Mohon tunggu...
Setya Tri We Nardhy
Setya Tri We Nardhy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

FOMO dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Sosial Gen Z

29 November 2023   23:03 Diperbarui: 29 November 2023   23:11 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fear Of Missing Out atau biasa dengan disingkat dengan FOMO memiliki arti rasa akan takut "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Biasanya perasaan takut dan takut ini timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya. 

Fear Of Missing Out (FOMO) adalah respons emosional terhadap keyakinan bahwa orang lain menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih memuaskan, atau bahwa peluang-peluang penting terlewatkan. FOMO seringkali menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak puas, depresi dan stres. Dengan munculnya media sosial, membuat meningkatnya prevalensi FOMO selama beberapa tahun terakhir.

Seiring dengan kemajuannya zaman, rasanya tidak mungkin orang masih tidak mempunyai smartphone sendiri. Peran smartphone sendiri sangatlah penting terhadap fenomena FOMO ini sendiri, ditambah dengan semakin mudahnya kita menerima informasi yang tersebar di seluruh dunia dengan menggunakan media sosial. 

Smartphone dan media sosial telah meningkatkan kejadian FOMO dengan menciptakan situasi di mana pengguna terus-menerus membandingkan kehidupan mereka dengan pengalaman ideal yang mereka lihat diposting secara online di aplikasi Instagram, Twitter (X), TikTok semakin memudahkan kita untuk melihat apa yang dilakukan orang lain. 

Seringnya, anak muda terutama Gen Z membandingkan kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain yang mereka lihat di media sosialnya, seperti di Instagram Story, Facebook Story, dan TikTok.

Namun, kecemasan dan ketidakpuasan yang ditimbulkan oleh FOMO juga dapat membuat orang menginginkan koneksi dan interaksi atau meningkatkan upaya mereka untuk tidak ketinggalan dengan lebih sering mengunjungi berbagai situs jejaring sosial. Apa pun yang terjadi, orang-orang akan diarahkan kembali ke media sosial dan lingkaran berbahaya pun tercipta. Oleh karena itu, media sosial merupakan penyebab sekaligus akibat dari FOMO.

Menurut penelitian survei, Sebagian besar Gen Z yang mengalami FOMO menderita kesepian. Rasa sakit akibat FOMO itu nyata dan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental kaum muda. Terlalu sering menggunakan ponsel dan melihat-lihat gambar orang-orang yang sedang bersama di berbagai negara atau wilayah lain di Australia memberi saya FOMO yang besar. Bahkan tanpa melakukan apa pun, Anda mulai membandingkan diri Anda dengan orang lain dengan cara yang toxic. 

Roberts dan David dalam jurnalnya dengan judul "The Social Media Party: Fear of Missing Out (FoMO), Social Media Intensity, Connection, and Well-Being" meneliti hubungan antara FOMO dan kesejahteraan dan menemukan bahwa meskipun FOMO memang memiliki beberapa dampak positif pada kesejahteraan, mengalami tingkat FOMO yang tinggi dalam jangka panjang dikaitkan dengan tingginya insiden stres, kecemasan, perubahan suasana hati, dan sikap apatis.

"Kebutuhan manusia untuk merasa memiliki adalah dorongan bawaan yang menentukan sebagian besar perilaku kita" kata studi tersebut.

MENGATASI FOMO

Langkah pertama untuk mengalahkan FOMO dan meningkatkan kepuasan hidup adalah dengan memahami apa itu FOMO dan dari mana asalnya. Setelah FOMO dikenali, tindakan dapat diambil untuk menghilangkannya dari kehidupan seseorang. Ada beberapa Tindakan yang dapat mengurangi perilaku FOMO ini, yaitu:

  • Mengubah fokus pada apa yang ada dalam hidup, bukan pada apa yang kurang. Hal ini dapat mencakup memodifikasi situs media sosial sehingga lebih banyak orang-orang positif yang muncul di feed dibandingkan orang-orang negatif atau hanya lebih banyak postingan yang menghasilkan kebahagiaan.
  • Mencari hubungan nyata dengan orang-orang secara tatap muka atau tatap muka.
  • Tinggalkan ponselmu di rumah dan mulailah beraktivitas di luar rumah seperti jalan-jalan. Carilah udara segar di luar dan mencari hal-hal yang anda sukai, pepohonan, taman, rumah, atau bahkan mengamati orang.
  • Kurangi penggunaan media sosial, atau kalau bisa dengan membuat timer untuk membatasi penggunaan media sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun