Mohon tunggu...
Tirai Kirani
Tirai Kirani Mohon Tunggu... profesional -

Saya lahir, hidup, tumbuh berkembang dari kecil hingga saat ini karena Rahmat dan Ridho Allah SWT. Semoga masih ada ruang dan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FSC) Surat Tak Beralamat

13 Agustus 2011   19:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:49 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 14 Agustus 2011.

Sayang,

Kutulis surat ini teriring doa, semoga kamu selalu bahagia di sana. Aku nggak perlu tanya keadaanmu, aku nggak perlu tanyakan keberadaanmu kan?, karena kamu tak akan lagi menjawabnya, tapi aku akan tetap menulis surat ini walau aku tak tau ke alamat mana mesti kulayangkan.

Tidak seperti waktu - waktu yang lalu, kita sering berbalas surat. Suratmu datang hatiku senang karena berarti aku akan segera tau tentang khabar dan keadaanmu, karena kita memang dipisahkan oleh jarak yang jauuuh sekali. Dan tak perlu menunggu hitungan jam, akupun segera menulis balasannya untukmu.

Say...aku jadi kembali mengingat ngigat isi suratmu, kamu selalu penuh perhatian, kata - katamu menyiratkan makna cinta dan kasih sayang. Tapi kamu juga suka mengoda dan bercanda yang membuat aku cemberut dan tertawa. Disalah satu suratmu kamu mengigatkan, " Rin jangan suka begadang ya, nanti cepat tua dan keriput lho, nanti kamu nggak PD ketemu aku hkhkhkh". Disuratmu yang lain kamu suruh aku makan yang banyak, "Rin masih susah makan?, jangan gitu donk..makan yang banyak, aku nggak mau liat kamu kurus, makan klo bisa 4 sehat 5 sempurna, ingat!!.. bentar lagi lebaran haji lho hkhkhk", dan kamu tau kalau aku akan cemberut dan kamu bilang, " hayooo..jangan cemberut, ntar nggak cantik lagi lho"

Dan pernah suratmu datang dibulan Ramadhan, kamu langsung saja menyapaku, " Haiii...lagi nggak puasakan, ayoo ngaku, lagi dapatkan?, tuuh dibibirnya masih ada sisa nasi, makan kok nggak ngajak - ngajak sih, padahal aku juga lagi halangan lho hkhkhk"

Akupun kadang membalas suratmu dalam canda, " Say..lagi apa, pasti lagi baca suratkukan?, pasti sambil merokokkan? udahlah kurangi rokokmu, ntar kamu berak asap lho hehehe"

Sayang..itulah komunikasi kita tempo dulu, tapi yang selalu aku ingat dan tak akan pernah aku lupakan adalah akhir yang sama disetiap suratmu, seakan - akan kamu selalu tau, kalau aku selalu meneteskan air mata. Dan kamu selalu bilang, "Rin..jangan menangis, ntar air matanya jadi ingus lho" atau kamu bilang, "Rin..jangan mewek yaa, aku tak ingin kamu menangis lagi, kan kita berdua sama - sama tau, kalu cinta nggak mesti selalu bersatu, karena kita dipertemukan diwaktu yang salah dan dalam keadaan yang berbeda, tapi satu yang harus kamu tau, bahwa aku tetap cinta dan sayang kamu"

Sayang..ini surat terakhirku untukmu, yang pasti tak akan pernah sampai ketanganmu. Tapi aku tau bahwa kamu juga tau kalau aku sayang dan cinta padamu.

Salam, aku yang akan selalu mengenangmu.

ttd

R I R I N

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Maaf nomor peserta tidak ada, karena memang tidak terdaftar, ini adalah wujud partisifasiku dalam memeriahkan FSC.

Semoga berkenan...Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun