Mohon tunggu...
tirtasyahputra
tirtasyahputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang suka merenung dan berfikir tentang bagaimana hidup dan dunia berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Buzzer : Aktor agenda setting kontestasi politik?

20 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 20 Desember 2024   18:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buzzer adalah sebuah kata yang saat ini tidak asing di telinga netizen atau pengguna media sosial saat ini, Buzzer sendiri adalah istilah yang disematkan kepada individu atau kelompok yang menggaungkan suatu isu secara terus menurus baik dalam bentuk sebuah konten maupun berbentuk komentar dalam media sosial, Buzzer menjadi sebuah fenomena yang saat ini erat kaitannya dengan aktivitas politik atau pengarahan terhadap suatu isu tertentu dalam media sosial dan bahkan saat ini menjadi sebuah ungkapan yang negatif akibat presensinya yang sering menimbulkan keributan dan distorsi informasi dalam media sosial. Lantas bagaimana awalnya buzzer itu muncul dan bagaimana kiprahnya dalam media sosial hingga saat ini?

Buzzer sendiri secara arti kata diambil dari kata Buzzing yang artinya mendengungkan dan secara makna artinya seseorang atau kelompok yang mendengungkan sebuah opini atau isu yang mengatasnamakan dirinya sebagai suara rakyat atau suara netizen. Dalam kemunculannya Buzzer sendiri lahir  beriringan dengan munculnya twitter pada tahun 2009, dilansir dari CNN Indonesia awalnya buzzer digunakan oleh perusahaan dalam rangka memasarkan produk mereka kepada netizen dalam media sosial dan bertujuan membuat sebuah awareness diantara pengguna media sosial.

Namun pada tahun 2012 bertepatan ketika pemilihan presiden Amerika serikat dimulai, buzzer mulai digunakan dengan tujuan membentuk sebuah opini di kalangan pengguna media sosial dan mencoba diarahkan ke satu calon presiden, saat itu presiden Amerika Serikat terpilih Barrack Obama sering menggunakan buzzer dalam mendongkrak suara pemilih di kalangan netizen. Di tahun yang sama Pilkada gubernur DKI Jakarta juga dilaksanakan, saat itu gubernur terpilih Jokowi Dodo dan wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama juga menggunakan strategi buzzer dalam media sosial yang bernama JASMEV atau singkatan dari Jokowi-Ahok Social Media Volunteer, sejak saat itu buzzer cukup sering dan akrab digunakan bagi suatu pasangan calon atau calon legislatif dalam membentuk sebuah isu atau opini di dalam media sosial, bahkan Menteri Komunikasi dan Informasi periode 2019-2024, Budi Arie mengatakan bahwa hampir 90% kebisingan dalam media sosial saat PEMILU 2024 disebabkan oleh buzzer yang digunakan oleh masing-masing paslon dalam menggiring isu.

Lantas bagaimana buzzer pada akhirnya disebut sebagai aktor agenda setting dalam pemilu? Sebelum penulis menjelaskan, kita pahami dulu apa itu teori agenda setting. dikutip dalam buku karya Richard dan Turner berjudul Introducing Communication Theory, Teori yang dicetuskan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw menjelaskan bahwa bagaimana sebuah pesan atau materi yang terkandung dalam media massa yang disampaikan kepada audiens dapat mempengaruhi kepada persepsi audiens yang mendapatkan pesan. Dalam praktiknya Agenda setting digunakan dalam mengarahkan audiens terhadap suatu isu tertentu atau pesan tertentu dan menangkapnya.

Dari penjelasan penulis diatas tentang teori Agenda Setting dapat ditarik sebuah benang merah bagaimana buzzer saat ini hadir sebagai aktor dari teori agenda setting yang digunakan ketika pemilihan umum di Indonesia. Dalam praktiknya sebuah buzzer sering melemparkan isu atau sebuah opini yang menyerang dan dapat mendistorsi informasi yang ada dalam media sosial, bahkan dalam pemilu 2024 dalam media sosial Tiktok buzzer sering membuat konten sedih tentang suatu paslon dengan tujuan menarik simpati netizen terhadap paslon tersebut. Buzzer saat ini sudah menjadi sebuah hal yang tidak terpisahkan dalam aktivitas media sosial dan dalam sistem komunikasi massa, tingkat efektivitas yang tinggi dalam mengarahkan persepsi dan opini masyarakat membuat berbagai pihak melirik buzzer sebagai alat yang pas dalam memenangkan sebuah kompetisi politik dalam masa yang akan mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun