Apakah hidup untuk sesuatu atau menjadi sesuatu?
Angin berhembus membunuh hangat.
Gemertak ranting hadir dimana - dimana.
Kotak pasir itu lembab dan di bawah lamunan sinar lampu taman,
Ia berwarna coklat tua basah.
Entahlah, jangan tanya aku (akukan anak kecil!)
Kita semua anak kecil.
Kita semua kecil dan rapuh
Harusnya seperti itu tetapi,
Harusnya anak kecil tidak bertanya seperti itu.
Benar, mereka harusnya riang gembira bermain di lapangan terbuka bersama teman - temannya. Bukan berkutat pada pertanyaan yang bahkan tidak ia pahami sendiri maksud kata per katanya.
Paling tidak itulah yang kupikir saat ini. Namun saat itu, aku hanya diam mungkin, tak berpikir apa - apa selain ketakutanku dimarahi oleh mama nantinya karena pulang larut malam.
Mama dan ibumu pasti sedang mencari kita saat ini jadi, ayo pulang saja...
Dia tidak akan mencariku!
Suara itu bergaung disepanjang taman
Kenapa kau begitu yakin?
Aku anaknya dan kalaupun mamamu mencarimu, aku ingin kau disini bersamaku.
Mencari makna yang tidak kutahui
Dan pertanyaan itu terulang kembali,
Apakah hidup untuk sesuatu atau untuk menjadi sesuatu?
Aku tidak tahu!
Dan aku tidak peduli, aku ingin pulang! Saat itu yang kupikirkan hanyalah mama dan aku mungkin hendak tidak peduli denganmu. Apapun yang terjadi pada nasibnya nanti, aku tidak peduli. Aku hanya ingin diriku tenang, dimarahi sedikit dan kembali bermain di taman ini besoknya.
Lorong pada bawah seluncuran itu begitu sempit dan dingin. Dia yang ada dihadapanku tengah tersenyum dan gaun putihnya nampak lusuh dan berdebu. Serta lembab.
Sedikit demi sedikit melangkah dengan pelan. Tak bersuara,
Dan duduk di sampingku. Sempit tempat itu membuat aku merinding memeluk lutut namun, agak hangat setelahnya.
Jangan dekat - dekat! Jangan menempel pada badanku!
Aku mungkin merengek sembari memberontak.
Di usia itu, sangat menjijikan seorang gadis bersama dengan laki - laki.
Namun kau tetap bersandar pada bahuku yang gemetar. Bau shampoo yang mirip stroberi masih kuingat dengan jelas.
Kau memeluk juga lututmu hingga kedua lengan kita yang kedinginan, bisa bersentuhan satu sama lain.
Mari menjadi sesuatu!
Dan setelah itu, ia tertawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H