Mohon tunggu...
Tio Nugraha
Tio Nugraha Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pelajar yang suka menulis.

Dream without fear Love without limits

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Bertahan

2 Agustus 2024   10:48 Diperbarui: 3 Agustus 2024   23:23 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kini genap satu bulan saya tinggal di Jakarta. Sebuah kota yang terkenal dengan kebisingan dan hiruk pikuknya. Kota yang matanya selalu menyala walau malam mengundang lelah. Saya sendiri sebenarnya bingung tinggal di kota ini. Jalanan yang macet, bangunan-bangunan tinggi, dan padatnya penduduk membuat saya butuh waktu untuk mengakrabkan diri. Untungnya, saya tidak seorang diri, saya punya beberapa teman dari luar Jakarta yang mungkin juga masih perlu berteman dengan kota yang katanya "lebih kejam daripada ibu tiri" ini. 

Lelah melihat cahaya lampu yang menyilaukan mata di jalanan, gedung-gedung pencakar langit, dan pusat perbelanjaan, kami mencari tempat yang benar-benar memanjakan mata. Tempat yang dapat menyegarkan jiwa yang merana oleh kehijauan alamnya. Kami pun memilih Kebun Binatang Ragunan. Sebuah kebun binatang pertama di Indonesia yang terletak di Jakarta Selatan. 

Sebagai orang baru, saya cukup terkejut. Ternyata masih ada ya, taman terbuka hijau di antara dinding-dinding baja yang kokoh menjulang ke langit. Keterkejutan saya bertambah ketika melihat betapa luasnya tempat ini dan syukurlah masih banyak pepohonan yang membuat udaranya menjadi sedikit sejuk. Saya membayangkan betapa pohon-pohon ini sudah banyak memberikan diri menyerap racun-racun di udara yang menimbulkan polusi. Pohon-pohon ini juga mungkin menyerap racun-racun yang membawa orang pada kelelahan sehingga tidak berujung pada keputusasaan.

Saya dan teman-teman menjelajahi setiap sudut taman ini. Sambil berolahraga tak lupa kami menyapa berbagai jenis spesies hewan yang menjadi daya tarik Kebun Binatang ini. Selain menghirup udara yang segar, saya belajar banyak pula tentang berbagai jenis hewan. Secara tidak langsung saya tergerak untuk merawat alam dan ciptaan Tuhan. Saya disadarkan bahwa kita bergantung pada alam. Ketika alam punah kita ikut punah bersamanya. Hidup di bumi adalah hidup yang saling menopang, sudah saatnya kita sadar bahwa kita bukan penguasa. Kita adalah sahabat bagi alam ciptaan.

Saya juga merasa kasihan karena ada banyak kandang yang kosong karena hewannya mati. Saya sendiri berharap agar perawatan dan penjagaan terhadap berbagai jenis hewan ini terus ditingkatkan sehingga mereka tetap lestari.

Akhirnya, saya mencoba menangkap nyala api dalam diri sahabat-sahabat saya. Mereka memancarkan sebuah kesegaran. Sebuah harapan di tengah berbagai tantangan. Sebuah undangan untuk bertahan ketika dihadapkan pada tekanan tugas dan pekerjaan, seperti Kebun Binatang Ragunan belajar bertahan ketika bumi kita semakin tergerus oleh ketamakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun