Mohon tunggu...
Tio Nugraha
Tio Nugraha Mohon Tunggu... -

Penjaga Kamar Kost Mertua

Selanjutnya

Tutup

Politik

MEI DAN GERAKAN : REFLEKSI PERINGATAN MILAD UNTUK SI-SULUNG

29 April 2015   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1 Mei di tahun 2015, lazim dikenal dengan hari buruh internasional (May day) menjadi momen ganda bagi peringatan milad putra sulung ku yang ke dua tahun. Sekurang-kurangnya tulisan ini kelak akan dibacanya sebagai sebuah kado yang mencerahkan baginya dan angkatan muda semasanya kedepan kelak.


Dalam gerak sejarah ada tiga momentum melingkup di bulan Mei, sebagai catatan jamak diketahui di Indonesia bahwa di bulan mei terdapat 1) hari buruh nasional; 2) hari pendidikan; 3) hari reformasi 1998.


Dalam tulisan ini tidak akan banyak menulis kata-kata karena ada pekerjaan rumah yang sedang menumpuk, jadi singkatnya dalam dialektika sejarah di bulan mei selalu dibumbui “gerakan”, dari peringatan hari buruh di tanggal 1 (satu), hari pendidikan di tanggal 2 (sua) hingga 21 mei sebagai hari reformasi sebagai puncak klimak dari gerakan. Kompleksitas masalah dari sistem produksi yang hanya menguntungkan pemodal dan keterlibatan dunia pendidikan dalam ajang komersialisasi ketimbang mencerdaskan anak-anak bangsa, diramu sedemikian mungkin dalam situasi dan kondisi sosial-ekonomi-politik dalam negeri menjadikan bulan mei sebagai momentum emas bagi dunia “pergerakan”.

Namun sayang Anak ku.....!!!

Dari tahun 1998 hingga 2015 kehidupan rakyat kita masih begitu-begitu saja, walau kita sudah sangat begitu lama berada di ruang tunggu “reformasi”, tapi tidak ada perubahan signifikan dan yang berubah hanya wajah pemimpin serta gaya politiknya saja.


Ada hal yang tidak wajar dan sangat menindih akal sehat, sebuah gerakan besar yang dapat merobohkan kekuasaan diktator dimasanya, yang diharapkan oleh ratusan juta rakyat dari sabang hingga maraoke akan menerbitkan mentari perubahan ternyata hanya sebuah pepesan kosong atau dengan prasangka kurang baik mengalamatkan gerakan-gerakan di bulan mei ini seakan merupakan gerakan “massage” yang disponsori oleh orang-orang yang berada dibarisan “sakit hati” yang akar materi dalam setiap fase nyaris sama dalam gerak dialektisnya, mungkin pada fase 1998 diakibat oleh sekelompok yang mendapat pengekangan kebebasan oleh “Soeharto” dan di tahun 2015 ini bisa jadi diolah oleh segerombolan yang memang kalah dalam tikungan Jokowi Cs.


Pernyataan ini beralasan, entah sudah berapan tahun atau belasan tahun reformasi bergulir, namun pertanyaan kebatinan dalam sanubari terdalam bagi kita, masyrakat awam adalah reformasi yang telah berjalan kenapa tidak melimpahkan kesejahteraan diteras rakyat?. Dan lebih ngenes-nya lagi, bahwa waktu panjang yang menjenuhkan di ruang penantian ini diglorifkasi dengan tindak korupsi oleh elit yang sedang berkuasa dengan segala konfigurasinya. Korupsi dengan dua saudara haramya yaitu kolusi dan nepotisme merupakan anasir jahat yang menjadi setral isu dalam mewarnai perjalanan di tahun-tahun pasca reformasi. Bahkan, memasuki babak pemerintahan demokrasi pasca othorianisme ternyata prestasi koruptur semakin melijit, bahkan menurut banyak sejumlah lembaga-lembaga penelitian dalam risetnya menerangkan bahwa bangunan Indonesia dalam memasuki babak demokratisasinya dibangun oleh tindakan koruptif.


Ungkapan ini sangat ekstrim, namun benar kurang afdhal sekiranya kalau sisi prestasi reformasi kita tidak utarakan sepertihalya Pencabutan Dwi Fungsi ABRI, Kebebasan Pers, Hak Azazi Manusia dan demokratisasi juga merupakan kado special dari gerakan yang berbuah reformasi yang dapat dibanggakan, karena memang, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hadiah terbesar reformasi adalah demokrasi. Hampir semua suara “Demokrasi” selalu berdengin lengking disegala sisi dari sudut kota hingga pedesaan, dari direktur Bank hingga abang becak fasih dalam melantunkan kata demokrasi dan demikian merupakan berkah dari pergerakan kawan-kawan gerakan!, namun sayang, subtansi demokrasi kelihatan kering kempis sehingga apa yang diharapkan dari demokrasi tidak paernah terpenuhi, sehingga sekiranya juga ada sebuah tanda tanya besar, ada apa dibalik reformasi?.


Anak ku...!!!

Bapak tidak bermaksud mejelekkan “gerakan”, namun perlu diingat musuh kita sudah sangat pintar contoh sederhananya; produk rokok – yang jelas-jelas dapat merusak kesehatan – membintangi acara atau event olah raga, dan atau produk minuman beralkohol – yang merusak mental anak bangsa – malah menjadi sponsor di event pencarian dan pengembangan bakat anak-anak muda Cth. Festival band dsb. Ini lah seketsa kehidupan kita di Indonesia wahai anak ku!!!


Sekali lagi. bulan Mei adalah momen emas bagi kaum pergerakan untuk mengkonsolidir kekuatan progresif dan revolusioner. Aneka persoalan yang melilit negeri kita baik dari hukum, ekonomi, politik hingga dunia pendidikan sesungguhnya dibelit oleh monster jahat yang bernama “Kapitalisme”. Oleh karenanyalah tatanan hukum kita diacak-acak, Pancasila dan UUD 1945 kita di obok-obok, pasal 33 diplontar-plintir, sehingga wajar para penegak hukumnya mudah dibentur, dan kalau sudah demikian wajar meski dengan upah murah tenaga rakyat diperas paksa, otak para pendidik dikuras hanya untuk mengejar dana siluman dan anak-anak muda sebagai generasi penerus di jejal dengan miras dan berujung di aksi tauran.


Bapak tidak akan bicara kasus perkasus anak ku. Terlalu capek mengamati adegan elit dimana setiap pekannya selalu ada peran baru yang dimainkan, itupun terkadang hanya adegan dari yang dimainkan oleh tokoh lama, parahnya peran yang dimainkan dikemas oleh media laksana sinetron striping. Dalam adegannya jahat dan baik kelihatan samar, tidak ada yang jahat begitu juga tidak ada yang benar-benar baik, karena semua adalah sandiwara. Sedangkan posisi rakyat ditempatkan sebagai posisi penonton yang didisain sedemikian mungkin untuk terpelongoh menyaksikan sinetron yang dimainkan elit. Pada saat seperti itulah, kapitalisme leluasa megeruk keuntungan, melipat gandakan kapital dan menjarah kekayaan alam kita.


Jadi letak masalahnya bukan semata karena jokowi atau Jusuf Kalla selaku Presiden dan wakil presiden yang selama ini hangat didiskusikan, yang ujung statemennya adalah Jokowi harus dilengserkan (sebagaimana isu yang santer di diskusikan dalam settingan aksi Mei 2015). Karena pokok persoalan bangsa dan negara ini bukan persoalan teknis yang dapat dinubuatkan kesalahanya pada pemangku kebijakan, termasuk birokrasi. Tapi persoalan yang dilanda sekarang terletak pada sistem, sehingga siapapun presidennya akan masuk dalam jebakan kapitalisme, sehingga Pimpinan Indonesia hari ini dan seterusnya harus harus betul-betul berpegang teguh pada pancasila dan UUD 1945. Terserah bagaimana stayle politiknya, yang jelas Indonesia harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkarakter dalam budaya yang kesemua akhir dari jalannya akan sampai kepada masyarakat adil dan makmur. Kalau tidak demikian, pemimpin itu harus kita lawan...!!!


Anak ku..!!!

Hari-hari kedepan akan semakin memanas, entah berapa banyak kepala mahasiwa yang bocor dipentung polisi atau berapa banyak aktivis yang diciduk dan diculik atau serta berapa banya elemen gerakan yang direfresif dan disubversif oleh aparat. Maka setidaknya dengan dingin kepala bapak mu mengajukan 3 pokok gagasan yang harus diusung dalam gerakan di bulan Mei ini. Pertama, pandangan dan komitmen bersama terkait dengan Kapitalisme sebagai musuh utama, dan jelas setiap orang atau kelompok yang seiring sejalan dengan nafas kapitalisme harus di jadikan musuh bersama. Siapun itu, ketika kebijakan nya telah melenceng dari Pancasilan dan UUD 1945, jalannya keluar dari rel Trisakti maka itu harus dilawan. Kedua, kesejangan sosial ekonomi yang selama ini meyelimuti kehidupan berbangsa, kalau kata orang dulu; ”yang kaya tambah kaya. Yang miskin tambah miskin” merupakan suatu keniscayaan selama disparitas akar tunjangnya masih tertanam dalam kehidupan berbangsa. Maka dipandang penting akan sebuah kebutuhan gerakan terkait dengan gerakan deelitisasi, disebabkan selama kekuasaan negeri ini masih didominasi segelintir elit berkuasa maka selama itulah derita rakyat menjadi realita, dari itu dibutuhkan gerakan deelitisasi menuju kedaulatan rakyat seutuhnya. Ketiga untuk mengembalikan kedaulatan rakyat yang selama ini dibajak maka dibutuhkan Institusional Indepent dari kekuatan murni kerakyatan dalam mengawal dan memperjuangkan keutuhan bangsa serta mengangkat martabat Indonesia dimata dunia.


Lalu pertanyaan berikutnya adalah Efektifkah Gerakan Ini?

Jawabannya : TIDAK

Mengingat sulitnya konsolidasi kekuatan buruh, tani mahasiswa dan kaum miskin perkotaan serta watak gerakan kekinian yang cendrung sektoral dan lebih cupet maka hal demikian hanya pepesan kosong, dan lebih baik kita terlibat aktif di Partai partai besar dan lebih realistis turut dalam arus suksesi mengingat pada tahun 2015 ini ada 272 daerah yang akan menggelar pilkada, lumayan bisa nambah-nambah pundi.


Namun, bulan mei adalah momen emas, kita tidak akan menemukan bulan yang indah bagi gerakan kita, kalau tidak, kita akan kembali menunggu sampai bulan mei datang kembali di tahun berikutnya. Tentunya kekuatan kapitalisme dengan segala sekutunya akan semakin besar dan kuat. Maka tidak ada jalan lain, kalau tidak dari sekarang kapan lagi kita barus berlawan.


Sebetulnya kata kunci “gerakan” terletak pada “Kesadaran” anak ku, karena hanya kesadaran inilah membuat kita merdeka di tahun 1945 dan Soeharto dapat ditumbangkan di tahun 1998.


Penutup

Sebagai kata penutup anakku: ”Rentan waktu begitu panjang yang tidak menyisakan perubahan pada perbaikan bangsa membuat rakyat tersandera dalam ruang gelap sejarah”. Harga bahan pokok sudah sangat mahal sekali, BBM sudah terlanjur diliberalisasi oleh rezim Jokowi-JK. Maka tidak ada kata diam untuk saat ini anak ku, sampai kapan derita akan tetap menjadi realita bagi rakyat kita???? Sudah waktunya seluruh elemen gerakan rakyat bersatu dan berlawan.


Happy milad anak ku dan cepatlah kau tumbuh besar agar segera kau bergabung dalam barisan perlawanan itu!!!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun