Mohon tunggu...
Tirza Yurita
Tirza Yurita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Policy Mix dalam Mengatasi Tantangan Ekonomi Indonesia di Masa Ketidakpastian

19 November 2024   19:59 Diperbarui: 19 November 2024   20:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perekonomian Indonesia tengah menghadapi tantangan yang kompleks di tengah ketidakpastian global. Gejolak geopolitik, inflasi tinggi di negara-negara maju, dan ancaman resesi global menjadi faktor eksternal yang menekan stabilitas ekonomi domestik. 

Di sisi lain, tantangan internal seperti fluktuasi nilai tukar rupiah, kenaikan harga bahan pokok, dan ketimpangan pemulihan antar sektor ekonomi menambah beban perekonomian di indonesia. Dalam situasi ini, penerapan policy mix sebagai bentuk sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan makroprudensial menjadi kunci utama untuk menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Policy mix merupakan pendekatan strategis di mana pemerintah dan bank sentral bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan dorongan pertumbuhan. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter telah memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk memastikan kebijakan yang saling melengkapi satu sama lain. 

Kebijakan moneter seperti kenaikan suku bunga acuan dilakukan untuk mengendalikan inflasi agar tepat sasarn dan sesuai target yang ditentukan, sementara kebijakan fiskal pemerintah fokus pada dukungan subsidi dan insentif untuk sektor-sektor strategis. Kombinasi ini diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam penerapannya policy mix tidak lepas dari tantangan yang masih menjadi dilemma untuk menerapkannya. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa kebijakan moneter yang ketat untuk menurunkan inflasi tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. 

Hal ini karena kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi masalah, meskipun penting untuk menstabilkan nilai tukar dan mengendalikan inflasi , suku bunga acuan dapat meningkatkan biaya pinjaman bagi sektor usaha.

 Hal ini dapat berdampak pada perlambatan investasi, terutama di sektor-sektor yang padat modal seperti manufaktur dan infrastruktur. Oleh karena itu, kebijakan fiskal harus berperan lebih besar dalam menjaga momentum pemulihan. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa anggaran belanja negara dialokasikan secara efisien untuk mendukung sektor-sektor yang paling terdampak. 

Di sisi lain, kebijakan makroprudensial juga memegang peranan penting dalam policy mix. Bank Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, seperti penguatan cadangan devisa dan pengetatan aturan Loan-to-Value (LTV) di sektor properti. Kebijakan ini penting untuk mencegah potensi risiko sistemik yang dapat mengguncang stabilitas keuangan. 

Namun, implementasi kebijakan makroprudensial juga harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menekan sektor-sektor ekonomi yang sedang pulih. Misalnya, pengetatan LTV dapat membatasi akses pembiayaan di sektor properti yang justru membutuhkan dukungan untuk bangkit dari keterpurukan selama pandemi.

Tantangan lain dalam penerapan policy mix adalah mengintegrasikan kebijakan fiskal dan moneter dengan kebijakan struktural jangka panjang. Kebijakan fiskal dan moneter seringkali bersifat responsif terhadap tekanan ekonomi jangka pendek, sementara kebijakan struktural diperlukan untuk menciptakan fondasi pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Misalnya, reformasi di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur harus tetap menjadi prioritas untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia. Tanpa sinergi yang kuat antara kebijakan jangka pendek dan panjang, policy mix hanya akan menjadi solusi sementara tanpa memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian dalam jangka panjang.

Sementara dalam situasi global yang terus berubah, fleksibilitas dan inovasi dalam policy mix sasih menjadi kebutuhan yang mendesak. Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian. Salah satunya adalah pentingnya komunikasi yang efektif antara otoritas moneter, fiskal, dan sektor swasta. 

Dengan terbentuknya koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia maka penyusunan strategi bersama untuk menghadapi tantangan global menjadi lebih kuat dan bersinergi. Di sisi lain, pemerintah perlu melibatkan sektor swasta secara aktif dalam program-program pemulihan ekonomi, seperti investasi di sektor energi terbarukan dan digitalisasi. 

Keberhasilan dalam penerapan policy mix juga sangat bergantung pada konsistensi pelaksanaannya. Pemerintah dan Bank Indonesia harus mampu menjaga kepercayaan pasar terhadap kebijakan yang diambil. Transparansi dan akuntabilitas menjadi peran penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 

Dalam hal ini, penyampaian komunikasi yang jelas kepada masyarakat dan pelaku usaha menjadi sangat penting untuk mengurangi ketidakpastian dan mendorong partisipasi aktif dalam program-program pemulihan ekonomi.

Maka dari itu, policy mix adalah fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan ekonomi saat ini dan di masa depan. Namun, kebijakan ini tidak boleh berdiri sendiri dan diperlukan sinergi yang lebih luas dengan kebijakan regional dan internasional untuk menciptakan stabilitas yang lebih besar. Indonesia sebagai bagian dari ekonomi global tidak bisa mengabaikan pengaruh eksternal. 

Oleh karena itu, diplomasi ekonomi harus menjadi bagian integral dari strategi policy mix, terutama dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara mitra untuk mendukung stabilitas nilai tukar, perdagangan, dan investasi. Pada akhirnya, policy mix bukan hanya tentang angka-angka dalam laporan ekonomi tetapi juga tentang bagaimana kebijakan ini mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat. 

Stabilitas ekonomi yang diupayakan melalui policy mix harus dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, dari pelaku usaha besar hingga UMKM, dari kawasan perkotaan hingga pedesaan. Penerapan policy mix akan memberikan efektifitas luar biasa dalam mengelola risiko eksternal, seperti tekanan dari kenaikan suku bunga global atau volatilitas harga komoditas, sehingga dampaknya terhadap nilai tukar rupiah dan sektor keuangan domestik dapat diminimalkan. 

Selain itu, policy mix memainkan peran penting dalam mendorong pemulihan ekonomi pasca-pandemi covid-19 melalui kombinasi kebijakan fiskal yang mendukung daya beli masyarakat dan kebijakan moneter yang menyediakan likuiditas bagi sektor-sektor prioritas. Dengan demikian, policy mix tidak hanya menjadi alat untuk merespons krisis, tetapi juga menjadi tonggak menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun