Sekedar bertanya, apakah sudah "dari sananya" kita ini suka meributkan printilan, hal-hal kecil yang tidak ada relevansinya. Seperti kerupuk, enak tapi tak bergizi, hanya membuat meriah saja. Tengoklah ke belakang, sejak pelantikan presiden sampai sekarang apa yang diributkan?
- Bukan makna pidato perdana Presiden Jokowi tapi busana ibu negara saat itu.
- Bukan track record si menteri tapi tato dan putrinya.
- Bukan esensi pidato Presiden di forum APEC tapi kemampuan berbahasa inggrisnya. Setahu saya para CEO elit di forum itu tak ada yang mempersoalkan, mereka lebih tertarik mengupas materi yang disampaikan. Bagi mereka itu jauh lebih penting sementara bagi kita  sebaliknya.
- Bukan eksekusi program pengalihan subsidi BBM yang dikritis tapi gaya pidato presiden saat mengumumkan kenaikan BBM.
Saya teringat satu bagian dari tetralogi Laskar Pelangi dimana di situ disebut kebiasaan bangsa Melayu: gemar meributkan hal-hal sepele sementara esensi yang lebih penting malah diabaikan. Dari dulu sampai sekarang melewati beberapa generasi tabiat jelek ini tak juga berubah.
Selama kita masih belum bisa memilah mana yang krusial mana yang tidak, selama kita masih memberi bobot lebih pada hal-hal kecil yang tak penting, selama itu pula kita berjalan di tempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H