Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Kerbau Buntal, Kupu-kupu, dan Laut

19 Juni 2023   20:48 Diperbarui: 19 Juni 2023   20:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerbau yang buntal itu
pecah perutnya,
keluar kupu-kupu bertubuh manusia.

Dia yang terbang menantang
singa berwujud bayi bernama Wilhelm di gurun sahara,

menginjak perutnya
dan berteriak lantang di tengah badai pasir yang bising

"Tuhan masih hidup!"

  Lantas, dari mana aku punya kuasa menginjak perutmu dengan kaki beraroma surga, bila memang tidak?

Tuturnya.

Dia adalah ibu yang memiliki rahim dari selaput daun murbei.
Dia konon menjelma api di titik pusar, dan menggidik pada tengkup kupu-kupu yang berparas seorang anak.

Angin debu bagai ngilu sepasang bilah bambu
Dia menatap dengan prihatin sekeliling
 "tak ada kupu-kupu, yang dapat hidup dan mencari arti hidup pada lingkup suram begini," tuturnya.

Wilhelm ditinggalkan semestinya seonggok mayat,
Dia terbang ke taman kupu-kupu

menuju teluk Meksiko, tempat Hemingway sebelum menembak kepalanya, dan menceritakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun