Mohon tunggu...
aswindo sitio
aswindo sitio Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya sangat senang membaca dan mendengar musik dan lagi belajar untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wakil Rakyat = Paduan Suara

15 Juni 2011   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beberapa tahun yang lalu Iwan Fals pernah menyanyikan lagu mengenai wakil rakyat. Sebagian dari syairnya berbunyi "Wakil Rakyat Bukan Paduan Suara". Tetapi ketika saya latihan paduan suara, saya  teringat akan lagu mas Iwan ini. Saya berpikir alangkah bagusnya jika wakil rakyat itu adalah Paduan Suara. Bukannya saya sedang tidak setuju, atau sedang protes kepada mas Iwan Fals, tetapi saya sedang berusaha untuk melihat dari sisi yang lain, sebuah ide yang menyelinap ke dalam kepala saya.

Paduan suara bukanlah sekumpulan orang yang hanya mengeluarkan suara-suara yang ga jelas (baca: sumbang) untuk diperdengarkan kepada orang lain. Bukan pula sekumpulan orang yang tanpa visi atau tanpa tujuan ketika mereka berkumpul. Tetapi Paduan Suara adalah sekumpulan manusia pintar yang menghasilkan suara yang berpadu, harmoni yang indah yang bisa menyenangkan hati orang pendengarnya. Di dalam sebuah Paduan Suara (dan berikutnya akan disebut PS saja yach... ^^), apa yang namanya kepentingan diri sendiri harus dibuang jauh-jauh. Egoisme, mau menonjol sendiri, dan semua yang berhubungan dengan hal tersebut. Tetapi apa yang dibutuhkan adalah kepekaan untuk mendengar dan bisa menyesuaikan diri dengan sekliling untuk menghasilkan paduan suara yang sangat harmoni. Catat: Sebuah harmoni. H. A. R. M. O. N. I.

Kemudian, di dalam sebuah PS yang baik, perlu namanya kerja keras. Bagaimana agar keberadaan kita secara pribadi tidak menjadi beban (dalam arti sebenarnya) bagi orang lain atau tim kita. Sehingga dibutuhkan usaha yang benar-benar  agar kira bisa melebur dengan baik.

Paduan Suara, ketika menyanyikan sebuah lagu harus berusaha dengan keras agar lagu yang dihasilkan merupakan sebuah senandung harmoni dan untaian suara sopran, Alto, Tenor, dan Bass yang berpadu dengan baik dan menghasilkan harmonisasi suara yang menyenangkan dan memuaskan hati pendenagr. Jika suara yang dihasilkan jelek, yang terjadi adalah umpatan dan makian dari pendengar.

So, bagaimana dengan Wakil Rakyat (untuk kemudian disebut WR). Sebagai WR, seharusnyalah kelompok ini 'menyanyikan lagu-lagu' yang indah yang bisa menyenangkan dan sesuai dengan aspirasi pendengarnya (dalam hal ini adalah rakyat), bukan menyanyikan lagu-lagu yang memperdengarkan suara yang fals atau melenceng dari nada sebenarnya.

Seandainyalah WR adalah PS, maka mereka bisa memiliki kepekaan untuk mendengar lagi, apakah mendengar aspirasi dari dalam ataupun dari luar dan bisa menyamakan derap langkah, dan sekali lagi menghasilkan sesuatu yang maestoso dan harmoni, bukan sesuatu sekena hati.

Seandainya WR adalah PS, maka kelompok ini akan dipimpin oleh seorang konduktor yang super handal yang bisa menyatukan semua suara yang berbeda dan menghasilkan sesuatu yang baik bagi para pendengar.

Tetapi, sepertinya WR kita tidak pernah melihat atau bergabung dalam sebuah PS, sehingga mereka tidak bisa melatih kepekaan dan menghasilkan nyanyian yang harmoni dan menyegarkan.

Seandainya WR adalah PS, maka akan terdengar senantiasa untaian nada yang indah dari kantor WR, sebuah untaian nada dan kata yang indah yang bisa menumbuhkan patriotisme dan kebangsaan, menimbulkan rasa kagum dan hormat kepada  para WR yang berdedikasi. Bukan menghasilkan suara sumbang yang membuat hati terasa panas dan telinga menjadi merah.....

Seandainya WR adalah PS..... seandainya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun