Mohon tunggu...
Tini Siniati Koesno
Tini Siniati Koesno Mohon Tunggu... Human Resources - fokus kepada Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Inovasi dan Standar Instrumen Pertanian

bekerja di Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Proliga, Inovasi pada Tanaman Cabai

30 September 2020   20:38 Diperbarui: 30 September 2020   20:48 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para pembaca kompasiana, kata proliga mungkin belum begitu familiar di telinga.  Mungkin hanya orang-orang yang berkecipung di dunia pertanian, sebagian sudah mendengarnya.  Namun kadang yang sudah pernah mendengar, belum tentu dapat memahami proliga.

Pada akhir 2019, anak negeri yang berkarya di Badan Litbang, Kementerian Pertanian (Balitbangtan), telah menghasilkan suatu inovasi pada tanaman cabai yang disebut dengan Proliga. 

Konon penerapan inovasi tersebut bisa melipat-gandakan hasil cabai, oleh karena itu disebut proliga, yakni produksi lipat ganda.  Inovasi tersebut diciptakan untuk menanggulangi pasokan yang kurang, juga menjaga kestabilan kebutuhan cabai sepanjang tahun.  Bila ini tercapai, maka fluktuasi harga cabai yang sering merugikan petani dapat dihindari.    

Mengingat Produktivitas cabai Nasional saat ini adalah 12 ton/ha, itu masih kurang menurut Mantan Kepala Balai Sayuran Lembang, kini menjabat sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Dr. Ir. Catur Hermanto, MP. 

Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa capaian produktivitas segitu menjadikan unit cost, biaya yang dikeluarkan untuk setiap kg produksi cabai itu bisa mencapai diatas RP 10.000,-.   Ini yang menyebabkan petani merugi, terlebih ketika fluktuasi mencapai level harga rendah di sekitaran Rp. 10.000,-

Hal demikian bisa diatasi manakala produltivitas cabai yang dihasilkan mencapai diatas 15 ton/ha, dengan pasokan yang kontinu. Terdapat beragam cara, salah satunya yaitu dengan menerapkan inovasi teknologi yang dapat melipat-gandakan hasil cabai. 

Untuk tujuan tersebut, ada teknologi yang sudah dirancang Badan Litbang Pertanian yakni teknologi produksi lipat ganda cabai yang biasa disebut dengan proliga cabai.

Inovasi proliga tersebut, merupakan formulasi inovasi yang memainkan system penanaman yang dapat meningkatkan populasi tanaman lipat ganda bila dibandingan dengan tanam cabai system biasanya.

Petani menanam cabai, umumnya menggunakan jarak tanam 40 cm x 60 cm, dengan tanam satu bibit per lubang tanaman.  Cara ini akan menghasilkan populasi tanaman sekitar 17.000 ss/d 20.000 tanaman per hektar, dengan kisaran produksinya 10-12 ton/ha maksimal 15  ton/ha. 

Namun bila menerapkan inovasi cara tanam proliga, akan diperoleh populasi 30.000 tanaman per hektar.  Mengapa demikian?  Pada system tanam proliga, menerapkan jarak tanam 40 cm x 60 cm, model system tanam zig-zag.

Setiap lubang tanam diisikan satu bibit, dan lubang tanam yang lain diisikan 2 bibit tanaman secara berseling, seperti pada gambar. Misal, sebagai perkiraan hasil yang dicapai adalah satu kilogram per tanaman, maka dengan populasi 30.000 tanaman, akan menghasilkan 30 ton cabai per hektar.

Sistem tanam proliga, tidak serta merta menghasilkan produktivitas tinggi, tanpa disertai dengan komponen perawatan lainnya. Ada beberapa komponen yang harus dilakukan di antaranya:

1). Pemilihan varietas unggul, bisa memilih sesuai dengan preverensi yang berpotensi produksinya tinggi;
2). Persemaian sehat;
3). Peningkatan populasi tanaman 30.000 dengan proliga;
4). Pengelolaan tanah, hara dan air sesuai kebutuhan;
5). Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman sesuai konsep PHT. 

PERSEMAIAN CABAI BERKELAMBU MENGHINDARI OPT (dokpri)
PERSEMAIAN CABAI BERKELAMBU MENGHINDARI OPT (dokpri)
(dokpri)
(dokpri)
Pada budidaya cabai, pertama yang harus diperhatikan adalah penyakit tanaman. Sebagai contoh, bahwa saat ini ada banyak penyakit kuning yang merebak hampir diseluruh Nusantara yang disebabkan oleh virus. Penyakit tersebut, sebenarnya bisa dikendalikan di awal, yaitu ketika mempersiapkan perbenihan, yakni harus dimulai dengan perbenihan yang sehat.

Kuncinya adalah di perbenihan sehat.  Oleh karena itu, di perbenihan sehat tadi, harus mengurung benih itu supaya tidak tertulari oleh vektor virus kuning.

Bila semua rekomendasi tersebut dijalankan dengan baik dan benar, niscaya, pasokan cabai akan terpenuhi sepanjang tahun... Jayalah Terus Pertanian Indonesiaku, Selamat mencoba dan Salam Sehat Untuk Semua!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun