Mohon tunggu...
Muslimah Peduli Umat
Muslimah Peduli Umat Mohon Tunggu... Freelancer - Pena Peradaban

Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. ~ Imam Al Ghazali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Hari Guru, Patutkah Merayakan Rusaknya Generasi Buah Merdeka Belajar?

20 Desember 2023   09:50 Diperbarui: 20 Desember 2023   10:13 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat apa yang terjadi di atas, tentu ini bukan sesuatu yang baru dan patut untuk kita herankan. Mengingat kurikulum yang di terapkan oleh system sekuler liberalism produk dari sistem kapitalis ala barat ini. Virus yang telah lama menjangkit dan mewabah di dunia termasuk Indonesia nyatanya semakin memperburuk kualitas para generasinya.

Pemisahan antara agama dengan kehidupan serta pembebasan kepada pemuda untuk melakukan apa saja sesuka hatinya nyata nya tidak membentuk baik moral para generasi pemudanya. Agama yang seharusnya menjadi pagar dalam melakukan suatu perbuatan nyatanya tidak dilakukan sebab hanya di jadikan sebagai ibadah ritual saja telah sukses membuat generasi muda jauh dari agama. Akibatnya, mereka tak lagi takut melakukan berbagai jenis kemaksiatan bahkan hingga tataran tindak kriminal.

Prinsip orientasi materi di atas segalanya yang di terapkan oleh sistem kapitalis semakin memperparah kondisi bangsa. Kurikulum Merdeka yang lahir dari sistem tersebut jika ditelisik dari kulit ke akar akan terlihat bahwa tujuan utamanya hanya berpusat pada kepentingan industri saja. Kegagalan berkelanjutan akan terus kita rasakan meski kurikulum baru tandingan diterapkan. Selama dasarnya adalah sistem bobrok kapitalis yang mencengkeram. Alih alih melakukan bongkar pasang kurikulum, rusaknya generasi hanya akan bisa diperbaiki melalui revolusi pendidikan sistemik yang mengintegrasikan peran tiga pilar utama peradaban, keluarga, masyarakat dan negara.

Hakikatnya solusi sistemik dalam menanggulangi hal semacam ini telah ada di dalam islam apabila kita mau mengkaji sejarah ribuan tahun lalu. Dimulai dari pendidikan keluarga sebagai pilar pertama dalam membangun karakter dengan penanaman akidah yang dilakukan sejak dini pada setiap individu sehingga anak akan tumbuh dengan dilingkupi oleh perasaan takut kepada Allah SWT dalam setiap melakukan segala bentuk kemaksiatan baik kecil maupun besar.

Selanjutnya, lingkungan masyarakat yang tersuasanakan dengan islam akan semakin memperkuat akidah yang telah di tanamkan oleh orang tua sebagai bentuk penjagaan. Sebab mau di bentuk akan menjadi apa para generasi, mau tidak mau, suka tidak suka akan sangat di pengaruhi bagaimana kondisi lingkungan yang ada.

Masyarakat yang sudah tersuasanakan dengan Islam akan sadar dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai manusia untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar, sehingga mereka akan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan syariat di lingkungannya. Dengan demikian, individu pun, mau tak mau, dipaksa taat dan menjauhi maksiat dengan berjalannya fungsi ini.

Terakhir, sistem pendidikan Islam. Negara akan menjamin terbentuknya karakter anak bangsa dengan kurikulum  yang shahih, jauh dari kepentingan pihak pihak tertentu, yang tentunya akan di bentuk dengan landasan akidah sebagai pondasi. Dengan di terapkannya kurikulum tersebut semakin sempurnalah perwujudan generasi berkepribadian Islam yang cerdas dalam ilmu Pengetahuan dunia sekaligus menjamin ketaatannya kepada Allah Taala.

Ia paham betul bahwa dirinya diciptakan sebagai seorang hamba. Sehingga apapun yang dilakukan tidak lain dan bukan hanya untuk mencari keridhoan dari Allah semata. Hal tersebut juga ditunjang dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam yang mewajibkan penguasa menjamin pemenuhan kebutuhan dasar warga negaranya secara gratis, termasuk pendidikan.

Begitulah apabila sistem Islam yang akan di jadikan sebagai satu-satunya mercusuar dunia. Tujuan pendidikan akan dikembalikan sebagai pencetak intelektual berkarakter mulia yang mampu berkiparh untuk umat. Bukan lagi generasi bobrok yang tercipta. Bukan lagi intelektual abal-abal yang banyak berkiprah, dan bukan lagi cendekiawan miskin iman yang mewarnai kehidupan. Melainkan generasi emas peradaban yang akan meneruskan perjuangan Islam di masa depan.

Jadi, apalagi yang kita harapkann dari sitem rusak yang di terapkan selama ini? Mari kita songsong revolusi pendidikan sistemik dengan membuang jauh sistem sekuler kapitalis yang telah usang dan berpaling pada Islam.

Wallahu a'lam bi showab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun