Sistem pendidikan saat ini seolah dirancang bagi para peserta didik untuk menjadi pekerja. Jenjang pendidikan ditempuh oleh peserta didik untuk memenuhi kualifikasi perusahaan-perusahaan ternama. Â
Program link and match di perguruan tinggi misalnya, adalah upaya negara dalam menjembatani kepentingan korporasi mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya dengan lulusan-lulusan perguruan tinggi. Kebijakan ini tentu saja dirasa kurang tepat karena telah mengkerdilkan tujuan pendidikan hanya untuk menjadi "budak korporat".
Program link and match di tingkat pendidikan SMK juga belum menunjukan hasil yang optimal. Para pelajar SMK dibekali keterampilan tertentu agar menjadi lebih siap masuk ke dunia kerja.Â
Namun faktanya, jumlah pengangguran dari lulusan SMK cukup tinggi. Ilmu yang dipelajari di sekolah tidak mampu mengejar kemajuan industri. Program link and match di tingkat SMK akhirnya tidak menjadi solusi, karena tidak mampu mengatasi kesenjangan ilmu di sekolah dengan kemajuan industri.
Islam Mengatasi PengangguranÂ
Negara dalam pandangan Islam adalah raa'in (pengurus) bagi rakyatnya. Termasuk diantaranya adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Rasulullah SAW bersabda,
"Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpinnya. Penguasa yang memimpin rakyatnya, dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari).
Negara yang menjadikan Al-Qur'an dan sunnah sebagai landasannya akan sungguh-sungguh menjalankan kekuasaan negara untuk Islam dan untuk mengurus kepentingan rakyatnya. Setiap pemimpin dalam Islam memiliki kesadaran penuh bahwa kelak ia akan dihisab atas kepemimpinannya di hadapan Allah swt. Setiap rakyat harus terpenuhi haknya.
Dalam Islam, mencari nafkah adalah kewajiban bagi setiap laki-laki. Maka negara akan mendorong setiap laki-laki yang sehat dan mampu untuk melaksanakan kewajibannya. Setiap laki-laki sehat dan mampu akan diberikan lapangan pekerjaan, modal maupun dukungan pembekalan keterampilan agar siap menjalankan kewajibannya.
Negara membuka lapangan pekerjaan dari berbagai sektor, mulai dari sektor agrikultural hingga sektor industri. Di negeri yang subur seperti Indonesia, potensi sektor agrikultural sangatlah tinggi. Pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan dan perikanan dalam proses budidayanya membutuhkan banyak tenaga manusia. Sekalipun memakai bantuan alat-alat, manusia tetap dibutuhkan untuk mengoperasikannya. Maka mengoptimalkan potensi agrikultural akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan bagi rakyat.
Membuka lapangan pekerjaan juga dilakukan dalam sektor Industri. Syekh Abdurrahman al-Maliki di dalam kitab As-Siyasatu al-Iqtishadiyatu al-Mutsla menyatakan, "Untuk menjadi negara industri, ditempuh satu jalan saja, yaitu menciptakan industri alat-alat (penghasil mesin) terbit dahulu. Dengan adanya industri alat-alat ini, akan tumbuh industri-industri yang lain. Seperti misalnya industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi. (Media Umat, 25-7-2020).