Bapak tidak akan bicara kasus perkasus anak ku. Terlalu capek mengamati adegan elit dimana setiap pekannya selalu ada peran baru yang dimainkan, itupun terkadang hanya adegan dari yang dimainkan oleh tokoh lama, parahnya peran yang dimainkan dikemas oleh media laksana sinetron striping. Dalam adegannya jahat dan baik kelihatan samar, tidak ada yang jahat begitu juga tidak ada yang benar-benar baik, karena semua adalah sandiwara. Sedangkan posisi rakyat ditempatkan sebagai posisi penonton yang didisain sedemikian mungkin untuk terpelongoh menyaksikan sinetron yang dimainkan elit. Pada saat seperti itulah, kapitalisme leluasa megeruk keuntungan, melipat gandakan kapital dan menjarah kekayaan alam kita.
Jadi letak masalahnya bukan semata karena jokowi atau Jusuf Kalla selaku Presiden dan wakil presiden yang selama ini hangat didiskusikan, yang ujung statemennya adalah Jokowi harus dilengserkan (sebagaimana isu yang santer di diskusikan dalam settingan aksi Mei 2015). Karena pokok persoalan bangsa dan negara ini bukan persoalan teknis yang dapat dinubuatkan kesalahanya pada pemangku kebijakan, termasuk birokrasi. Tapi persoalan yang dilanda sekarang terletak pada sistem, sehingga siapapun presidennya akan masuk dalam jebakan kapitalisme, sehingga Pimpinan Indonesia hari ini dan seterusnya harus harus betul-betul berpegang teguh pada pancasila dan UUD 1945. Terserah bagaimana stayle politiknya, yang jelas Indonesia harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkarakter dalam budaya yang kesemua akhir dari jalannya akan sampai kepada masyarakat adil dan makmur. Kalau tidak demikian, pemimpin itu harus kita lawan...!!!
Anak ku..!!!
Hari-hari kedepan akan semakin memanas, entah berapa banyak kepala mahasiwa yang bocor dipentung polisi atau berapa banyak aktivis yang diciduk dan diculik atau serta berapa banya elemen gerakan yang direfresif dan disubversif oleh aparat. Maka setidaknya dengan dingin kepala bapak mu mengajukan 3 pokok gagasan yang harus diusung dalam gerakan di bulan Mei ini. Pertama, pandangan dan komitmen bersama terkait dengan Kapitalisme sebagai musuh utama, dan jelas setiap orang atau kelompok yang seiring sejalan dengan nafas kapitalisme harus di jadikan musuh bersama. Siapun itu, ketika kebijakan nya telah melenceng dari Pancasilan dan UUD 1945, jalannya keluar dari rel Trisakti maka itu harus dilawan. Kedua, kesejangan sosial ekonomi yang selama ini meyelimuti kehidupan berbangsa, kalau kata orang dulu; ”yang kaya tambah kaya. Yang miskin tambah miskin” merupakan suatu keniscayaan selama disparitas akar tunjangnya masih tertanam dalam kehidupan berbangsa. Maka dipandang penting akan sebuah kebutuhan gerakan terkait dengan gerakan deelitisasi, disebabkan selama kekuasaan negeri ini masih didominasi segelintir elit berkuasa maka selama itulah derita rakyat menjadi realita, dari itu dibutuhkan gerakan deelitisasi menuju kedaulatan rakyat seutuhnya. Ketiga untuk mengembalikan kedaulatan rakyat yang selama ini dibajak maka dibutuhkan Institusional Indepent dari kekuatan murni kerakyatan dalam mengawal dan memperjuangkan keutuhan bangsa serta mengangkat martabat Indonesia dimata dunia.
Lalu pertanyaan berikutnya adalah Efektifkah Gerakan Ini?
Jawabannya : TIDAK
Mengingat sulitnya konsolidasi kekuatan buruh, tani mahasiswa dan kaum miskin perkotaan serta watak gerakan kekinian yang cendrung sektoral dan lebih cupet maka hal demikian hanya pepesan kosong, dan lebih baik kita terlibat aktif di Partai partai besar dan lebih realistis turut dalam arus suksesi mengingat pada tahun 2015 ini ada 272 daerah yang akan menggelar pilkada, lumayan bisa nambah-nambah pundi.
Namun, bulan mei adalah momen emas, kita tidak akan menemukan bulan yang indah bagi gerakan kita, kalau tidak, kita akan kembali menunggu sampai bulan mei datang kembali di tahun berikutnya. Tentunya kekuatan kapitalisme dengan segala sekutunya akan semakin besar dan kuat. Maka tidak ada jalan lain, kalau tidak dari sekarang kapan lagi kita barus berlawan.
Sebetulnya kata kunci “gerakan” terletak pada “Kesadaran” anak ku, karena hanya kesadaran inilah membuat kita merdeka di tahun 1945 dan Soeharto dapat ditumbangkan di tahun 1998.
Penutup
Sebagai kata penutup anakku: ”Rentan waktu begitu panjang yang tidak menyisakan perubahan pada perbaikan bangsa membuat rakyat tersandera dalam ruang gelap sejarah”. Harga bahan pokok sudah sangat mahal sekali, BBM sudah terlanjur diliberalisasi oleh rezim Jokowi-JK. Maka tidak ada kata diam untuk saat ini anak ku, sampai kapan derita akan tetap menjadi realita bagi rakyat kita???? Sudah waktunya seluruh elemen gerakan rakyat bersatu dan berlawan.