Larangan Nabi Ya'kub terhadap Yusuf mengajarkan tentang insting tajam seorang ayah untuk melindungi anaknya dari mara bahaya. Sepak-terjang dan pertentangan di antara  saudara-saudara Yusuf dalam menyusun tipu-muslihat mereka menyiratkan tentang pergolakan nafsu manusia yang terpedaya oleh setan. Mengiringi penyampaian secara verbal kisahnya, bermunculan pula adegan seru dalam pikiran anak menurut persepsi mereka masing-masing.
Anak sedang menimbang nilai-nilai di balik perilaku bullying terhadap Yusuf. Suasana malam menambah mencekam gambaran adegan saat Yusuf dijebloskan ke dalam sebuah sumur kering yang dalam dan gelap. Teraniaya. Ketakutan. Tak berdaya. Namun ada campur tangan kasat mata yang menguatkannya ketika ia menerima wahyu dari Rabb-nya.
Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkan ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari." (QS. Yusuf 12:15)
Yusuf kecil yang terkungkung di dalam sumur itu tentu merasa sangat terhibur dengan wahyu itu. Pasti ia menjadi tenang dan tidak ketakutan lagi. Satu lagi nilai yang bisa dipetik oleh anak yang sedang mendengar cerita ini dari orang tuanya.Â
Bahwa hidup tak selalu mudah. Bahkan seorang anak kecil bisa diuji dengan cara dipisahkan dari orang tuanya. Namun sekaligus anak memperoleh gambaran yang nyata, Â bahwa ada yang selalu menjaganya melebihi penjagaan orang tuanya. Ada yang mencintainya melebihi kadar kecintaan orang tua terhadapnya. Dialah Allah. Zat pemilik otoritas tunggal yang Maha Pandai dan Maha Mengawasi.
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H