Pernah dengar Interaksi Simbolik? Belum? Terus, pernah dengar nama Herbert Mead?
Belum juga?
Hmmm..
OK. Give me more time to start from the beginning, ya
So....
Alangkah baiknya kita kenal dulu sama pencetusnya, ya.
Teori ini pertama kali digagas oleh George Herberd Mead pada tahun 1920an. Akan tetapi, saat itu konsep ini belum matang dan dijadikan sebagai teori yang masak, melainkan seusai Mead meninggal, para muridnya terus menggalinya lebih dalam, sehingga terbitlah buku Mind,Self and Society.
Konsep ini lalu dilanjutkan oleh Herbert Blumer. Dia lah yang memberi nama konsep ini sebagai Teori Interaksi Simbolik yang akan kita bahas.
Lalu, apa itu Teori Interaksi Simbolik ?
Interaksi Simbolik adalah suatu teori yang berasal dari cabang Ilmu Humaniora. Berbicara mengenai ilmu manusia, tentu seringkali berhadapan dengan sifat manusia yang dinamis dan dengan keunikannya sendiri, seperti halnya yang disebutkan dalam kajian Psikologi Humanis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Singkat kata, Teori Interaksi Simbolik mencoba mengungkapkan bahwa manusia itu selalu berkaitan erat dengan simbol dan makna. Ada 3 pokok pikiran dalam teori ini, yaitu  Act (tindakan), thing(sesuatu) and meaning(makna), dimana maksudnya bahwa setiap manusia bertindak terhadap sesuatu sesuai dengan makna yang dipahaminya.
Bagi ku, shalat itu adalah prioritas paling tinggi, lebih dari apapun, karena ini adalah panggilan Tuhan bagi Hamba-Nya. Karena aku memahami betapa pentingnya shalat, maka tindakan yang ku ambil ialah selalu bersegera ketika mendengar Adzan.
You got that ?
Not yet?
OK, Contoh lain ,
Coba perhatikan Sapi dalam Agama Islam dan Hindu. Dalam Agama Hindu, Sapi adalah hewan yang sakral sehingga dilarang memakan daging Sapi. Sedangkan dalam Islam, Sapi adalah hewan Qurban yang layak konsumsi dan sangat bermanfaat bagi manusia, sehingga dalam Islam terdapat Hari Raya Qurban dimana daging Sapi (binatang ternak lainnya) disembelih untuk di konsumsi. Kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang sangat jelas, dari sisi tindakan, makna dan sesuatu.
Berikut Tabel yang mungkin bisa membantu kalian untuk memahami.
Lalu, apa urgensi dari teori ini?
Teori ini mencoba mengungkapkan betapa pentingnya sebuah makna dari sesuatu. Suatu hal tentu memiliki makna, dan makna tersebut memiliki pengaruh terhadap tindakan yang akan diambil.
Jika dipikirkan kembali, hal ini sangat penting, mengingat makna pada suatu hal itu tidak akan mudah berubah, apalagi sudah melekat sejak kecil.
Seorang anak yang diajari pentingnya Shalat sedari kecil, ia akan memahami pentingnya shalat, dan output nya ialah anak tersebut mampu menjalankan kewajiban ibadah shalat  5 waktu dengan baik.
Ini baru satu contoh, bagaimana kalau kita bisa menanamkan makna-makna positif lainnya pada anak? Seperti makna belajar, hormat, religius, cerdas, sopan, santun, dan sebagainya. So, tentu akan tercipta dunia yang indah jikalau kita mampu menciptakan anak-anak yang "sempurna" dengan memulainya secara sederhana, yaitu memulai dari makna.
Jadi, apakah kalian pernah berpikir untuk membuat dunia yang indah?
Maka, wujudkanlah makna indah yang sebenarnya dengan tindakanmu !
Ciaoooo (VON).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H