Bisakah SIT yang terkenal berbayar (non gratis) itu menjadi model sekolah PKS (Pilihan Kita Semua) ?
Artikel ini semoga mampu menghadirkan jawabannya.
[caption id="attachment_321312" align="aligncenter" width="300" caption="Harian Republika,Wamendukbud di acara Milad ke 10 JSIT (Dok. Pribadi)"][/caption]
Suatu pagi handpond penulis tiba-tiba berkelap-kelip, pertanda ada pesan masuk. Klik. Terpampang tulisan terkirim dari seorang ibu Kepala Sekolah (sebut saja Bu Titik). Bu Titik menulis :”Pendididikan yang baik adalah pendidikan yang mencakup 3 unsur yaitu PKS. Maaf penulis sedikit berprasangka negatif alias su’udhan, :”Wwalah, belum-belum sudah kampanye”, batin penulis. Itu gara-gara singkatannya sama dengan nama sebuah partai politik yang sedang digandrungi kawula muda. Setelah dibaca lebih lanjut, tidak ada kaitannya dengan sebuah partai politik. PKS adalah singkatan dari Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap.
PENGETAHUAN, dimaksudkan bahwa dengan ilmu pengetahuan yang luas kita akan mengenal makna CINTA yang sebenarnya. Betul juga ya. Baik cinta hamba kepada Sang Kholiq maupun cinta kepada sesama. Pengetahuan yang baik akan memberikan arah cinta kita kepada yang baik, baik dari sisi cara, muatan maupun tujuan “bercinta”.
KETRAMPILAN, dimaksudkan bahwa pendidikan yang membekali dengan ketrampilan hidup yang cukup, akan melahirkan etos (semangat) KERJA yang baik. Karena dunia menuntut pribadi-pribadi yang terampil.
SIKAP, dimaksudkan bahwa penanaman sikap yang baik sejak dini akan menjadi bekal untuk mewujudkan HARMONI. Harmoni, keselarasan, keseimbangan dan keadilan akan menciptakan kehidupan yang damai , saling menghargai, bertoleransi dan empati.
Sipakah yang bertanggungjawab melaksanakan tiga unsur PKS tadi agar tercapai CINTA, KERJA dan HARMONI, ya tentunya setiap lembaga dibawah naungan PKS juga. Alhamdulillah kali ini penulis tidak berburuksangka, karena yakin PKS ini pasti juga singkatan. Ternyata benar. PKS singkatan dari Pesantren, Kampus dan Sekolah.
PESANTREN, sejak dulu pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengambarkan lembaga Keislaman. Disanalah seluk beluk ilmu keislaman digali dan diajarkan, sehingga wajar para ulama ternama adalah buah pendidikan dari pesantren. (Istilah bu Titik : Pesantren sebagai Simbol Keislaman).
KAMPUS, mungkin kita masih ingat Universitas Indonesia, sering mendapatkan julukan KAMPUS PERJUANGAN. Dari kampus semacam ini tumbuhnya gerakan Perubahan. Bukankah tumbangnya ORDE BARU menjadi ORDE REFORMASI berkat semangat perubahan insan-insan Kampus. Pantaslah bu Titik, menulis Kampus sebagai simbol Perubahan (boleh dibaca: Perjuangan).
SEKOLAH, sebuah lembaga pendidikan umum, lembaga pendidikan khusus ataupun lembaga pendidikan terpadu merupakan basis terlaksananya kegiatan ajar mengajar. Atau sering kita sebut SEKOLAH merupakan simbol PEMBELAJARAN.
PESANTREN, KAMPUS dan SEKOLAH adalah Punya Kita Semua. Termasuk Indonesia, wujudkan pendidikan yang mengembangkan Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap menuju CINTA, KERJA dan HARMONI
[caption id="attachment_321314" align="aligncenter" width="300" caption="Harian Republika, Presiden PKS hadir dia acara Seminar Pendidikan Nasional dalam rangka Milad ke-10 JSIT (Dok. Pribadi)"]
Persoalan berikutnya adalah dimanakah kita menemukan lembaga pendidikan yang PKS tersebut?. Mari kita telusuri beberapa fenomena disekitar kita, dengan menganalisa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mengapa Kalangan Menengah Atas Memilih Full Day School (atau Pesantren Modern)?
Fenomena atau kenyataan yang ada , beberapa sekolah Islam Terpadu yang menerapkan fullday school (belajar dari pagii hingga sore hari) banyak dipilih oleh kalangan menengah ke atas, hal ini terbukti banyaknya pendaftar dengan latar belakang ekonomi cukup baik, antara lain terlihat calon wali murid datang dengan bapak/ibu beserta kelurganya dengan mobil cukup lumayan, minimal Avanza. Belum lagi jika ada acara pengambilan raport atau santri mau liburan, lahan parkir sekolah penuh sesak dengan mobil-mobil cukup mewah. Ada beberapa alasan mengapa memilih fullday school atau pesantren modern, diantaranya adalah:
1.Menginginkan anak yang shaleh dan cerdas.
Sudah menjadi kenyataan umum bahwa lingkungan pergaulan jaman sekarang tidaklah mudah untuk menjaga anak tetap pada “rel” yang baik. Godaan berbuat maksiat sungguh sangat gencar. Narkoba mengancam generasi muda dimana-mana. Salah satu penangkalnya adalah menyiapkan generasi yang shaleh dan cerdas, pribadi yang berakhlak mulia, sehingga mampu mengatasi jebakan kemungkaran yang bertubi-tubi.
2.Kesibukan Kerja menjadi salah satu alasan
Hampir semua orang tua berada diluar rumah dari pagi hingga petang. Kesempatan mendidik anak sangat terbatas. Salah satu jalan adalah meninitipkan pendidikan anaknya di sekolah yang mengajarkan ahlak, al qur’an, akademik dan bahasa yang maksimal, sehingga diharapkan dapat mengisi gap ketidaksempatan orang tua mendidik anak secara maksimal.
3.Biaya terjangkau dan efisien.
Bagi kalangan menengah ke atas biaya memang bukanlah menjadi kendala, tetapi mereka seperti kebanyakan kita juga harus berhitung cermat dengan kebutuhan ekonomi keluarga lainnya. Fullday school, memberikan layanan yang cukup baik termasuk layanan kemampuan membaca Al qiur’an, hafalan do’a dan surat-surat pendek, ketrampilan beribadah, kemampuan bernahasa asing (Arab, Inggris) dan kegiatan ekstrakuler lainnya. Kegiatan-kegitan seperti ini cukup memberikan dukungan efisiensi biaya pendidikan, jika dibandingkan sehabis sekolah masih harus kursus bahasa, mengaji di madrasah atau di masjid terdekat, hal inidirasa pemborosan waktu istirahat anak dan biaya tambahan diluar biaya sekolah.
4.Lingkungan masih setara dengan lingkungan rumah
Lingkungan sekolah Islam terpadu ataupun pesantren modern umumnya masih setara dengan lingkungan dirumahnya. Ada kamar mandi/WC yang bersih, ruangan be AC, ada tempat bermain, kelengkapan multi media dsb, dirasa cocok untuk anak-anaknya yang sedang berkembang mengikuti tren perkembangan tehnologi informasi. (Sumber Inspirasi: SMS Bu Siti Rohayati, S.Pd., Kepala Sekolah Islam Terpadu Thariq Bin Ziyad Kota Bekasi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H