Mohon tunggu...
Akademi Humor
Akademi Humor Mohon Tunggu... Seniman - Informasi Seputar Dunia Komedi Indonesia

Informasi Seputar Dunia Komedi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wadah Pelawak Indonesia

7 Januari 2023   14:28 Diperbarui: 7 Januari 2023   14:32 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah grup lawak di Indonesia dimulai Ketika Bing Slamet Bersama Mang Cepot dan Mang Udel membentuk grup lawak Trio Los Gilos tahun 1958. Sebelumnya Duet Mang Cepot dan Mang Udel sudah dikenal sejak tahun 1951 lewat siaran humor mereka di RRI. Kehadiran grup lawak Trio Los Gilos disebut sebagai akar lawakan modern di Indonesia. Kehadiran dan popularitas Los Gilos memancing lahirnya grup lawak lain di tanah air seperti grup lawak EBI yang beranggotakan Eddy Sud, S Bagyo dan Iskak. Mungkin karena Trio Los Gilos memulai dengan 3 personil maka hingga akhir tahun 60-an yang berkembang adalah tren grup lawak trio.

Era grup lawak kwartet dimulai tahun 1967 dengan terbentuknya Kwartet Kita yang beranggotakan Eddy Sud, Bing Slamet, Ateng dan Iskak. Kwartet Kita berubah nama menjadi kwartet Jayakarta, kemudian lebih dikenal dengan nama Kwartet Jaya. Pada era ini bermunculan grup lawak yang beranggota empat orang seperti S Bagyo CS yang beranggotakan S Bagyo, Darto Helm, Diran, Sol Soleh. Ada juga Surya Grup dengan formasi Jalal, Herry Koko, Susi Sunaryo, Prapto. Serta grup lawak lainnya (Iwel Sastra, Sejarah Lawak Tunggal dan Stand Comedy di Indonesia, 2013)

Selanjutnya sejarah dunia lawak Indonesia dihiasi dengan kehadiran grup-grup lawak yang beranggotakan 4 orang. Sebut saja yang sempat populer Surya Grup, Jayakarta Grup, Pelita Grup, Tom Tam Grup, Kwartet S, Doyok Grup, Jali-Jali grup, Empat Sekawan, dll. Warkop DKI (Warkop Prambors) awalnya beranggotakan empat orang yaitu Nanu, Dono, Kasino dan Indro. Selepas Nanu meninggalkan Warkop, grup ini bertahan dengan personil 3 orang. Pada era 80-an kembali bermunculan grup lawak dengan format trio seperti D Bodors, Bagito Grup, dll. Ada juga grup lawak yang beranggotakan 5 orang diantaranya D Kabayan dan Sersan Prambors. Basuki, Timbul, Kadir, Nur Buat dan Rohana sempat bergabung berlima dalam Merdeka Grup. Kemudian Basuki, Timbul dan Kadir memutuskan bertiga dalam Batik Grup. Tentu tidak bisa juga dilupakan grup lawak dengan personil terbanyak yaitu Srimulat.

Pada masa era TVRI menjadi stasiun televisi satu-satunya grup lawak tumbuh subur karena TVRI memang menyediakan kavling program untuk grup lawak. Ketika televisi swasta bermunculan pamor TVRI mulai turun dan acara lawak pun perlahan hilang. Beberapa grup lawak beruntung bisa punya program serial di televisi swasta. Bagito grup tampil rutin di RCTI dalam acara Basho. Kemudian muncul Patrio lewat program Ngelaba di TPI (MNCTV). Diikuti grup lawak Cagur lewat program Chating di televisi yang sama. Beberapa grup lawak menghiasi sinetron komedi seperti Gideon Grup lewat sinetron Gara-Gara serta  Lika Liku Laki-Laki yang diperankan grup lawak 4 Sekawan. 

Pada tahun 2005 TPI mengadakan acara API (Audisi Pelawak TPI) yang diikuti oleh berbagai grup lawak. Ini seperti memberikan harapan kembalinya era kejayaan grup lawak. Acara ini mendapatkan perhatian pemirsa televisi. sayangnya, usai acara ini tidak banyak grup lawak pesertanya yang bertahan. Sule yang ikut menjadi peserta bersama rekannya Sogi dan Oni dengan bendera SOS kemudian memutuskan untuk bersolo karir. Peserta API lainnya seperti grup lawak Bajaj lebih berkiprah di sinetron dan dikenal masyarakat luas lewat sinetron reliji Para Pencari Tuhan.

Melihat dunia lawak yang terancam punah dengan minimnya regenerasi grup lawak dan semakin sempitnya ruang eksistensi bagi grup lawak, Iwel Sastra berusaha untuk membangkitkan kembali tren grup lawak di tanah air. Wajar Iwel Sastra yang dikenal sebagai Stand Up Comedian pertama di Indonesia ini sangat peduli dengan perkembangan dunia lawak karena jauh hari sebelum dikenal sebagai Stand Up Comedian, Iwel memulai karir sebagai pelawak. Iwel sudah tertarik menjadi pelawak semenjak kelas 5 SD. Ketika masih duduk di bangku SMP pada tahun 1989 Iwel bersama 2 rekannya Ances dan Dayat yang tergabung dalam grup lawak Joker berhasil menjadi juara pertama lomba lawak RRI/TVRI tingkat Sumatera Barat. Pada tahun yang sama grup lawak ini berhasil masuk dalam 6 besar untuk tingkat nasional yang diadakan di Jakarta.

Tahun 1989 lepas SMP Iwel Sastra merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai pelawak. Kurun waktu 1989-1991 Iwel mendatangi berbagai tempat ngumpul para pelawak seperti Radio SK yang bermarkas di Jalan Pakubuwono Jakarta Selatan dan kediaman S Bagyo di kawasan Setia Budi Jakarta Selatan. Iwel pun sempat bertemu dengan Eddy Sud di kediaman Eddy Sud di kawasan Pulo Mas Jakarta Timur. Selain dikenal sebagai pelawak senior, Eddy Sud merupakan koordinator artis safari dan penggagas paguyuban pelawak. 

Untuk mewujudkan impian menghidupkan kembali grup-grup lawak di tanah air Iwel membentuk wadah yang bernama Wadah Pelawak Indonesia (WPI). Ini terinspirasi dengan Paguyuban Pelawak yang pernah ada dan sukses memberikan ruang untuk eksistensi grup-grup lawak pada zamannya. Wadah ini nanti menjadi tempat kumpul dan diskusi bagi mereka yang ingin menekuni profesi lawak secara grup. Selain itu juga mengadakan berbagai panggung pertunjukan lawak. "Kalau untuk pelawak tunggal kan sekarang di Indonesia sedang tren Stand Up Comedy. Sudah ada wadahnya yaitu standupindo," ungkap Iwel.

Iwel pun menjelaskan perbedaan wadah yang dia bentuk dengan organisasi seniman komedi yang telah ada seperti PaSKI. Menurut Iwel cakupan PaSKI lebih luas. Anggota PaSKI bukan hanya pelawak tapi siapa saja yang berkecimpung di dunia komedi baik sebagai penulis naskah, sutradara maupun manajer pelawak. PaSKI bentuknya perkumpulan yang memiliki AD/ ART, sedangkan WPI bentuknya masih berupa komunitas. Ibaratnya WPI lebih fokus kepada pelawak. Saat ini sudah ada dua grup lawak yang tergabung dalam WPI yaitu Trio RBR (Receh Bukan Recehan) yang sempat tampil dalam acara Indonesia's Got Talent dan Kwartet 123.

Kita tunggu saja kiprah selanjutnya Wadah Pelawak Indonesia (WPI). Semoga WPI bisa menghidupkan kembali tren grup lawak di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun