Mohon tunggu...
Tinta Digital
Tinta Digital Mohon Tunggu... Administrasi - Akun ini saat ini bersifat pribadi dan dimiliki oleh satu orang

Tinta Digital adalah karya asli Kelas Cyber Journalism Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015 FISIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin . Semoga menjadi inspirasi buat pembaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dedikasi Pengasuh Panti, Bekerja sambil Beramal

1 Januari 2019   11:29 Diperbarui: 4 Januari 2019   12:59 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Yusuf dan Jaharul, telah hampir satu dekade mendedikasikan waktu dan tenaga mereka untuk menjadi pengasuh di sebuah panti di Banjarmasin ini tak segan berbagi kisah mereka selama menjadi pengasuh (dokpri)

Bekerja tak melulu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memilih pekerjaan tak melulu yang dapat memberikan penghasilan melimpah, jabatan yang menjanjikan, dan prestisius dihadapan orang lain. Ada suatu visi "surgawi" yang menjadi alasan dalam memilih pekerjaan oleh dua orang yang akan saya bagi kisahnya berikut ini.

27 Desember 2018 - Muhammad Yusuf, pengasuh anak di Panti Asuhan Sentosa selalu menyambut hangat tamunya yang datang berkunjung ataupun memberi donasi pada yayasan. (dokpri)
27 Desember 2018 - Muhammad Yusuf, pengasuh anak di Panti Asuhan Sentosa selalu menyambut hangat tamunya yang datang berkunjung ataupun memberi donasi pada yayasan. (dokpri)
Muhammad Yusuf, pria  berusia  40 tahun dan ayah dari 4 orang anak ini selalu menyambut saya dengan hangat tatkala berkunjung ke panti asuhan yang ia asuh selama 8 tahun terakhir.  Panti tersebut ialah Panti Asuhan Sentosa yang beralamat di Jalan Belitung Darat.

Menjadi pengasuh adalah hal utama yang dilakukannya sembari menjadi dosen luar biasa di kampus UIN Antasari Banjarmasin. Ia juga menjadi penceramah di beberapa masjid sekitar kota Banjarmasin.

Berawal pada tahun 2006, ia dan teman teman mengadakan pelatihan untuk anak panti di Yogjakarta. Saat penyampaian materi, anak anak tersebut menangis saat diingatkan tentang orangtua. Dari sanalah ia merasa nyaman dan ingin berkumpul bersama mereka. "Lantas saya berdoa, Ya Allah kumpulkanlah suatu saat nanti bersama mereka”.

Kurun waktu 3-4 tahun, doa itu terjawab. Hingga pada akhir 2010 ia mulai menjadi pengasuh. Sang istri pun mendukung keputusan itu. Ia bersama istri kemudian tinggal dipanti tersebut.

Mereka tinggal disebuah ruangan dalam panti yang dapat dikatakan cukup kecil untuknya dan istri, serta keempat orang anaknya. Namun hal itu bukanlah sebuah masalah besar, rona bahagia selalu terlukis diwajah mereka setiap kali saya berkunjung..

Selama menjadi pengasuh, ia mengaku lebih banyak suka dibanding duka.

"Ada suatu kebahagiaan yang kira-kira tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Kebahagiaan dalam bentuk kepuasan batin karena bisa berbagi dengan mereka-mereka yang memang sedang membutuhkan bantuan, tak hanya sekedar bantuan materiil, tetapi juga moriil" jelasnya.

Baginya duka selama mengasuh telah tertutupi oleh suka yang mengampiri. Karena menurutnya, jika dihitung secara duniawi, maka memang seharusnya ia keluar dari panti tersebut, “InsyaaAllah duka akan tertutupi dengan suka yang lebih besar", harapnya. "Kadang curhatnya ke Allah, Ya Allah kira-kira saya sudah betul-betul melaksanakan kewajiban belum?".

Beberapa kali mendapat tawaran jabatan yang menggiurkan, tak lantas menggoyahkannya. Baginya ini adalah salah satu 'jalan pintas' untuk meraih surgaNya. "Ingin prestige dari Allah dulu" tambahnya.

Ia teringat tentang sebuah hadits dari Sahl bin Sa’adRadhiallahu ‘anhu dia berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun