Dari dulu manusia membutuhkan dia
Lalu si tua yang telah reyot itu bercerita tentang dirinya :
Pada suatu hari di taman jauh,
Telah bermimpi para nabi sewaktu kecil
Lalu kucincang mimpi itu dengan rak - rak
Kemudian mata itu melihat para pemimpi - pemimpi lainnya datang dari kesempitan yang bercelah - celah duka
Dia disana dengan topeng terbuka
Terbuat dari kaca, berkilau senada
Menggali lubang para mayat yang sedang tidur dalam mesra
"Hei, kembalilah, tuan - tuan!"
Kembalilah menuju rumah yang dijanjikan
Tentang celana dalam,
Lalu Merah jambu bibir tebal
Kemudian ia berhenti pada sela - sela kopi
Menatap pematang yang telah dicumbu merah langit itu
"Kaulah pahlawanku!" Katanya
Kaulah yang bawa aku kemari dan aku telah kemari
Aku juga akan kemari dan aku akan kemari bersama mereka yang kutarik
Dari liang lahat persimpangan sendi - sendi
Celah - celah batu karang
Desir - desir ombak perak
"Tetapi kau hanya tersenyum!" Katanya lagi
Lalu kutuangkan kembali kopi yang menipis dan ia berhenti dan dia hanya menangis
"Tenanglah, tuan!" Ku elus punggung yang kering itu
Tenangkan wajahmu yang sudah hilang api itu
Biarkan aku menjadi perantaramu
dan cerita berlanjut melalu kepulan asap yang telah dibakar
Kemana kapal akan belabuh setelah mereka mendarat?
Tidak,
Tidak salah lagi
Sang pahlawan telah mati!
Itulah akhir dari cerita persekongkolan buta hati itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H