Mohon tunggu...
Tiopan Sipahutar
Tiopan Sipahutar Mohon Tunggu... Konsultan - Doktor Kesehatan Masyarakat

TIOPAN SIPAHUTAR, merupakan lulusan Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia. Berhasil menyelesaikan pendidikan doktor dalam 2,5 tahun, Tio (sebagai nama panggilan) sudah aktif meneliti dan bahkan menjadi aktivis penanganan stunting di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga saat ini, aktif menjadi pengajar tidak tetap di FKM UI, menulis buku dan artikel kesehatan, dan menjadi konsultan untuk lembaga non pemerintah dan pemerintah. Beliau sudah menerbitkan beberapa tulisan ilmiah terkait stunting dan juga buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Menciptakan Rudy-rudy di Indonesia

28 Agustus 2017   11:49 Diperbarui: 28 Agustus 2017   12:24 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekali keuntungan membaca biografi (sejak SD sudah suka baca biografi). Salah satunya kita bisa belajar dari kelemahan dan kekuatan dari tokoh utama atau pun dari orang-orang yang berada di seputaran kehidupan sang tokoh.

Salah satu tokoh yang saya kagumi adalah beliau ini. Apa saja yang saya kagumi?
1. Kepintarannya
2. Kegigihannya
3. Kerendahatiannya
4. Tidak memandang suku, agama dan ras orang lain meskipun dia punya power untuk melakukannya....

Yang menjadi pertanyaan bagi saya
1. Kok bisa sih dia pinter begini?
2. Dia kursus mata pelajaran gak dari kecilnya?
3. Pernah gak dia menang olimpiade?

Pertanyaan itu semua terjawab melalui buku ini. Dari tulisan ini diketahui modal kepintaran dia adalah kegigihan dan kerja keras serta dukungan orang tua. Masa kecil dan masa remaja Rudy justru sering diisi dengan ketidakmenentuan keadaan diakibatkan peperangan serta suasana politik. Boro2 olimpiade, sekolah aja kadang masuk kadang gak...istilah Mesir nya-"gak tentu". Orang tua Rudy hanya mendisplinkan anak-anaknya tetapi tidak memaksakan kehendak orang tua terhadap anaknya; yang saya lihat lagi adalah visi dan didikan dari orang tua yang mengalir dan menetap di pikiran Rudy pada saat itu.

Siapa sangka, anak yang punya fasilitas terbatas, anak yang hiduo di zaman peperangan, anak yang sekolahnya antara ada dan tiada tetapi justru menjadi hebat...bukan hebat dengan 1000 medali tetapi hebat karena kepintaran yang menjadi berkat bagi orang lain...bagi seluruh bangsa Indonesia.

Semakin menyadari, agar anak bisa menjadi berkat bagi banyak orang: ortu tidak harus mensuplai segala2 nya bagi anak, ortu tidak harus selalu ada saat dia mengalami kesulitan, ortu yang terkadang membiarkan dia menghadapi kesulitan, ortu yang belajar tahan untuk melihat anak kesulitan...dan bukan sebaliknya...karena ortu dulu hidup susah, karena ambisi ortu tidak tercapai, maka anak harus diperas sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan diri dan kehormatan pribadi ortu yang semu tanpa memandang diri pribadi anak sebagai anak seutuhnya, ortu harus menyediakan semua yang bisa disediakan sehingga tidak pernah merasa kekurangan.

Bukankah pedang yang tajam lahir dari panas dan tempaan yang dahsyat?

Visi dari orang tua, bimbingan serta dukungan menjadi modal utama sehingga dengan demkkian anak disiplin untuk bekerja keras untuk memenuhi visinya...fasilitas yang berlebihan dan serba cukup tidak menjamin kehebatan seseorang tetapi fasilitas yang tepat dan pas (kadang terbatas) semakin memicu seseorang untuk lebih kreatif dan bekerja keras.

"Most people say that it is the intellect which makes a great scientist. They are wrong: it is character -Albert Einstein-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun