Mohon tunggu...
Tinta Emas
Tinta Emas Mohon Tunggu... Mahasiswa - TintaEmas00

بسم الله الرحمن الرحيم

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saya Kira Obat Ternyata Sakit Terhebat

20 Juni 2021   22:00 Diperbarui: 20 Juni 2021   22:31 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang pasti menginginkan cinta, merasakan cinta, dan jatuh cinta kepada seseorang. cinta itu indah saat cinta itu terbalas. Jiwa muda terasa bergejolak ketika menemukan cinta yang  sesuai dengan hati kita.  

Menemukan seseorang yang sholeh menjadi idaman semua wanita muslimah, bertemu dengan laki-laki yang sholeh membuat kita merasa " Yaa Allah dia adalah pasangan yang aku dampakan  selama ini". Bahkan kita merasa dia adalah orang yang akan menjadi sepenuhnya menjadi milik  kita, dia adalah orang yang telah Allah takdirkan untuk kita. namun Allah tau siapa yang terbaik  untuk hambanya.  

Allah mempertemukan saya dengan laki-laki yang cakap ibadahnya, baik akhlaknya. Pandai mengaji, menetap di musholla, dan menjadi imam pada waktu shalat. Seketika itu saya yakin ini  adalah takdir Allah mempertemukan saya dengannya. Hari demi hari kami lalui, berkomitmen  akan hal yang serius, saling melontar perhatian, saling mengingatkan pada kewajiban sebagai  seorang muslim, itu terasa seperti hubungan yang islami, yang katanya adalah hubungan syar'i.  

Yaa benar saja kami menjalani hubungan layaknya orang yang paham agama, tidak pernah  bersentuhan tangan, berjabat tangan, dan bahkan kami paham dan saling menjaga jarak bila  bertemu. Terdengar islami bukan? tapi itu terlihat seperti seseorang yang munafik, seperti  seseorang yang dzalim kepada dirinya sendiri. 

Dan saya pernah berfikir bagaimana jika saya  meninggalkan ini semua, meninggalkan cinta yang haram ini, cinta yang datang dari tipu daya  syaiton ini. Saya hanya ingin menjadikan Allah satu-satunya cinta saya. Tetapi hati ini masih saja  terus berharap kepada sang makhluk. Dan kami kenal semakin jauh, memperkenalkan dia kepada  keluarga saya dan begitu pula sebaliknya. 

Selang berganti waktu, satu tahun pun berlalu, saya yang berfikir dia adalah laki-laki sholeh, saya tidak pernah menaruh curiga sedikitpun kepadanya. 

Pada akhirnya Allah yang maha baik telah  menunjukkan kepda saya siapa sebenarnya lelaki sholeh yang selama ini saya anggap benar-benar  orang yang sholeh, dan yaa benar saja dia bukan si sholeh yang sebenarnya, dia hanya bersembunyi  dibalik itu. Menanamkan janji dan komitmen kepada saya, yang saya pikir komitmen itu benar- benar hanya untuk saya, tetapi saya salah komitmen itu juga dia tanam kepada wanita lain. 

Allah membongkar semua keburukannya, yang katanya jijik bersentuhan dengan wanita tapi malah  bergandengan tangan dengan wanita lain, si sholeh itu seakan-akan hilang dari dirinya. 

Dan saya  seakan-akan tidak percaya akan hal ini. Sakit memang, ketika itu saya mengadu kepada Allah akan  kesedihan itu, tapi saya sadar bahwa jalan saya dan harapan saya selama ini adalah salah. 

Saya  telah berharap kepada makhluk, saya mendua dari Allah. Saya tau Allah lebih sakit ketika saya  mendua dari-Nya. Allah mematahkan hati saya dari orang salah, karena berharap kepada makhluk  hanya akan mendatangkan kecewa. Allah sangat sayang kepada saya, Allah telah menuntun saya  ke jalan yang benar. 

Pada akhirnya saya menjauh bukan karena benci, saya hanya ingin membuang perasaan dan kembali tanpa ada rasa apapun. Menghilang dari dunia maya dan fokus mencari bekal. Jika  mencintaimu mu itu mudah, dan saya juga harus bisa merelakannya bersama orang lain dengan  mudah. Ingat baik-baik, secinta apapun, sesayang apapun, sebaik apapun mereka akan pergi  meninggalkanmu, ini hanyalah sebuah permainan belaka. 

Saya mencintainya walaupun seseorang  telah menempati hatinya, tidak salah kerana tugas saya hanya untuk mencintai tetapi tidak untuk  memilikinya. Ah sudahlah, saat ini aku hanya ingin menyudahi semua tipuan ini. Dari sini saya  sadar bahwa penampilan bukanlah tolak ukur dalam menilai seseorang.  

Lupakan dia, Allah akan selalu bersama saya

Saya kira obat, ternyata sakit terhebat

Semoga mengantarkan saya menuju taat

-TintaEmas-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun