Kamu, dia dan saya, belum layak disebut atau menyebutkan diri sebagai ibu yang paling baik. Semua ibu yang sejati pasti belajar menjadi ibu yang baik. Saya sangat yakin, semua ibu diciptakan dengan kekuatan yang penuh dalam konteksnya sebagai perempuan tetapi seringkali dalam banyak hal, jauh di dalam lubuk hati banyak perempuan ada "sesuatu" yang entah itu disebut apa, yang dapat mengganggu proses kita menjadi ibu yang lebih baik.Â
Keluaran dari sesuatu ini bisa berupa iri hati, sombong, ingin menjadi hakim, merasa diri lebih baik dan keluaran yang mirip-mirip lainnya. Biasanya, kalau udah begini, ibu lebih banyak memperhatikan orang lain. Tetapi bukannya untuk belajar malahan untuk cari kelemahan ibu lain, mencibir lalu menggosip. Saat ini terjadi, inilah menjadi kelemahan seorang ibu. Dibandingkan lelaki, mereka lebih cenderung cuek akan sekitarnya.
Sehingga, bagi saya, menjadi ibu yang baik itu adalah yang terus berjuang menyingkirkan "sesuatu" dari dirinya. Jika kita terus berjuang menyingkirikan "sesuatu" itu, maka mustahil kita berani menyebut diri kita lebih baik dari ibu yang lain hanya karena melahirkan normal, hanya karena menyusui selama dua tahun atau hanya karena tidak punya asisten. Maka, jika kita berhasil menyingkirkan "sesuatu" itu, kita pun pasti lebih baik lagi menjadi seorang ibu maupun menjadi teman bagi para ibu lainnya.
Selamat menyingkirkan "sesuatu". Kita semua, para ibu, adalah baik pada konteks masing-masing.
Salam sejawat!
![sumber: funcap.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/15/mother1-5992d13d9802084801504052.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI