"Kamu tahu nggak sih, Yud, kadang kita bisa merasa jauh banget dari sesuatu yang kita sukai karena dilupakan oleh kesibukan kita. Tapi, hal-hal seperti ini, yang sederhana---dengerin lagu yang pernah bikin kita senang---bisa jadi pengingat kalau kita nggak pernah benar-benar jauh dari itu," tambah Dita bijak.
Yudi terdiam sejenak, merenung. Kata-kata Dita membuatnya berpikir bahwa mungkin, JKT48 bukan hanya sekadar grup musik atau sekadar nostalgia masa lalu. Mereka adalah bagian dari perjalanan hidup yang mengingatkan Yudi untuk tidak melupakan hal-hal kecil yang memberi kebahagiaan, meskipun waktu terus berjalan.
"Bener juga, Dit. Mungkin aku memang harus lebih sering dengerin lagu-lagu mereka lagi," ujar Aria sambil tersenyum.
Mereka pun kembali mendengarkan lagu itu bersama, mengingat kenangan lama, berbicara tentang konser-konser yang pernah mereka datangi, dan berbagi cerita tentang hidup masing-masing. Hari itu, mereka merasa terhubung kembali, tidak hanya dengan musik JKT48, tetapi juga dengan persahabatan yang mereka jaga meskipun terpisah waktu dan jarak.
Sambil menikmati kopi dan berbincang, Aria merasa bahwa hidup memang terus berubah, tapi ada hal-hal yang tetap ada---seperti lagu-lagu yang menghubungkan mereka, dan kenangan yang tak pernah hilang.
Di luar jendela kafe, langit Jakarta semakin cerah, seolah memberikan tanda untuk mereka pulang ke rumanya masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H