Sesuai dengan namanya novel ini cocok dibaca pada bulan December, sebagai pemanis sekaligus hangatnya liburan akhir tahun. Langsung saja aku mulai ulasan berdasarkan pengalaman yang aku dapatkan ketika membaca di tahun 2023.
Pertama-tama, aku sangat mengapresiasi illustrator dari Bukune yang mampu membuat cover menarik seperti ini. Aku mengasumsikan cover novel ini sebagai taman atau ladang, langit yang biru menandakan cerahnya hari yang tenang. Sehingga buku ini benar-benar memberi kesan hangatnya liburan.Â
Pemilihan warna yang diambil cukup menarik, pemilihan font untuk judul dan juga nama penulis pun sudah pas, sebab bagiku dua hal ini dapat menjadi daya tarik bagi buku novel itu sendiri. Dilihat dari jauh pun tetap terlihat dan menarik. Tata letak dari judul, nama penulis, serta blurb di belakang pun membuat buku ini terlihat rapih.
Cover memang menarik , tapi bagaimana dengan isinya? Akan kubahas satu persatu berdasarkan judul di dalamnya. Perlu diketahui jika masing-masing judul ditulis oleh penulis yang berbeda. Dengan judul dan cerita yang berbeda-beda maka tidak heran jika novel ini dikategorikan sebagai antologi. Berikut ulasan dari cerita-cerita di dalam novel If We Make It Through December beserta peringkatnya berdasarkan skala 1-5.
1. If She Chooses Me (Auryn Vientania) - 4,0/5
Sebelumnya, aku sempat membaca karya Aurie yang berjudul Alster Lake dan Turning Page. Keduanya saling berhubungan, karena Turning Page adalah kelanjutan dari cerita Alster Lake. Jika kamu tertarik untuk membaca karya-karya Aurie, novelnya dapat dibeli melalui e-commerce atau gramedia terdekat.
Sama halnya dengan dua karya Aurie, aku merasa If She Chooses Me juga memiliki suasana yang sama. Mungkin karena bahasa dan kosa kata yang dipakai, mungkin juga karena model tulisan Aurie yang lebih banyak memperkenalkan detail-detail kecil. Perbedaan dari dua karya Aurie yang lain dengan If She Chooses Me adalah banyaknya penjelasan yang lebih detail. Bisa saja ini akibat aku yang memberikan ekspektasi terlalu tinggi, kukira perasaan yang ingin disampaikan adalah pulang ke kampung. Kenapa begitu?
Di sini bercerita tentang seorang wanita yang pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta, berhubung aku pun berasal dari sana, aku semakin penasaran dengan ceritanya. Namun, mengetahui bahwa perasaan "pulang" itu tidak tersampaikan, rasa itu semakin berkurang. Penggambaran perihal Yogyakarta juga tidak diceritakan sedramatis itu. Mungkin memang tentang suasana, cerita ini memiliki banyak kekurangan. Tapi karakter dan pesan yang disampaikan sangat cukup untukku.
Wanita yang pulang ke kampung halamannya tadi bernama Amai, di Jogja ia tinggal bersama Eyangnya. Lalu di sebuah kesempatan, ia datang ke sebuah kafe, di sana lah ia bertemu dengan baristanya yang bernama Bhanu. Pemilihan namanya cukup lokal, terutama Bhanu yang cocok untuk nama orang Jawa. Aku suka bagaimana Aurie menjelaskan karakter Bhanu, benar-benar terbayang dikepalaku. Apa lagi tentang manisnya dia, kabarnya orang Jawa itu manis kan? Sama dengan Bhanu. Di lain sisi, Amai justru kurang ditonjolkan sifatnya. Ia memang manusia, tapi aku tidak tahu apa yang ia rasakan, bagaimana kebiasaannya, dan emosi yang dia rasakan. Dari sisi Bhanu, aku justru melihat kalau dia terlihat ingin mendekati Amai in bad ways. Memang dia pria dengan banyaknya afirmasi, tapi ada hal lainnya yang membuatku menghela napas beberapa kali. Dasar Bhanu.
"Aku suka Jogja, aku suka di sini, tapi kota ini bukan rumahku," kata Amai dalam cerita.