Mohon tunggu...
tio azhar prakoso setiadi
tio azhar prakoso setiadi Mohon Tunggu... -

hanya seorang anak yang bercita-cita menaikkan haij kedua orangtuanya dan membahagiakan keluarganya selamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadikan Maluku Utara Siaga Bencana

27 Januari 2015   15:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:17 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara geografis Indonesia merupakan daerah rawan bencana baik yang disebabkan alam maupun oleh ulah manusia. Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 4 lempeng tektonik, yaitu : Lempeng Indo- Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Wilayah rawan benca tsunami meliputi 21 wilayah, salah satunya Maluku Utara.

Dibalik keindahan  Alamnya yang eksotis, Provinsi Maluku Utara juga memiliki potensi bencana salah satunya kegempaan. Provinsi Maluku Utara merupakan pertemuan 3 lempeng  tektonik aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Hal ini menjadikan Maluku Utara sering diguncang gempa bumi tektonik.  Sampai saat ini, gempa bumi merupakan fenomena alam yang belum dapat diprediksi kapan terjadinya, dan bisa memicu terjadinya tsunami bila kekuatan gempabumi lebih besar dari 7 SR, terjadi di laut, dan kedalaman pusat gempabumi dangkal (>30M). Selama tahun 2013 aktifitas gempabumi yang terdeteksi/tercatat di seismograph Stasiun Geofisika Ternate sebanyak 331 kejadian gempa bumi, terdapat 12 kali kejadian gempabumi yang dirasakan dengan intensitas  I-V MMI di Kota Ternate dan sekitarnya.

Belajar dari Aceh

Sudah 10 tahun berlalu, MegaTsunami di Aceh memicu terjadinya tsunami yang dahsyat. Selain memakan korban jiwa, tsunami Aceh yang dashyat sepanjang sejarah ini juga menyapu bersih bangunan, menenggelamkan pemukiman di tepi pantai dan menghasilkan kerusakan infrastruktur. Bencana ini tidak hanya menyisakan duka tetapi juga mewariskan pekerjaan besar untuk mngembalikan Aceh seperti sedia kala. Kejadian ini membuka mata masyarakat dunia, khususnya Indonesia untuk selalu waspada terhadap segala bentuk bencana yang terjadi.

Provinsi Aceh tentu saja bisa menjadi panutan buat Provinsi Maluku Utara untuk siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan bencana, baik sebelum dan sesudah terjadinya bencana, dan mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam.  Selama ini pendapat yang ada di masyarakat adalah bencana itu takdir, sehingga seolah – seolah tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali pasrah. Tentu ini merupakan peritiwa yang memilukan, informasi dari instansi terkait seperti Stasiun Geofisika Ternate (BMKG), BPBD, Pemerintah Daerah dapat bersama – sama mensosialisasikan pentingnya mitigasi bencana.

MITIGASI BENCANA

Dalam UU no 24 tahun 2007 pasal 1 angka 9 dijelaskan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Kewaspadaan terhadap bencana seperti gempabumi dan tsunami memang penting. Salah satunya dengan memberikan pendidikan serta pelatihan menghadapi bencana gempabumi dan tsunami baik kepada petugas maupun masyarakat yang dilakukan secara kontinyu agar semuanya siap terhadap gejolak alam di Maluku Utara. Ada beberapa Upaya lain yang dapat dilakukan instansi terkait, seperti BMKG, BPBD, Pemda Maluku, DKP Malut untuk saling bahu membahu memberikan sosialisasi dan pelatihan sedini mungkin kepada masyarakat Maluku Utara, dari hulu hingga hilir. Di Maluku Utara bukanlah hal yang tidak mungkin membangun perencanaan sistem mitigasi, seperti melatih masyarakat untuk cerdas menghadapi bencana, menghindarkan berdirinya bangunan didaerah yang termasuk dalam kategori rawan bencana, termasuk merelokasi pemukiman warga yang berdiri disekitarnya, membuat sistem peringatan dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina TEWS), dan membuat jalur evakuasi yang memadai.

Jadi tidak ada salahnya belajar dari pengalaman Aceh, karena sesungguhnya perubahan alam itu pasti terjadi dan manusia harus mampu menyelaraskannya. Mengutip dari kata bijak Mahatma Gandhi : “Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia, tetapi tidak keserakahan setiap orang”.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun