Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Menanam Jantung

19 Juni 2023   13:29 Diperbarui: 19 Juni 2023   13:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanam jantung dan tumbuhnya pohon bumi

Waktu adalah akar yang merambati benteng kura-kura laut

Hasanuddin muda tak pernah merasakan duduk di pundak Ayahnya

Ayah berbaring dipeluk keranda, diarak menuju perairan Hades.

Pohon yang tinggi adalah pohon yang meminum telaga jiwa mayat-mayat biru.

Siapa yang tega menebar abu di laut
yang memahat kamar pada tebing tinggi, dan meniup bara ke ranting laut Bali?

Laut, laut memintal abu pada perairan paling dangkal, di dekat sarang camar dan puing kuda perang Troya.

Hasanuddin muda yang dikhayalkan penyair tua, menerima pesan itu sebagai surat
di dalam botol

"tulisan lontar* sudah mati," katanya.

Mata itu adalah kaca, kaca di muka danau yang terpantul senja.
Menanam jantung dan jantung itu bekas perang yang berlarut-larut.
Waktu adalah mitos yang dibuktikan prasasti, dan diselimuti akar beringin.

Wajo.

Nt: Tulisan Lontar adalah huruf suku Bugis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun