Mohon tunggu...
Tirta Anhari
Tirta Anhari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Journalist, Computer Scientist

Pembelajar, Suka Nulis, Nonton Film, Baca Buku dan Diskusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Potret Belajar di "Negeri Tirai Bambu"

9 Februari 2016   22:35 Diperbarui: 10 Februari 2016   16:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah, memiliki “cara” yang sangat jitu dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan luhur mereka terhadap kebudayaannya. Warna merah yang terdapat pada bendera Tiongkok juga melambangkan keberentungan dan keberanian, sangat melekat pada jati diri mereka. Hampir disetiap toko, jalan, sekolah, kampus, kita akan menemukan sesuatu yang berwarna merah. Entah itu, pakaian,  lukisan, origami dsb. Bayangkan juga, para mahasiswa Internasional disini, diberikan kelas kebudayaan Tiongkok (Chinese Culture Class) 1 minggu 1x. Dan, mereka sangat senang jika banyak diantara kita yang serius mau belajar.

Potret ke-enam, mengenai bahasa mandarin. Menurut data dari Unesco pada 10 tahun terakhir, bahwa bahasa mandarin adalah bahasa yang paling banyak digunakan diseluruh dunia, walau bahasa Inggris adalah bahasa Internasional, bahasa mandarin berada ditempat pertama. Bisa dibayangkan juga sih ya, penduduk Tiongkok adalah yang terbanyak didunia, dengan total populasi lebih dari 1 M lebih.

Menurut saya, secara pribadi belajar bahasa mandarin memiliki kesan tersendiri. Seperti banyak orang di Indonesia yang menirukan Engkoh-engkoh berbahasa Indonesia dengan gaya mandarin (contoh: “elu olang”-cadel dikit-dikit gitu) ternyata ga ditemukan disini. Kita terlalu lebay mengesankannya sepertinya ya hehe. Bahasa mandarin, seperti halnya bahasa lainnya, punya metode pengajaran sama seperti bahasa Inggris (Speaking, Listening, Reading, Writing dsb.) dan punya standarisasi kelulusan dan tingkatan (kalau di Bahasa Inggris seperti TOEFL/IELTS) kalau di Tiongkok disebut dengan HSK. Ya, seru juga!

Potret ke-tujuh adalah, masalah kehidupan di masyarakat. Saya melihat di televisi dan kehidupan keseharian masyarakat bahwa mereka sangat menghormati orang tua mereka terutama Ibu. Berbagai macam dan seringnya program televisi dan film yang mengangkat tema keluarga, terutama ibu sebagai sosok yang wajib dihormati dan dihargai serta disayangi. Ketika saya berjalan ditaman-taman kota, banyak juga para anak-anak kecil yang terlihat begitu menyayangi dan “patuh” terhadap orang tuanya. Ini, patut dicontoh banget.

Potret ke-delapan adalah, transportasi public yang sangat mudah dan cepat. Pemerintah sangat konsen terhadap “pelayanan masyarakat”. Disini, kita tidak akan menemukan jalan yang banyak pengendara motornya. Ya, di Tiongkok khususnya di Beijing, menggunakan sepeda motor adalah hal yang illegal. Jadi, kamu mau tidak mau harus naik sepeda motor elektronik, sepeda (bisa disewa), subway (kereta bawah tanah), bus (angkot) dan semuanya itu menggunakan 1 kartu, yang disebut public transportation card. Kemacetan disini juga ada, namun mampu diurai dengan cepat. Karena ruas jalan yang begitu lebar dan terdiri dari 4 jalur. 2 jalur ditengah untuk kendaraan cepat 2 jalur pinggir (kiri dan kanan) untuk melambat. Kita iri juga untuk ada di Indonesia. Hehe

Potret ke-sembilan adalah, kita kembali ke suasana di kampus, dosen dan mahasiswa mempunyai hubungan yang sangat dekat. Bahkan kita sering ditanyakan kabar seperti “Bagaimana kesehatanmu” atau hanya sekedar “sudah makan atau belum?”. Mereka juga sering menanyakan apakah sudah mengerti ketika sedang dalam perkuliahan mesti kita sudah bertanya berkali-kali walau sudah masuk jam istirahat atau habisnya jam perkuliahan, mereka (dosen) mau meluangkan waktunya lebih untuk mahasiswanya. Menyambung soal kenapa mesti pakai kapur dan papan tulis hitam? Menurut mereka, dan sayapun ingat dengan pelajaran tentang “Pengolahan Citra” yang membahas tentang spectrum kekuatan warna, bahwa mata kita akan cepat lelah ketika melihat papan tulis berwarna putih dan tulisan berwarna gelap. Dibanding, papan tulis gelap dengan tulisan yang berwarna terang seperti putih.

Potret ke-sepuluh, tentang umat muslim yang ada di Tiongkok. Ya, tulisan saya sebelumnya tentang “Rindu Suara Adzan” membahas sedikit tentang umat muslim di Tiongkok. Ternyata, cukup sering saya temukan para mahasiswi yang menggunakan hijab dikampusterutama ketika waktu makan siang di kantin muslim. Mahasiswa-mahasiswa dari Negara lain seperti Pakistan, Arab Saudi, Uzbekistan, Rusia dsb. yang muslim pun disini memiliki persaudaraan muslim yang cukup baik. Intinya, mencari masjid dan teman muslim di Tiongkok tidak sesulit yang kita bayangkan di awal. Bahkan di Tiongkok, kita akan mudah mendapatkan makanan-makanan yang berlabel halal seperti roti, susu, snack atau daging halal sekalipun. Dan juga, beberapa restoran halal yang disertifikasi khusus oleh pemerintah, cukup mudah untuk kita temukan walaupun tidak terlalu banyak. Ternyata banyak saudara kita dalam Iman! :)

Potret ke-sebelas, adalah ketika ada Film yang dibuat oleh Tiongkok seperti Kungfu Panda 3, Ipman 3 yang cukup mendunia, kita dapat menontonnya lebih dahulu disini. Dan tentu saja dengan harga tiket yang cukup lumayan, yaitu 50 yuan atau setara dengan 100 ribu. Industri film di Tiongkok juga dapat dikatakan maju, karena banyaknya akademi khusus dan universitas yang konsen terhadap perfilman di negaranya.

Potret ke-duabelas, dalam kehidupan keseharian, saya mengira bahwa Tiongkok adalah negeri yang tidak aman karena berbagai factor “sangkaan dan isu”. Ternyata, justru kebalikan dari ekpektasi di awal. Terutama para student in abroad, kami disini sangat dijaga terutama soal keamanan diri. Setiap hari, para mahasiswa yang keluar masuk asrama harus tepat waktu jika keluar dan masuk asrama (demi keamanan), dan berkelahi adalah sesuatu yang sangat dilarang dan melanggar hukum yang cukup berat. Asrama Mahasiswa dibuka dari jam 6 pagi, dan ditutup sampai jam 11 malam. Ditambah lagi, para warga kampus yang sangat ramah terhadap para mahasiswa Internasional yang sedang berkuliah atau hanya sekedar untuk saling mengobrol.

Dari semua potret yang saya tangkap ini, tentu saja masih banyak kekurangan dan kehilafan. Tapi, seperti Imam Syafii katakan: “Anak panah yang hanya diam dibusur tanpa melesat, ia tidak akan mengenai sasaran”. Lalu, pesan Ir. Soekarno 1968 “Belajarlah kamu kemanapun, kalau perlu tinggalkan Indonesia dan setelah selesai kembalikah ke pangkuan ibu pertiwi” dan hadits nabi yang sangat popular “ Tuntutlah Ilmu walau sampai ke negeri China” membuat saya semangat untuk terus belajar kemanapun, kepada siapapun dan dimanapun. Bahkan, Filosof Yunani, Socrates yang pertama kalinya mendifinisikan apa itu fungsi akal sebelum ia meninggal mengatakan “Bahwa saya tahu, bahwa saya tidak tahu” adalah semangat saya untuk belajar, semangat untuk menjadi manusia yang lebih baik, apalagi, belajar di negeri Tiongkok, di negeri dengan ekonomi terkuat didunia yang penduduknya punya ciri unik dan mengesankan, saya sangatlah bersyukur kepada Allah SWT. Kita di ciptakan oleh-Nya untuk saling mengenal dan memahami bukan? (QS. Al-Hujarat). Mari berbicara dan membicarakan seuatu atas nama kemanusiaan dan mencerminkan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya, yang indah dan ber-Akhlaq. Kita sampaikan bahwa Islam dan khususnya warga Indonesia adalah penduduknya yang semangat, yang ramah dan murah senyum ini, mendapat tempat yang baik dihati mereka-mereka, saudara kita dalam kemanusiaan. Ayo belajar! “Because I am Indonesian”.

Sampai jumpa di cerita saya selanjutnya, karena ini baru sebagian kecil potret yang saya tangkap. Semoga yang membaca  mendapat hikmah dari setiap tulisan yang saya tulis dengan penuh perenungan ini. Mohon doanya dan tentu saja kita saling mendoakan agar kita mampu menjadi manusia yang lebih baik disetiap detiknya, karena perubahan dimulai dari diri sendiri. Ini, untuk Indonesia…

Terima kasih… [Part.1]

 

Beijing, 9 Februari 2016

“Karena hidup hanya sekali, maka berbuat baiklah berkali-kali”

Pembelajar,

–Tirta Anhari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun