Mohon tunggu...
Tinniyah Asmuni
Tinniyah Asmuni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai hujan, seni sastra dan drama, musik, olahraga. Suka melamun membayangkan avatar dan doraemon adalah sahabatnya. Sesekali menulis sebagai tanda bahwa dirinya masih layak disebut manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

17 Detik Genggamanmu

12 Maret 2023   08:08 Diperbarui: 12 Maret 2023   08:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan menyisakan rintik perlahan, menahan langkah pulang, memadukan suasana dingin dan kenangan, aku dan kamu duduk berhadapan, di sebuah kedai temaram bersama segelas teh yang kehilangan kehangatan.

Kita pura-pura lelah pada keadaan sambil sesekali melihat jalanan yang legang diiringi detak jarum jam yang lebih lambat dari detak jantung kita. 

Ya!

Kita adalah sepasang kepastian yang belum menemukan titik terang. Matamu masih menyala mencari redup mataku. Pendar cahayanya seolah memohon "ini bukan akhir" dan kita masih bisa berjalan bersama. Namun bongkahan batu dimataku menghalangi cahaya itu.

Hujan menetes di pipiku, dan aku mendengar nafasmu tertahan menunggu.

Hujan semakin membiru. 

Perlahan dan kaku kehangatan menggenggam tanganku, menyeka tetes hujan dipipiku. Menghapus segala kelu.

Dan dalam 17 detik genggaman itu aku tahu, tak akan ada kata akhir jika itu bersamamu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun