Mohon tunggu...
Tita Carol
Tita Carol Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk menyenangkan hati^^

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Miringoplasti - Timpanoplasti Tipe I

22 Maret 2019   20:20 Diperbarui: 22 April 2021   16:35 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman Miringoplasti - Timpanoplasti Tipe I (Sumber : derek finch via unsplash.com)

Pernah meninggalkan jejak di suatu blog sebelum melakukan Miringoplasti membuat saya mendapat banyak pertanyaan setelah operasi dilakukan. Miriongoplasti adalah Timpanoplasti Tipe I yaitu penambalan gendang telinga yang robek. Tulisan ini saya buat khusus untuk teman-teman senasib yang mencari informasi tentang pengalaman yang sama.

Pertengahan Januari 2017, ketika menyelam dalam liburan di satu pantai di Maluku Tengah, saya tiba-tiba mengalami nyeri dan pusing yang hebat. Telinga terasa sakit.

 Saya segera meninggalkan pantai, mandi,  minum obat pereda nyeri dan beristirahat. Nyeri di telinga ini dan beberapa kali pengalaman infeksi telinga selama 6 bulan terakhir memantapkan saya berkunjung ke Dokter THT. 

Berbekal Kartu BPJS dan rujukan dari Puskesmas, saya segera berkunjung ke salah satu Rumah Sakit Umum Daerah di Jakarta Timur, yang jaraknya hanya sekitar 3 Km dari rumah. Lewat endoskopi di telinga dan hidung, ditemukan gendang telinga saya robek sekitar 50%. 

Salah satu dokter membantu saya melakukan test audiometri untuk menguji pendengaran dan melakukan test spirometri untuk mengevaluasi fungsi paru-paru. Hasil test spirometri menunjukkan fungsi paru-paru cukup baik. Dari test audiometri disimpulkan telinga kanan tuli sedang. 

Rontgen telinga menunjukkan kondisi tulang telinga juga cukup baik. Dokter menyimpulkan akan melakukan Miringoplasti dengan metode cangkok lemak.

Setelah mendapatkan persetujuan operasi dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Jantung, saya mulai menginap di rumah sakit satu hari sebelum operasi dilakukan. 

Malam tanggal  21 Feb 2017 seluruh rambut berjarak 7 cm dari telinga kanan dicukur bersih. Cukur dilakukan di tukang cukur dan dilanjutkan sampai bersih oleh perawat ruangan. Malam nya mulai jam 10 mulai puasa. 

Operasi yang dijadwalkan mulai pukul 9.30 akhirnya mundur hingga pukul 12 siang, dilakukan selama sekitar 1 jam. Operasi dilakukan dengan anestesi umum. Dokter melakukan sobekan dari telinga kanan bawah bagian belakang, mengambil sejumlah lemak untuk menutup gendang telinga dan sedikit melukai dinding  di sekitarnya. 

Bekas sobekan kemudian dijahit dan telingan dalam diberikan tampon dan ditutup perban dari luar. Begitu simpel! Waktu sadar beberapa jam kemudian, saya hanya merasakan sedikit nyeri di bekas jahitan. Dokter memberi saran untuk tidak melakukan aktivitas berat dan mencegah air masuk ke telinga. 

Bersin dicegah dengan memberikan obat alergi. Setelah 3 hari di rumah sakit, saya dibolehkan pulang dan diminta kembali 2 minggu setelah operasi.

dokpri
dokpri
Saya kemudian kembali bekerja. Keramas setiap 2-3 hari di salon, benar-benar mencegah supaya air masuk ke telinga.  Hari ke 7 pasca operasi, saya mulai merasakan susah mengunyah. Hari ke 8 terasa semakin sakit di telinga. Hari ke 9 saya kembali ke rumah sakit dengan kondisi sakit yang tak tertahankan. 

Dokter yang bertugas hari itu kemudian membuka perban dan tampon. Tampon mendesak telinga dalam menimbulkan rasa nyeri ke sekitarnya. Rasa sakit langsung hilang, tapi... cangkok gendang telinga saya ditumbuhi jamur! Dokter melakukan pembersihan jamur dan meminta saya kembali 3 hari kemudian. 

Sejak saat itu telinga saya dirawat 2 kali seminggu oleh dokter dengan membubuhkan gentian violet dan menyelamatkan lemak yang masih tersisa. Setelah beberapa minggu, dokter menyebutkan bahwa saya boleh mempertimbangkan timpanoplasti model lain.

Berbekal rasa nyeri akibat desakan tampon, saya tidak lagi memikirkan operasi ulang. Beberapa kali infeksi terjadi lagi. Rasa berdengung, telinga penuh, demam terjadi kembali. Saya menjauhi kolam renang selama hampir 2 tahun.

Enam bulan terakhir, saya tidak lagi mengalami masalah di telinga. Ketika mengalami masalah alergi di hidung dan dokter memeriksa telinga, didapati gendang telinga saya sudah cukup menutup.  

Miringoplasti yang pernah dianggap gagal itu rupanya memberikan hasil. Januari 2019 saya sudah berenang lagi (dengan penutup telinga) dan rasanya telinga sudah baik-baik saja. Pendengaran saya juga sudah membaik, tapi belum dilakukan test audiometri pasca miringoplasti.

Buat teman-teman yang mencari referensi untuk operasi penambalan gendang telinga, dan bingung dengan berbagai metode yang ditawarkan (apalagi kalau bertanya ke beberapa dokter dan mereka memberikan metode yang berbeda.. bingung sendiri kan.. hehehe), berharaplah saja semoga timpanoplasti yang akan dilakukan dapat berjalan baik. 

Hasilnya mungkin bukan instan. Tetap tenang dan jangan gampang panik. Gak enak kan kalo infeksi terus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun