Senja milik Turatea adalah senja yang paling merah,
Beberapa ekor sapi di pematang
Setuju akan itu,
Lalu pohon lontar sekali lagi menari
Sebelum benar-benar pergi.
Senja milik Turatea adalah senja yang paling bersih langitnya
Beberapa kuda meringkik setuju akan hal itu,
Lalu endapan kabut sisa-sisa pagi tersenyum
Sebelum tak akan kembali.
Ketika senja milik Turatea hendak berpamitan,
Tak ada yang paling dibencinya selain melepaskan segala yang telah membuatnya terbiasa
Semakin larut waktu, semakin ditahui bahwa senja yang indah itu hanyalah sesaat
Dan segala yang terburai di langit
Sisa-sisa senja milik Tureta, Â menemukan ruang di dalam ingatan; dikenang.
Tetapi kala senja juga berpamitan kepada angin di turbin-turbin kincir Turatea,
sebuah pertanyaan mengendap di benak pecahan batu-batu gunung sesawahan :
Apakah ia hendak berpamitan pulang, ataukah hendak meminta restu untuk meninggalkan rumah?
2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H