Perbedaan yang ada tersebut bukan merupakan pemisah namun justru bersifat menyatukan, karena Indonesia menjadi negara yang kaya dengan adanya banyak perbedaan tersebut. Jika ditelusuri dalam Al-Kitab maka dapat dimaknai sama dengan "Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri..." (Roma 14:7a). Untuk itulah mereka tetap satu yaitu satu Indonesia.
Sila ke-empat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." Memiliki pemaknaan bahwa kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan individu ataupun suatu kelompok tertentu. Jalan terbaik untuk mengambil sebuah keputusan adalah dengan dilakukannya musyawarah untuk mufakat.Â
Hal tersebut sejalan dengan bunyi ayat dalam Al-Kitab yang menyatakan bahwa "Tidak mengambil keuntungan diri sendiri" (I. Korintus 13:5). Terdapat pemaknaan yang sama dimana tidak boleh egois dan mementingkan diri sendiri.
Sila terakhir yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Sila ini memberikan makna bahwa terlepas dari apapun latar belakang sosialnya ia tetap berhak mendapatkan keadilan dan diberi kesempatan untuk menikmati pembangunan negeri ini, jangan pernah diberlakukan paham yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan menjadi semakin miskin karena tidak adanya rasa ingin membentu sesama. Hal ini tentu sejalan dengan pemaknaan Pancasila yang harus selalu menolong sesama.
Jika dilihat dari dua argumen di atas maka dapat disimpulkan dengan jelas bahwa sila dalam Pancasila berlaku bagi semua agama dan keyakinan di Indonesia dan setiap butirnya sama sekali tidak bertentangan dengan Al-Kitab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H