Memang banyak yang kehilang orang-orang tersayang karena bencana tersebut, namun dibalik itu terdapat kisah orang-orang yang mendapat keajaiban yang selamat dari bencana gempa yang mengguncang kota padang.
-------
Suci Refika Walaujaro, seorang dosen Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga, Padang bisa selamat dari intaian maut. Suci yang sebagai dosen seperti biasanya kekampus melakukan aktivitas belajar mengajar. Tidak ada yang menyangka apa yang akan terjadi begitupun dengan suci.Â
Sore itu terjadi getaran hebat yang mengguncang kota padang sekita orang-orang panik berhamburan keluar meninggalkan ruangan. Di sela-sela kegiatan ngajar-mengajar mendadak guncangan dahsyat mengguncang menggetarkan tanah, serontak mereka keluar yang sedang panik dipenuhi ketakutan.
Ketika itu orang-orang yang berada dalam ruangan kelas berhamburan mencari dan menuju tangga utama untuk berusaha menyelamatakan diri meraka. Tangga utama yang menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamtakan diri itu pun tidak sanggup menahan dahsyatnya goncangan itu.Â
Suci dan mahasiswa lainnya terjebak dalam reruntuhan gedung di lantai empat tempat ia mengajar. Suci seakan-akan kehilangan cahaya dengan apa yang telah menimpanya, namun tubuh Suci terhimpit dua jasad mahasiswa yang sudah tidak bernyawa, itu bagaikan pelindung bagi Suci walaupun sakit yang menimpa tubuhnya. Terasa pilu memang melihat jasad yang sudah tidak bernyawa berbau pekat dan menyengat yang menelusuri hidung Suci.Â
Pekikan bergema, tangisan menyahut pilu, tak disangka-sangka bangunan yang kokoh itu runtuh kepingannya berjatuhan dan naasnya bangunan itu menimpa mereka yang berhamburan belari keluar. Kaki Suci pun terhimpit reruntuhan balok beton besar yang seketika membuat langkah kakinya terhenti dari lariannya menuju kilauan cahaya di luar sana.Â
Gedung-gedung hancur berkeping-keping melukai korban. Menjatuhkan korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Tak hanya Suci yang terjebak dalam retuntuhan bangunan itu 14 mahasiswa lainya juga ikut terjebak bersama runtuhan itu. Runtuhan itu runtuh dengan cepatnya mengalahkan lajunya langkah kaki mereka.
Bergegaslah tim penyelamat, tim SAR beserta TNI, Brimob yang turut andil dalam bencana itu, mebawa segenap cahaya bagi korban-korban yang berjatuhan tertimpa bangunan. Berpacu dengan waktu demi korban-korban itulah yang ada dibenak tim SAR.Â
Merayap, menerobos, menelusuri lorong demi lorong dari reruntuhan gedung itu. Bagunan gedung rapuh yang berkemungkinan akan ambruk jika menjajahkan kaki disitu, hal ini menuntut para tim SAR untuk berhati-hati dalam bergerak dan mencari posisi.Â
Riuh tangis dan teriakan sayu menjadi petujuk arah bagi tim SAR menemukan korban yang tertimbun dalam runtuhan itu. Menelusuri lorong kampus satu perstu, terikan sayu dari Suci terdengar, teriakan minta tolong terdengar pelan dari lorong itu.Â