Mohon tunggu...
Tira Ayudya Halisya
Tira Ayudya Halisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Perencanaan wilayah Pedesaan Univ. Sumatera Utara

Mahasiswa S2 PWD Univ. Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Nature

Daya Dukung Infrastruktur dan Tata Ruang terhadap Pemulihan Wisata Alam Kota Lhokseumawe Akibat Pandemi Covid-19

10 Desember 2021   11:20 Diperbarui: 10 Desember 2021   11:44 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Lhokseumawe merupakan kota transit dari jalan Medan – Banda Aceh, karena kota ini berada persis di tengah tengah jalur timur Sumatera. Berada si antara Banda Aceh dan Medan, sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di Aceh. Kota Lhokseumawe, Aceh, dengan ketinggian 2 – 24 meter diatas permukaan laut memiliki luas wilayah 181,06 Km² yang dibagi dalam 4 kecamatan yaitu Kecamatan Blang Mangat dengan luas wilayah 56,12 Km², Kecamatan Muara Dua luas wilayah 57,80 Km², Kecamatan Muara Satu luas wilayah 55,90 Km² dan Kecamatan Banda Sakti luas wilayah 11,24 Km². Keempat kecamatan ini terdiri dari 9 kemukiman dan 68 desa/gampong.

Dengan adanya pembangunan tol lintas Sumatera ini maka akan terjadi perubahan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Karena adanya pembangunan jalan tol lintas Sumatera tersebut maka kendaraan yang melaju pada Jalan Medan – Banda Aceh akan berpindah pada tol lintas Sumatera tersebut dan kota Lhokseumawe akan sepi pendatang yang berakibat pada perekonomian Kota Lhokseumawe. Maka dari itu peneliti akan membuat rencana pembangunan wisata pada Kota Lhokseumawe yang akan menjadi daya Tarik untuk pendatang pada wisata yang akan di bangun di Pantai Ujong Blang Kota Lhokseumawe.

Pantai Ujong Blang adalah salah satu pantai di Kota Lhokseumawe, yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat Kota Lhokseumawe. Pantai Ujong Blang terhampar dari muara sungai Cunda (kuala cangkoi) yang meliputi empat wilayah desa yaitu Desa Ujong Blang, Ulee Jalan, Hagu Barat Laut, dan Desa Hagu Tengah. Pantai Ujong blang dinamakan berdasarkan desa di mana pantai ini berada. Arti "Ujong Blang" sendiri dalam bahasa aceh adalah "ujong" berarti ujung dan "blang" berarti sawah atau hamparan kebun. Karena pada awalnya, wilayah Lhokseumawe terdiri dari areal sawah, rawa, dan tanah kosong. Pemandangan matahari terbit atau Sunrise di pantai ini memiliki nuansa tersendiri. Pengunjung akan disuguhkan pemandangan kegiatan nelayan sehari - hari dengan latar belakang pabrik pencairan gas PT. ARUN di kejauhan.

Pada masa dalam kondisi situasi pandemi Covid-19, para wisatawan di pantai Ujong Blang masih bisa mandi laut ujong blang, serta masih dapat menikmati berbagai makanan dan minuman yang disajikan para pedagang di pondok-pondok yang dibangun di pinggir pantai tersebut. Didasari kondisi tersebut, maka selama ini, khususnya hari libur, ramai dikunjungi wisatawan. Tak terkecuali pada Minggu, yang merupakan hari libur terakhir Lebaran Idul Fitri pun juga situasi di pantai sangat ramai pengunjung. Masyarakat pada pandemi ini masih beraktifitas seperti biasa yaitu mandi laut dan ada juga yang berfoto serta memandang keindahan pantai Ujong Blang. Disamping itu, sejumlah pengunjung juga ada yang bermain dengan banana boat yang tersedia di pantai tersebut. Berdasarkan keterangan sejumlah pedagang, kalau pondok mereka tetap buka selama Lebaran Idul Fitri tahun ini dan pada pandemi ini.

Pantai Ujong Blang merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal di wilayah kota Lhokseumawe, selain kental dengan nuansa laut nya Ujong Blang juga banyak bertebaran pondok-pondok rujak yang biasa di jadikan tempat berakhir pekan bagi warga sekitar maupun dari luar kota. Bertepatan dengan libur panjang Ujong Blang tetap dipadati oleh para warga masyarakat yang ingin menghabiskan liburan murah meriah ala kota Lhokseumawe ini. Adapun beberapa anggota kepolisian dari Polsek Banda Sakti berjaga di sekitar pantai sambil tetap menghimbau para pengunjung untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan selalu menggunakan masker dan jaga jarak. Disaat masyarakat liburan, Kapolsek Banda Sakti IPTU tetap siaga bertugas dan mengamankan tempat-tempat wisata agar masyarakat dapat menikmati liburan dengan rasa aman dan nyaman karena itu memang sudah menjadi tugas kapolsek. Sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pantai ujong blang sebelum dengan sesudah pandemi covid – 19, tetapi masyarakat juga tetap akan harus menjaga protocol Kesehatan.

Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri dan memiliki kemampuan yang cukup untuk benar-benar mandiri. Kemampuan yang tidak hanya dari segi ekonomi juga, namun termasuk pula keamanan. Karena dalam 2 tahun terakhir ini, keamanan menjadi sangat mahal di kota ini, akibat dari pemisahan dirinya dari Kabupaten Aceh Utara menjadi kota otonom sejak tahun 2001.

Kota Lhokseumawe merupakan bagian dari Provinsi Aceh yang terletak diantara 04o 54o – 05o 18o LU dan pada Garis 96o 20o – 97o 21o BT.  Kota ini memiliki wilayah sekitar 181,06 kilometer persegi (Km2 ), dengan batas administrasi sebagai berikut:

  1. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka;
  2. Sebelah Selatan berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Kuta Makmur);
  3. Sebelah Barat berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Dewantara) dan,
  4. Sebelah Timur berbatas dengan Aceh Utara (Kecamatan Syamtalira Bayu).

Secara administratif, Kota Lhokseumawe dibagi ke dalam 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan Muara Satu. Keempat kecamatan ini melingkupi 9 (sembilan) Kemukiman, dan 68 (enam puluh delapan) Desa/Gampong.

Luas Kota Lhokseumawe sebesar 18.106 ha dimanfaatkan untuk berbagai keperluan atau kebutuhan masyarakat. Penggunaan lahan terbesar adalah untuk kebutuhan permukiman, yaitu 10.630 ha (58,71%), kemudian secara berturut-turut untuk persawahan 3.943 ha atau 21,78%, budidaya perairan darat dan perkebunan rakyat masing-masing 687 ha (3,79%) dan 674 ha (3,72%) serta seluas 643 ha (3,55%) yang masih berupa hutan belukar dan semak yang belum dimanfaatkan. Berikut penjelasan profil penggunaan lahan menurut jenis dan luas kota Lhokseumawe tahun 2008.

Daya Dukung Infrastruktur

Sejak pengembangan pariwisata pantai Ujong Blang Kota Lhokseumawe, perubahan penggunaan lahan di kawasan pantai Ujong Blang Lhokseumawe khususnya di area sempadan pantai yang berfungsi sebagai kawasan lindung setempat sangat menonjol, seperti terlihat pada Tabel, menunjukkan infrastruktur yang terdapat pada pantai Ujong Blang, dan akan ditingkatkan lagi untuk memenuhi infrastruktur di pantai Ujong Blang agar membuat pemulihan dan pengembangan Obyek Wisata Alam Pantai Ujong Blang lebih berkembang lagi. 

 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Sempadan Pantai Kawasan Pantai Ujong Blang Lhokseumawe, Dok. pribadi
 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Sempadan Pantai Kawasan Pantai Ujong Blang Lhokseumawe, Dok. pribadi

Kesuaian Penataan Ruang (Struktur dan Fungsi Ruang)

Hasil menunjukkan, bahwa dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun terakhir (periode 1990-2001) di kawasan wisata pantai Ujong Blang Lhokseumawe, khususnya pada area sempadan pantai telah mengalami perubahan bentuk penggunaan lahan yang cukup pesat. Lahan sempadan pantai seluas 267.100 meter persegi yang berfungsi sebagai kawasan lindung, dimana sebelum pengembangan pariwisata (sebelum tahun 1990) yang penggunaan lahannya didominasi hutan bakau dan gisik/pasiran pantai (57,54 persen). Hutan bakau seluas 90.600 m2 atau sebesar 33,92 persen dari total luas sempadan pantai, dan terdapat gisik/pasiran pantai alami (belum ada penutup lahan buatan) seluas 63.091 m2 atau sebesar 23,62 persen. Sementara itu, saat ini penggunaan lahan sempadan pantai telah mengalami perubahan fungsi. Di mana sebahagian besar digunakan untuk pembangunan warungwarung rujak Aceh, yakni sebesar 32,35 persen dari total luas sempadan pantai. Sedangkan hutan bakau dan gisik/pasiran pantai alami, masing-masing hanya tinggal 3,07 persen dan 5,54 persen. Sehingga sempadan pantai yang berfungsi sebagai kawasan lindung setempat berubah fungsi menjadi kawasan pembangunan aktivitas ekonomi (aktivitas pariwisata).

Dan akan terjadi perubahan lagi sampai tahun 2021 hingga kedepanya yang akan berpengaruh terhadap tata ruang struktur maupun fungsi ruang di Pantai Ujong Blang yaitu perubahan penggunaan lahan pangtai yang terjadi akibat pemunduran garis pantai.

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Pantai Terhadap Pemunduran Garis Pantai 

Pengembangan Pariwisata pantai Ujong Blang Blang Lhokseumawe, diikuti pula peningkatan pengadaan fasilitas/sarana penunjang pariwisata. Pembangunan fasilitas dan sarana tersebut dibangun di atas sempadan pantai bahkan sampai pada daerah pasang surut. Dengan demikian lahan sempadan pantai, yang sebelumnya didominasi oleh hutan bakau dan tumbuhan pantai lainnya diganti dengan pembangunan sarana penunjang pariwisata. Akibat dari semua itu, maka pengembangan kepariwisataan pantai Ujong Blang Lhokseumawe memberi dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat (Ishaq Rizal, 2000). Akan tetapi justeru memberi dampak negatif yang signifikan terhadap perubahan fisik pantai terutama pemunduran garis pantai (pengurangan area/lahan sempadan pantai). Dengan demikian perubahan penggunaan lahan sempadan pantai alami yang berfungsi sebagai kawasan lindung setempat menjadi lahan aktivitas perekonomian (aktivitas pariwisata). Perubahan garis pantai dalam sepuluh tahun terakhir pada kawasan wisata pantai Ujong Blang Lhokseumawe adalah terjadi pemunduran garis pantai ke arah darat secara proporsional rata-rata 160 meter.

Di samping itu pengamatan di kawasan wisata pantai Ujong Blang Lhokseumawe banyak terdapat pembangunan fisik dilakukan tanpa mengindahkan norma bangun membangun yang umum dipatuhi serta tidak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain Undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Sementara itu pembangunan rumah makan, restoran maupun hotel/cottage dan warung rujak Aceh, berada dalam kawasan sempadan pantai dan bahkan berada di daerah pasang surut. Salah satu dampak yang dialami oleh penduduk di sekitar kawasan pantai Ujong Blang akibat perubahan fungsi lahan sempadan pantai adalah serangan ombak dan badai bahkan masuknya air laut ke permukiman penduduk yang berjarak 500 meter dari pantai. Dua periode pasang purnama, Oktober 1999 dan Oktober 2000 merupakan dampak negatif yang paling parah dialami oleh masyarakat sekitar. Pada dua periode pasang purnama tersebut, rumah penduduk, fasiltas umum (mushalla, gedung sekolah, jalan desa), sarana pariwisata mengalami rusak parah, dan tidak bisa digunakan lagi. Pengembangan kepariwisataan pantai Ujong Blang Lhokseumawe bukan satusatunya penyebab timbulnya dampak negatif yang dialami oleh penduduk sekitar kawasan tersebut, bahkan faktor-faktor alam, seperti perubahan musim (pasang purnama, angin dan badai) juga ikut memberi pengaruh terhadap dampak negatif yang terjadi di sekitar kawasan wisata pantai. Sementara itu perubahan penggunaan lahan sempadan pantai, dari fungsi sebagai kawasan lindung setempat menjadi aktivitas ekonomi (akitivitas pariwisata) adalah faktor yang sangat kuat memberi dampak terhadap pemunduran garis pantai dan pengurangan area (lahan) sempadan pantai sekitar kawasan wisata.

Hasil

Dari semua hasil data yang dipaparkan, dapat dilihat bahwa pemanfaatan wilayah kota lhokseumawe lebih terarah pada wilayah pesisir pantai berpotensi memiliki wilayah lahan yang besar untuk dimanfaatkan. Wilayah yang luas berpotensi besar sebagai lahan untuk pemanfaatan pembangunan sarana prasarana untuk sektor pariwisata kota lhokseumawe. Potensi lainnya adalah dapat dibangunnya jalan raya disepanjang wilayah pantai yang menembus langsung menuju pusat kota. Keuntungannya adalah kota lhokseumawe memiliki akses masuk baru dari arah barat.  Potensi berikutnya adalah potensi pembangunan infrastuktur pariwisata dalam bentuk penanaman atau investasi pariwisata di wilayah pantai yang mana nantinya diharapkan pembangunan pariwisata akan berdapak positif terhadap pendapatan daerah, pemasukan ekonomi dan terbuka lapangan kerja baru.

Dari semua potensi tersebut kemudian muncul kendala pada pembebasan lahan yang masih dimiliki oleh warga setempat. Kendala pembebasan lahan terjadi karena penduduk pinggiran pantai masih banyak yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan rumah-rumah pemukiman penduduk yang telah menempati wilayah tersebut bertahun-tahun lamanya. Relokasiserta pembesasan lahan secara keseluruhan tetntu tidak akan mudah bagi pemerintah daerah. Tidak adanya pembangunan sarana dan prasarana akan menghambat pertumbuhan dan pengembangan pariwisata lhokseumawe secara utuh.

Analisis Kebijakan Arahan Rencana Pengembangan

Rencana pembangunan secara utuh terhadap pariwisata di pantai ujong blang kota lhokseumawe baiknya melakukan pembesaan lahan secara menyeluruh sehingga pengerjaan dan pembangunan sarana prasarana bisa dikerjakan secara cepat dan tepat. Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah kualitas pembangunan sarana dan sarana penunjang pariwisata yang spesifik terhadap target wisatawan daerah, nasional ataupun wisatawan internasional. Target pembangunan yang spesifik akan membantu pemerintah daerah untuk memperluas cakupan bantuan pembangunan atau investasi swasta. Pada dasar nya, dengan adanya pembangunan tol lintas sumatera yang melintasi kota lhokseumawe, wisatawan lokal yang melintasi jalur darat tentunya sudah menjadi target utama untuk pariwsata lhokseumawe. Karena itu dibutuhkan pembangunan penunjang pariwisata seperti hotel atau penginapan, restoran dan juga pembangunan pariwisata buatan lainnya. Perbaikan di sektor transportasi publik juga akan memberikan pengaruh positif terhadap kualitas pariwisata lhokseumawe. Transportasi publik akan memperbesar arus kunjungan wisatawan lebih banyak menuju kota lhokseumawe.


Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Kesimpulan dan Saran

Pada masa dalam kondisi situasi pandemi Covid-19, para wisatawan di pantai Ujong Blang masih bisa mandi laut ujong blang, serta masih dapat menikmati berbagai makanan dan minuman yang disajikan para pedagang di pondok-pondok yang dibangun di pinggir pantai tersebut. Didasari kondisi tersebut, maka selama ini, khususnya hari libur, ramai dikunjungi wisatawan. Tak terkecuali pada Minggu, yang merupakan hari libur terakhir Lebaran Idul Fitri pun juga situasi di pantai sangat ramai pengunjung.

Bertepatan dengan libur panjang Ujong Blang tetap dipadati oleh para warga masyarakat yang ingin menghabiskan liburan murah meriah ala kota Lhokseumawe ini. Adapun beberapa anggota kepolisian dari Polsek Banda Sakti berjaga di sekitar pantai sambil tetap menghimbau para pengunjung untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan selalu menggunakan masker dan jaga jarak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun