakan generasi yang memiliki banyak potensi. Diantaranya adalah mereka sebagai jumlah penduduk terbanyak saat ini atau yang dikenal dengan bonus demografi. Selain jumlahnya yang banyak, gen Z dan millennials memiliki kemampuan penguasaan teknologi yang baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka juga idealis, energic, dan kreatif. Sayangnya potensi ini tidak tersalurkan dengan baik dalam sistem kehidupan saat ini.Â
Dalam sistem kehidupan saat ini, potensi pemuda dibajak oleh  aktivitas-aktivitas yang hanya mementingkan kesenangan semata. Generasi muda menjadi korban penerapan sistem kapitalisme. Mereka mengorbankan harta, tenaga dan pikiran untuk Idolanya. Padahal idola hanyalah "produk" yang dijual para kapital untuk meraup keuntungan.Â
Hal ini kemudian diperparah dengan pemahaman sekuler-liberal, yaitu pemahaman bahwa perilaku tidak ada kaitannya dengan agama. Dengan pemahaman ini akhirnya muncul anggapan bahwa mengidolakan siapa pun adalah hak setiap orang. Selama tidak merugikan orang lain tidak masalah. Juga terhadap penggunaan harta untuk membeli tiket yang harganya selangit pun tidak masalah karena itu hak masing-masing individu.Â
Pemahaman ini tentu saja keliru, karena bagi seorang muslim, boleh atau tidak bukanlah berdasarkan kemauan dan pemikiran dirinya sendiri. Sebagai umat Islam, boleh atau tidaknya sesuatu harus dilihat dari sudut pandang agama. Termasuk dalam mengidolakan seseorang dan aktivitas fans kepada idola, boleh atau tidaknya harus dilihat dari sudut pandang agama.Â
Pemateri menyampaikan sebuah hadits Rasulullah saw yang menyatakan bahwa setiap orang akan Bersama dengan orang yang dicintainya. Maka pemateri mengingatkan agar berhati-hati dalam mengidolakan seseorang. Generasi saat ini lebih banyak terpapar sosok-sosok yang bertalenta dalam industri hiburan hingga muncul kekaguman terhadap mereka. Padahal dalam kehidupan Islam, banyak sekali sosok-sosok yang layak dikagumi karena perjuangannya, pengorbanannya dan kontribusinya untuk Islam dan kehidupan umat Islam.Â
Beberapa sahabat nabi yang masih usia muda namun layak untuk dikagumi diantaranya Ali bin abi thalib, Abdullah bin mas'ud, Mus'ab bin umair, usamah bin zaid. Sahabat-sahabat Rasul ini adalah sosok-sosok yang luar biasa, hanya saja kisah hidup mereka tidak banyak dikenal dan diketahui oleh kebanyakan generasi muda saat ini. Sehingga tidak ada kekaguman pada para sahabat nabi selayaknya kekaguman pada Idola.Â
Pemateri menyampaikan bahwa segala potensi yang dimiliki oleh generasi muda harus disentuh dengan Islam agar mampu menjadi problem solver atau solusi bagi kehidupan generasi muda saat ini yang penuh dengan problematika. Mulai dari tindakan kriminal, bullying, hingga pergaulan bebas. Untuk itu, pemateri mengajak agar generasi muda mau berubah. Generasi muda harus mau membekali diri dengan tsaqofah Islam untuk melakukan dakwah ke masyarakat. Segala permasalahan yang dialami generasi muda saat ini adalah karena ketiadaan pemahaman Islam dan tidak mengaitkan perilaku dengan syariat Islam.Â
Idolakan seseorang yang mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik di hadapan Allah dan mampu mengarahkan segala potensi yang kita miliki di jalan yang Allah swt ridhoi. Manfaatkan segala potensi dengan baik di jalan yang Allah swt ridhoi sebelum masa muda hilang ditelan usia.Â
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta bertanya, bagaimana agar generasi muda tidak larut dalam kegiatan yang tidak bermanfaat seperti mengikuti tren karena fomo.Â
Pemateri menjelaskan bahwa untuk mengarahkan potensi terbaik yang dimiliki pemuda membutuhkan peran negara. Saat ini banyak generasi muda yang terjebak dalam dunia digital hingga mengalami Fomo, karena kebijakan negara saat ini memang tidak diatur dengan standar Islam sehingga konten apapun dengan bebas bisa ditayangkan. Sedangkan dalam sistem pemerintahan Islam, negara memiliki tanggung jawab terhadap rakyatnya. Termasuk dalam menetapkan kebijakan media informasi. Media informasi hanya boleh memuat tsaqofah islam. Dengan demikian, generasi muda akan lebih mengenal agamanya dan tokoh-tokoh yang berperan dalam Islam. Sehingga generasi muda memiliki idola yang mampu mengarahkan potensi yang dimilikinya di jalan yang Allah swt ridhoi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H