Mohon tunggu...
Tisna Sulegar
Tisna Sulegar Mohon Tunggu... -

Menyukai traveling, psikologi, menggambar,seni budaya, budaya populer, Hubungan Internasional dan Puisi\r\nKarya Saya Bisa dilihat di\r\nhttp://learnsundanese.blogspot.com/ (Avalaible In English), http://tisnaegar.blogspot.com/ , \r\nhttp://www.kompasiana.com/tisnaegar, (Avalaible In English)\r\nhttp://www.facebook.com/LearnSundanese\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amerika dan Soft Power di Bidang Pendidikan

19 Januari 2014   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah mengenai softpower, pertama kali diperkenalkan oleh Joseph S Nye. Didalam bukunya yang berjudul : Soft Power "the Means to Success in World Politics (2004)", yang menjelaskan bahwa Power pada intinya merupakan sebuah usaha untuk membuat pihak lain agar melakukan hal yang kita kehendaki tanpa kita memintanya. Menurut Gramsci, soft Power diartikan layaknya seperti hegemoni, yaitu sebuah upaya yang halus melalui ajakan secara simpatik. Soft Power berbeda dengan hard Power yang kerapkali dijalankan melalui instrumen kekerasan. Soft Power ini, meskipun dijalankan dengan cara yang halus seperti misalnya kebudayaan, gaya hidup ataupun ekonomi. Namun karena sifatnya yang mempengaruhi pikiran, jiwa maupun tubuh tanpa pemaksaan. Maka dapat lebih ampuh mempengaruhi objek agar bertindak sesuai dengan yang diinginkan oleh subjek tanpa adanya unsur keterpaksaan. Penggunaan Soft Power dewasa ini dapat dinyatakan cukup signifikan bahkan lebih penting jika dibandingkan dengan bentuk Hard Power. Itulah kenapa banyak negara didunia, akhirnya berusaha menyebarkan pengaruh mereka melalui media soft power yang beragam : baik itu budaya misalnya film, lagu-lagu, pusat seni (Goethe Institut, CCF, British Council, Erasmus Huis), gaya hidup, media massa(VOA, DW, CNN, dan BBC), ekonomi hingga pendidikan. Penanaman pengaruh suatu negara melalui media pendidikan misalnya seperti yang dilakukan oleh Jepang dalam program Monbukugasho, Uni Eropa melalui Erasmus Mundus, hingga Amerika dengan Aminef.

Mengenai beasiswa Amerika Sendiri, dapat dikatakan sangat populer mempengaruhi banyak pelajar dari negara-negara lain di dunia untuk memperoleh beasiswa pendidikan berkualitas dari pemerintah Amerika Serikat. Bahkan seorang teman saya ketika berkunjung ke Yordania misalnya, dia menyatakan bahwa standar pendidikan disana mensyaratkan dosen haruslah merupakan lulusan Amerika, bahkan sistem pendidikan yang dahulu sangat islami sekali, kini berubah menjadi sistem pendidikan yang western atau bernilai sekularitas akibat banyaknya orang-orang Yordania yang menempuh pendidikan di negara Amerika Serikat. Di Indonesia-pun tampaknya mulai menuju kearah yang demikian, banyak orang Indonesia yang ramai-ramai ingin melanjutkan studi di Amerika karena selain standar pendidikannya yang dikatakan sudah berkualitas, juga standar dan gaya hidupnya pun dapat dikatakan lebih baik daripada Indonesia, hal ini dikarenakan pengaruh budaya Amerika yang sudah menyebar sebelumnya ke Indonesia melalui media Film, Serial Tv, dan lain sebagainya.

Proses penyebaran Soft Power Amerika Serikat sendiri, berkenaan dengan jargon Amerika yang selama ini di kumandangkan yaitu untuk menjunjung tinggi nilai-nilai HAM, Demokrasi, Kebebasan dan keterbukaan[i]. Dan dapat dikatakan bahwa sebagian besar orang yang melakukan studi di negara tersebut akan terpengaruh dengan nilai-nilai tersebut. Menurut mantan sekretaris negara AS Colin Powell misalnya, proses pertukaran budaya melalui program beasiswa belajar merupakan aset yang besar bagi negerinya, sehingga para alumni beasiswa belajar di Amerika Serikat sebagai "diplomat AS di luar negeri". Hal ini menciptakan arus Amerikanisasi keseluruh dunia, sehingga menjadikan Amerika Serikat mudah di terima dan Visi Global Amerika dapat tercapai.

Usaha Amerika Serikat menyebarkan Soft Powernya, selain melalui beasiswa belajar ke Amerika Serikat. Hal ini juga diwujudkan dengan mendirikan perpustakaan di beberapa Universitas Besar di Indonesia. Adanya American Corner,di beberapa Universitas, dinyatakan sebagai usaha untuk memperbaiki Citra Amerika Serikat di Indonesia setelah citranya yang hampir merosot dengan adanya berbagai kasus mengenai kurang berpihaknya Amerika Serikat terhadap negara-negara Islam dan Negara Mayoritas Islam terkait berbagai kasus terorisme maupun pelanggaran terhadap demokrasi.

Sejak 2004 America Corner terdapat di beberapa perguruan tinggi seperti UIN syarif Hidayatullah, UI, UGM, UIN Walisongo, UIN Sumatra Utara, Universitas Muhammadiyah, Universitas Airlangga, dan Universitas Hasanudin. Perpustakaan tersebut menyediakan buku, majalah, internet, bahan-bahan audio visual dan sumber bacaan secara langsung berkenaaan dengan informasi terkini mengenai AS dan relasinya dengan Islam, tentang pemerintahan AS, dan seputar kehidupan masyarakat AS.[ii]

Tampaknya soft power melalui media pendidikan adalah suatu cara yang cukup efektif dalam menyebarkan suatu nilai-nilai tertentu, sebab hal ini terkait dengan subjek tersebut merupakan orang-orang terpelajar yang bukan tidak mungkin pada suatu hari dapat menjadi orang yang berpengaruh di negaranya. Namun, demikian untuk sampai pada tahap tersebut rasanya belum bisa dilakukan secara maksimal di Indonesia, terkait dengan berbagai macam persoalan bangsa yang membuat hal tersebut belum bisa di realisasikan dalam waktu dekat ini.

[i]Panembangan, fahmi. 23 November 2006. Soft Power dan jejak Bush. [online]. Tersedia : http://panimbang.blogspot.com/2006/11/soft-power-dan-jejak-bush.html (diakses, 08 April 2013) yang disarikan dari Koran Kompas Edisi 23 November 2006

[ii]Ibid.,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun