Mohon tunggu...
Tita Fitriana
Tita Fitriana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menjadi orang penting memang baik, tapi menjadi orang baik jauh lebih penting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggugah Cita Persyarikatan

1 Januari 2023   23:42 Diperbarui: 1 Januari 2023   23:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Kisah Pemberdayaan Keluarga Dhuafa Ibu Turini

Kisah ini bermula dari pembedahan teologi Al-Ma'un yang beberapa pekan lalu disampaikan oleh Ayahanda Rifma Ghulam Dzaljad, dosen pengampu Mata Kuliah Kemuhammadiyahan di kelas kami. 

Penjelasan Ayahanda tidak hanya kami tangkap sebagai capaian pembelajaran, tetapi ilustrasi keteduhan hati seorang K.H Ahmad Dahlan yang penuh semangat dalam menyiarkan ajaran Islam melalui pendekatan tauhid sosial. Kyai menegaskan kepada kita bahwa amalan tauhid bukan hanya perkara ibadah shalat, puasa, dan doa, melainkan juga memelihara alam semesta, termasuk kaum dhuafa (mustadh'afin).

Teologi Al-Maun bermuara pada hasil amal sosial yang menegaskan bahwa gerakan dakwah dan sosial kemasyarakatan Muhammadiyah diorientasikan pada cita-cita masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yaitu masyarakat utama, adil, Makmur, yang diridhai Allah Swt. Maka salah satu cara mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah dengan memperbaiki kesejahteraan masyarakat dhuafa secara pendidikan, ekonomi, sosial, dan agama.

Oleh sebab itu, kami ditugaskan Ayahanda untuk membuat program pemberdayaan keluarga dhuafa. Kelompok kami terdiri dari tiga mahasiswi yaitu Tita, Maysa, dan Wafda. Sebelum memulai program, kami melakukan survei untuk mencari keluarga dhuafa yang akan menjadi target dakwah. 

Pencarian dilakukan di sekitar wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tidak jauh dari kampus kami. Setelah mendapat lima data keluarga dhuafa, kami berdiskusi dengan Ayahanda Rifma untuk menentukan target dakwah yang sesuai. Terpilihlah keluarga Ibu Turini sebagai target dakwah. Kami pun menyelesaikan proposal pemberdayaan keluarga dhuafa Ibu Turini.

Ibu Turini tinggal dalam rumah petak 2x3 meter di Jalan H. Aom, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bersama dua anaknya bernama Dede dan Agus, serta cucunya bernama Maura. 

Mas Dede bekerja sebagai satpam komplek, sedangkan Mas Agus hanya buruh serabutan. Ibu Turini kini hanya mengandalkan upahnya sebesar Rp 300-500 ribu/bulan sebagai buruh cuci dan setrika untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan dan alat mandi. Adapun penghasilan Mas Dede biasanya dialokasikan untuk membayar sewa rumah, listrik, dan memenuhi kebutuhan Maura yang kini bersekolah kelas 5 sekolah dasar. Maura sudah menjadi piatu sejak kelas 3 sekolah dasar. Sang Ibu yang tidak lain istri Mas Agus, telah berpulang karena sakit. Ibu Turini juga menderita sakit lambung. Oleh karenanya, beliau ingin sekali berhenti bekerja berat menjadi buruh cuci setrika dan membuka usaha rengginang khas Betawi.

Melalui penuturan Ibu Turini, kami bergegas melakukan fundraising untuk mengumpulkan dana pemberdayaan. Fundraising dilakukan dengan memanfaatkan media sosial Instagram dan Whatsapp. Kami menyebarkan poster digital kepada kerabat dan keluarga, serta mengedukasi mereka terkait pentingnya memelihara mustadh'afin. Sembari mengumpulkan dana, kami menyusun data kebutuhan keluarga Ibu Turini. Hingga awal Desember lalu, kami berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1.100.000. Jumlah yang tidak besar bila dibandingkan dengan besarnya kemurahan hati para donator dalam mendukung program pemberdayaan kami.

Sebagian barang pemberdayaan seperti alat usaha rengginang, alat ibadah, dan alat sekolah Maura kami beli secara online melalui e-commerce. Adapun pemberdayaan karikatif seperti sembako kami beli di took kelontong Pasar Kebayoran. Kami juga memberikan susu cair dan vitamin sebagai asupan gizi untuk menunjang kesehatan Ibu Turini dan keluarga.

Tepatnya, pada 25 Desember 2022 lalu kami menyalurkan donasi kepada keluarga Ibu Turini ditemani oleh RT setempat. Kedatangan kami disambut begitu hangat, mata berkaca penuh kebahagiaan, seraya mulut Ibu Turini tidak henti mengucap syukur. Setelah penyaluran selesai, kami berbincang ringan bersama sebagai wujud silaturahmi dengan keluarga dhuafa. Program pemberdayaan keluarga Ibu Turini kami tutup dengan mengucap lafadz hamdalah, Alhamdulillahi rabbil alaamiin.

Tidak ada yang sempurna dalam belajar, namun semangat berproses menjadi tanda bahwa kami ingin terus menebar kebaikan dalam dakwah amar ma'ruf nahi munkar. "Kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam", itulah mutiara dari lisan Kyai Dahlan. Kalimat tersebut sejatinya sedang menunjukkan keindahkan Islam sebagai wahyu rahmatan lil alamin. Untuk itu, kita sebagai umat Islam wajib menunaikan kasih sayang untuk kelangsungan hidup alam semesta dan seisinya. Semoga program pemberdayaan keluarga Ibu Turini ini mampu menjadi stimulus baik untuk para mahasiswa dalam gerakan transformasi sosial.

-----------------------------

Salam Hangat,

Tita Fitriana, Maysa Nabila Untsa, dan Wafda Izzati Hasanah

(Kemuhammadiyahan 5B, FISIP UHAMKA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun