Kinerja petani, merupakan hasil resultante perilaku, sikap dan ketrampilan terhadap penerapan inovasi dalam memproduksi bahan pangan. Â Di era Kabinet Indonesia Maju, Progrkecil, kisaran usia diatas 45-50 tahun, pendidikan rendah, Â dengan land_man ratio 0,165 hektar termasuk pemukimann. Â Dengan demikian budidaya pertanian masih dilakukan konvensional, karena lemah di permodalan, Â akibatnya perolehan kualitas dan kuantitas produksi kurang kompetitif di pasaran menjadikan petani tidak berdaya.Â
Oleh sebab itu, pada pendampingan kegiatan pengembangan sebelas komoditi strategis nasional, kehadiran penyuluh pertanian di tengah masyarakat tani sebagai pelaksana program, sangat dibuuhkan. Â Dalam hal ini penyuluh harus bisa memainkan peran kepiawaiannya sebagai motivator, fasilitator dan dinamisator. Â
Penyuluh Pertanian dikatakan sukses, apabila mampu melakukan perubahan perilaku, sikap dan ketrampilan petani terhadap penerapan inovasi baru yang efisien dan lebih menguntungkan. Â Mampu membawa perubahan petani untuk menghasilkan produk-produk yang marketable. Â Berkaitan dengan hal tersebut, maka penyuluh harus mampu menjembatani akses teknolgi informasi, inovasi dan pasar serta mampu mengkomunikasikannya timbal balik.
 Terlebih, di era digitasi revolusi industri 4.0, perkembangan di semua sektor berjalan sangatlah cepat.  Saat ini konektivitas manusia, mesin dan data real time, efisien dan efektif (presisi tinggi).  Hal ini karena karena didukung dengan internet of things (IoT), dengan fasilitas android yang ada dalam genggaman.Â
Paradigma penyampaian informasi pertanian sudah saatnya bergeseer dari dunia nyata ke dunia maya atau ruang virtual. Â Demikian pula Paradigma Penyuluhan di era IoT, sudah bergeser. Â Dari yang awalnya penyuluhan berada di ladang, kini petani dan stakeholder terkait, bisa berinteraksi dalam dunia cyber extension. Â Â
Dalam dunia virtual petani tidak hanya mendapatkan informasi dari penyuluh namun juga dari petani lain atau dari PROVIDER INFORMASI yang bergerak di bidang pertanian. Â
Akibatnya muncul beragam start-up digital yang memproduksi APLIKASI di sektor pertanian yang fokus dalam Memberdayakan Petani. Â Missal Aplikasi Kalender Tanam (KATAM); My Agri; Tanam; Â Dokter Penyakit Padi; Â Kalkulator Petani; Â Petani; Karsa; Eragano; Takesi (untuk peternakan) dan masih banyak yang lain. Â Sudah banyak komunitas petani memanfaatkan aplikasi pertanian sebagai sarana bertukar informasi dan jual beli. Lebih dari itu, aplikasi pertanian bisa menghubungkan petani, pelaku usaha, akademisi, dan konsumen secara langsung dan bersamaan.
Fenomena ini, implikasinya adalah bahwa penyuluh harus dinamis, selalu mengisi kompetensi Teknlogi Informasi berbasis IoT. Â Tentunya harus selalu update dengan aplikasi digital kekinian yang perkembangannya begitu banyak dan cepat tanpa batasan. Â Peran itu ditampakkan sangat nyata, manakala manusia dihadapkan pada Pandemi Covid-19.Â
Mengharuskan setiap orang harus melakukan protocol pandemic melalui social and physical distancing. Â Namun sebagai makhluk social, nampaknya tidak bisa selamanya hal tersebut dilakukan. Â Maka manusia diuntungkan dengan kehadiran i revolusi industri (RI) 4.0, dengan memaksimalkan teknologi informasi, pertemuan dapat dilakukan secara virtual. Â
Demikian halnya dengan penyuluh pertanian, petani dan stake holder lainnya  tanpa disadari telah terlibat didalamnya.  Hampir setiap hari, penyuluh pertanian dapat mengupdate kompetensinya melalui pertemuan, seminar, lokakarya dan bimbingan teknis online.  Bila tidak ada pandemi covid-19, untuk menyelengga-rakan suatu paket kegiatan tersebut, akan membutuhkan biaya cukup besar (tin,Juli'20).